Athena 2 - 10.

494 37 1
                                    

"Kok sepi ya? Sena ada di dalam kan ya?" tanya Aura saat sudah turun dari motor Athala. Laki-laki itu tak berani menjawab karena takut menyakiti hati wanita itu.

"Loh? kok kunci pagar kamu yang pegang?" bingung Aura melihat Athala membuka gembok dengan kunci rumah Sena yang ia pegang sejak Sena meninggal. Karena rumah itu sudah tidak ditempati lagi, jadinya Athala yang memegang kunci rumah tersebut. Mungkin setelah ini ia akan memberi kunci tersebut kepada Aura.

"Tha? kok diam aja sih?"

Athala menoleh, "Ayo masuk tante." ujar Athala setelah membuka pintu utama. Aura mulai berjalan masuk, kondisi didalamnya masih terlihat sama, hanya saja benda-benda disana terlihat berdebu karena sudah tak pernah Athala datangi lagi.

"Sena? Senaaa!" panggil Aura, wanita itu berjalan menuju kamar anaknya. Athala pun tetap mengikuti Aura dari belakang. Pintu kamar gadis itu tidak terkunci, Aura langsung masuk begitu saja.

Athala merindukan tempat ini. Ia merasakan hal yang berbeda saat ia memasuki kamar Sena. Semua benda yang ada didalam sana pun masih tertata rapi seperti dulu.

"Sena? kamu dimana sayang?" tanya Aura terus-terusan mencari keberadaan anaknya. Athala ingin sekali memberi tahu yang sebenarnya, tapi ia masih belum bisa melihat reaksi Aura saat mengetahui bahwa anak semata wayangnya itu sudah meninggal dunia.

Sampai akhirnya Aura berjalan menuju meja belajar Sena yang ada di kamar itu. Ia meraih figura,  menampilkan sosok Sena kecil yang tersenyum disana. Aura ikut tersenyum saat memandangi foto tersebut,

"Kamu lagi pergi ya, nak? yaudah gak apa-apa, mama tungguin kok sampai kamu pulang." lirihnya, memeluk figura tersebut dengan erat membuat Athala tak kuasa menahan air mata yang sedari tadi ia tahan. Jujur saja, ia lemah ketika teringat tentang Sena.

"Kamu kenapa, nak? kok sedih gitu?" tanya Aura memerhatikan Athala yang sedang menundukan kepala sambil mengusap air matanya. Athala mengangkat wajahnya dan menggeleng, "Saya gak apa-apa, tante. Mata saya kelilipan debu tadi."

Aura tersenyum dan menaruh figura tersebut ke atas meja kembali. Ia berjalan keluar dari kamar dan berdecak setelah menempelkan telunjuknya ke meja ruang tamu yang berdebu itu, "Biasanya dia rajin banget. Kok ini berdebu dibiarin sama Sena ya?"

Aura menoleh ke belakang, melihat Athala yang sedang menutup pintu kamar Sena, "Kamu tau gak dia kemana? Coba kamu kabarin dong, HP tante udah lama hilang."

Athala terdiam. Sungguh, ia tidak tahu harus menjawab apa.

"KAK RENAAAAA!!!" jerit Melisa, salah satu anak panti berlari memeluk Rena yang baru saja datang. Gadis itu tersenyum senang, membalas pelukan anak kecil berumur tujuh tahun itu.

"Asikk kakak kesini lagi!" sahut Noela yang berdiri tidak jauh dari Melisa. Rena mengangguk dan menoleh ke arah David yang berdiri sambil membawa dua kantung plastik berisi makanan ringan untuk diberikan ke anak-anak panti.

"Eh, ini kak David ya? hai kak!" sapa Aryo, anak laki-laki berusia sepuluh tahun itu. David tersenyum manis dan melambaikan tangannya ke arah Aryo, "Iya, hai juga."

"Eh, Rena. Apa kabar, nak?" tanya bu Risa yang merupakan pemilik panti asuhan itu. Rena tersenyum, "Saya baik, bu. Allhamdulilah."

"Syukurlah kalau begitu," wanita itu mengernyit bingung melihat sosok laki-laki yang berdiri tak jauh dari Rena, "Kalau itu siapa? pacar kamu, Ren?"

Rena membelalakan matanya dan menggeleng, "Bukan bu, bukan. Dia itu temanku."

David mendengus, sakit hati dedek.

Athena 2 [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang