Athena 2 - 14.

442 34 1
                                    

"Kamu baik-baik aja kan, Nak? maafin mama. Mama salah besar sama kamu." lirih Aira--- ibu kandung Rena--- yang kini sedang menangis sambil memandang foto anaknya lewat ponsel. Ia menyesal atas apa yang telah ia perlakukan dulu kepada anak bungsunya itu. Memperlakukan secara tidak adil dan membanding-bandingkan Rena dengan Reva yang katanya jauh lebih baik daripada gadis yang kini ia usir dari rumah sejak empat tahun yang lalu.

Ia selalu kepikiran, bagaimana nasib anak itu sekarang? apakah ia tidur dengan nyaman diluar sana?

"Kamu kemana, Nak. Sudah satu kota Bandung mama telusurin sama papa. Tapi kamu tetap aja gak ketemu."

Reva masuk ke dalam kamar, mengelus pundak Aira dengan lembut, "Mama yang sabar, ya. Pasti Rena akan kembali, kok."

"Sudah empat tahun, Va. Mama takut dia kenapa-napa." balas Aira yang kembali menangis. Reva hanya mampu mengusap pundak Aira untuk memberikan ketenangan untuk mamanya itu.

"Kita ke Jakarta aja yuk. Siapa tahu Rena ada disana."

Aira membelalakan matanya, "Jakarta?"

"Iya, aku yakin. Pasti Rena ada disana, Ma."

"Ya sudah, besok kita kesana ya."

"Oke, Ma."

Rena masuk ke dalam ruangan atasannya, setelah itu ia memberikan sebuah dokumen yang baru saja selesai ia kerjakan, "Nanti setelah jam makan siang akan ada rapat penting dengan perusahaan Mandiri Jaya Group, Pak."

Athala mengangguk, "Baik. Silahkan, kamu boleh kembali."

Rena berbalik dan berjalan menuju keluar ruangan. Setelah gadis itu keluar, Athala kembali mengetik sesuatu di laptop dan kembali membaca dokumen yang tadi diberikan oleh Rena untuk disetujui olehnya.

Sifa datang ke meja Rena dengan tergopoh-gopoh, "Ren!"

Rena terkejut dan berdiri, "Ada apa, Sif?"

"Anu, si Daffa."

Rena berdecak, "Kenapa sama dia?"

"Tadi dia---"

"Halo."

Suara Daffa membuat kedua gadis itu menoleh bersamaan, "Tuhkan, eh itu boneka buat siapa, Daf? kepo gue nih." tanya Sifa penasaran sambil menopang dagunya. Daffa memandang boneka di tangannya sambil tersenyum,

"Nih, buat lo." ujar Daffa sambil memberikan boneka tersebut kepada Rena. Rena terkejut, mengernyitkan keningnya dalam, "Kok gue dikasih boneka?"

"Itu bukti kalo gue suka sama lo, Ren. Terima ya." jawab Daffa tanpa menghilangkan senyum manisnya yang lengkap dengan lesung pipi.

"Eh?"

Sifa berdecak sebal, "Ck! jangan kamu terima boneka itu, Ren."

Rena bingung, ia sangat menyukai boneka stitch berukuran sedang di tangannya itu. Tapi di sisi lain, ia tidak menyukai Daffa. Kalau ia menerima boneka itu, sama saja ia menyukai Daffa juga.

"Gimana? balikin aja, Ren!"

Rena menuruti ucapan Sifa, "Maaf, Daf. Gue gak bisa terima boneka itu."

Athena 2 [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang