Athena 2 - 29.

424 29 0
                                    

"Oh, jadi itu pacarnya Athala." gumam Jenia yang sedari tadi mengikuti Athala dan Rena sejak mereka memarkirkan mobil di parkiran basement mall.

Tadinya Jenia ingin pulang, tapi karena melihat Athala masuk ke dalam mall bersama pacarnya membuat Jenia tidak jadi pulang dan memilih untuk membuntuti mereka secara diam-diam.

"Masih cantikan juga gue!" kesalnya saat melihat Athala bercanda ria dengan Rena sambil memakaikan kacamata hitam ke Rena. Jenia merasa cemburu, ia ingin berada di posisi Rena!

"Awas ya, gak akan ku biarkan ini terjadi!"

Jenia menelepon sepupunya, semoga rencana yang sudah ia bangun bersama Edward berhasil.

Edward, sepupu Jenia datang ke cafe lalu duduk di hadapan gadis itu, "Maaf baru dateng. Macet."

"Oke, gak apa-apa. Oh iya, mulai besok lo bisa kan?"

"Bisa dong pasti! kasih tau gue aja alamat rumah tuh cewek."

Jenia mengangguk dan menyerahkan kertas bertuliskan alamat rumah Rena. Ia tahu alamat rumah Rena karena Jenia benar-benar mengikuti Athala dan Rena sampai pulang.

"Oke sip. Besok gue bakal mulai nih."

Jenia tersenyum bangga, "Gak sia-sia gue. Lo emang bisa diandelin."

"Huh, baru sekarang ini lo butuh gue. Dulu lo lupa!"

Jenia mendengus, "Ya maaf. Yaudah pokoknya lo harus bikin Rena mau sama lo biar tuh Athala benci sama tuh cewek."

"Siap!"

Jenia tersenyum licik, semoga rencana untuk menghancurkan hubungan Athala dan Rena berhasil.

Keesokan harinya, Athala seperti biasa datang ke kantor dan disambut dengan baik oleh Rena yang tampak cantik pagi ini. Ah salah, gadis itu selalu cantik kapanpun.

Athala masuk dan mendengar panggilan masuk dari Imron. Keningnya mengernyit bingung, ada apa?

"Halo?"

"Gue baru mau kasih tau lo sekarang nih. Kemarin gue gak sengaja liat Jenia sama cowok gitu, Tha di cafe. Terus mereka bawa-bawa nama Rena, gue takut ada yang mereka rencanain, Tha."

"Seriusan? wah gak bisa gue biarin."

"Makanya lo hati-hati aja. Mumpung gue kasih tau. Semalam gue pengen telpon cuma gue udah keburu capek."

"Yaudah makasih loh."

Panggilan berakhir oleh Athala yang mematikan sambungan teleponnya. Athala mengepalkan kedua tangannya. Masih pagi, tapi ia sudah dibuat emosi oleh Jenia. Awas saja gadis itu.

Rena masuk ke dalam ruangan sambil membawa teh hangat dan roti panggang untuknya. Athala tersenyum manis, wajahnya tidak setegang tadi,

"Makasih banyak, Ren."

"Iya sama-sama,"

"Oh iya, pakein aku dasi dong hehe."

Athena 2 [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang