eighth note

930 175 10
                                    

Setibanya di tempat tujuan, mereka langsung mendirikan tenda masing-masing. Berhubung waktu sudah sore, sebelum hari semakin gelap semua tenda harus sudah siap ditempati. Ternyata tidak hanya dari rombongan mereka saja yang camping di tempat ini. Di sekitar mereka telah berdiri tenda-tenda milik orang lain, dan terlihat beberapa orang juga baru datang.

Tempat ini memang biasa menjadi destinasi camping orang-orang dari berbagai daerah. Selain ingin menikmati suasana alam terbuka, tujuan mereka datang kesini adalah untuk mengabadikan keindahan sunrise pada puncak pegunungan keesokan harinya. Butuh waktu 30 menit dengan jalan kaki untuk sampai ke puncaknya dari tempat mereka camping sekarang.

"Lan, kayu bakar yang buat acara api unggun ntar malem ga kebawa," Ujar Arjuna mendekati Bulan yang masih sibuk mendirikan tendanya.

Menghentikan kegiatannya, Bulan mendongak menatap Arjuna, "Masa sih? Perasaan udah gue siapin. Harusnya sih ada, udah check semua barang?"

"Udah aku check semua barang-barang kita. Tapi aku ga nemu kayu bakarnya," Arjuna menjelaskan seraya memperagakan dengan gesture tubuhnya meyakinkan.

Bulan berdecak mungkin kayu bakarnya tertinggal di ruang OSIS, dia berdiri dan membuat wajah berpikir. Pegunungan ini kaya akan pepohonan, pasti banyak kayu yang bisa mereka kumpulkan di sekitar tempat ini.

"Gini aja, ajak dua atau tiga temen yang udah selesai bangun tenda nyari kayu di sekitar sini. Ntar gue nyusul," Finalnya yang kemudian disetujui oleh Arjuna.

Awalnya Arjuna hanya ingin mengajak Chandra karena melihat teman-teman yang lainnya masih sibuk mendirikan tenda. Namun dia masih tidak sadar jika ada sepasang mata yang selalu mengawasinya sejak awal keberangkatan.

Di tengah kegiatannya mendirikan tenda, Angkasa melihat Arjuna yang berjalan keluar dari area camping bersama kakak kelasnya itu.

"Kak, saya tinggal dulu ya," Ujarnya pada Keru, lantas dia pun beranjak berdiri.

"Eh mau kemana? Ini belom selesai."

"Kebelet, Kak. Udah diujung nih."

"Yaudahlah sono."

Angkasa bergegas mempercepat langkah kakinya untuk menyusul Arjuna. Tentu saja dia tidak lupa dengan janjinya kepada Papa Arjuna. Yaitu menjaga putra bungsunya itu selama kegiatan berlangsung. Ya, Angkasa melakukan ini semata-mata hanya untuk menepati janji tersebut.

"Hey galaksi! Mau kemana?"

Arjuna menghentikan langkah kakinya, dia meniup poninya kesal sebelum membalikkan tubuhnya, "Mau cari kayu buat api unggun ntar."

"Bukannya udah disiapin?"

"Kayu yang udah disiapin ga kebawa katanya, Sa." Chandra yang menjawab, dia menatap Angkasa, "Mau bantu ngumpulin kayu?"

"Ga usah, Kak! Ini anak ngeselin ntar rusuh."

"Bukannya lebih banyak orang lebih cepet ngumpulinnya, Jun?"

"Bener tuh kata kak Chandra. Ayo saya bantu ngumpulin kayu," Tanpa menghiraukan wajah cemberut Arjuna, Angkasa merangkul kedua pemuda itu lalu membawa mereka berjalan beriringan memasuki area hutan.

Beruntung mereka datang kemari disaat musim panas. Jadi ada banyak kayu kering di hutan itu. Sang senja menampakkan ronanya malu-malu di ufuk Barat. Semakin lama semakin pekat yang akan segera digantikan oleh gelap. Arjuna mempercepat pekerjaannya mengumpulkan kayu agar bisa kembali sebelum petang menjemput.

"Njun~"

"..."

"Galaksi~"

"..."

SEMESTA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang