sixth note

924 171 10
                                    

"Ngapain Jun? Clingak clinguk kayak mau maling ayam."

Arjuna mengalihkan atensinya pada pemuda yang menegurnya dari arah belakang tersebut, "Nyariin Arsen, Lan."

"Masuk aja. Lagi mojok pasti tuh anak," Bulan pun berjalan memasuki kelasnya diikuti oleh Arjuna.

Dan benar saja, orang yang dicarinya itu tengah duduk dipojokan kelas bersama seorang perempuan. Bulan dan Arjuna dapat melihatnya meski berdiri di bagian depan kelas dekat papan tulis.

"Woi Sen! Sini lu," Panggil Bulan.

Yang dipanggil pun mendongakkan kepalanya untuk melihat suara siapa itu. Setelahnya dia berdecak sebal, tapi tetap tidak bisa menolak perintah sang Ketos. Dia akhirnya beranjak dari tempatnya dan berjalan mendekati dua pemuda itu.

"Dicariin malah mojok mulu!" Arjuna mulai ngegas matanya melirik ke arah tempat mojok Arsen barusan, "Pacar baru tuh?"

"Dia mah mana pernah punya pacar lama. 3 hari pacaran terus putus, paling lama seminggu tapi jarang yang begitu," Bulan menimpali.

"Buset 3 hari? Pacaran apa study tour?"

"3 hari udah kek free trial aplikasi."

"Free trial jodoh orang kali, Lan."

"Udah gue saranin buat buka jasa titip jodoh orang aja dia, Jun."

Bulan dan Arjuna tertawa kompak, sedangkan Arsenio hanya bisa mengelus dadanya berusaha sabar. Dia tidak ingin menghajar ketos dan sekretaris kesayangannya itu. Bisa panjang nanti urusannya, apalagi dengan si ketos.

"Kalo kalian manggil gue cuma buat dibully, gue balik nih."

Refleks Arjuna menarik kerah baju Arsenio yang hendak berbalik meninggalkan mereka, sekali lagi jangan remehkan tenaga pemuda mungil itu. Meski tubuhnya lebih kecil dari dua pemuda lainnya di sana, tetapi tenaganya tak main-main. Arsenio hampir terhuyung karena tarikan itu.

"Laporan mana?" Lantas Arjuna menengadahkan telapak tangannya. "Sekbid kamu ngasih laporan paling akhir, lama kali."

"Iye iye bentar gue ambilin. Lagian kenapa proker sekbid gue paling banyak dari sekbid lain," Setelahnya Arsenio menyerahkan laporan yang dimaksud pada Arjuna.

Bulan menepuk bahu Arsenio pelan, "Terima nasib, Sen. Masih ada satu tahun lagi."

"Gue ogah ya dua periode. Udah capek gue jadi babu proker," Pemuda jangkung itu menyipitkan matanya.

"Mana bisa! Pokoknya semua anak OSIS yang naik kelas 11 harus ngurus OSIS lagi."

"Sejak kapan lu jadi mihak ke Bulan, Jun? Wah udah dicuci otak lu ya."

Arjuna berdecak, "Liat sikon, Sen. Makin kesini yang bertahan di OSIS makin dikit. Mereka semangat diawal doang. Kebanyakan cuma pengen numpang nama habis itu keluar."

"Bener kata Arjuna," Bulan mengangguk setuju. "Sen, lu ga lupa kan siapa gue?"

Sudahlah Arsenio hanya bisa menghela napas pasrah, "Baik Yang Mulia."

Mereka kembali tertawa melihat wajah pasrah Arsenio. Bulan tidak benar-benar serius saat menggunakan statusnya untuk menggertak orang lain. Dia hanya bercanda dan mereka sudah terbiasa dengan candaan itu sehari-hari. Bulan yang dulu bukan lah yang sekarang.

 Bulan yang dulu bukan lah yang sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SEMESTA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang