thirty fourth note

972 143 0
                                    

"Ayah, mari kita akhiri semua ini," Bulan berkata dengan lugas pada ayahnya. Dia berdiri di depan meja kerja ayahnya itu.

Satrianda mengangkat kedua alisnya terkejut dengan kedatangan putranya yang tiba-tiba, "Apa maksud kamu?"

"Aku mengaku salah," Bulan menjeda kalimatnya, dia menatap ayahnya, "Aku yang jebak mereka bertiga di tragedi tawuran 5 tahun lalu."

Mereka bertiga yang dimaksud Bulan adalah Angkasa, Joni, dan Jefri.

Satrianda mengerutkan dahinya, menatap tajam pada Bulan, "Kenapa kamu ngelakuin itu?"

"Aku merasa iri ketika Ayah memberikan perhatian Ayah pada Angkasa secara diam-diam," Bulan sama sekali tak ragu menatap manik mata ayahnya, "Sementara Joni dan Jefri, aku ingin menggagalkan mereka dari keikutsertaan olimpiade pada waktu itu. Agar aku bisa menggantikan mereka untuk maju ke olimpiade itu."

"Orang-orang selalu memandangku dengan sebelah mata, mereka pikir aku bisa mendapatkan segala yang kuinginkan karena power yang ayah miliki. Ayah juga memandangku sebelah mataㅡ Ayah selalu merasa bangga dengan prestasi yang Angkasa capai. Jadi aku berusaha untuk menyainginya dengan caraku sendiri, supaya Ayah berhenti meragukan kemampuanku. Tapi Ayah tetap tak melihat ke arahku, ternyata Ayah diam-diam selalu memperhatikan Angkasa. Akui saja Ayah...."

"Ayah yang membebaskan Angkasa dari tempat rehabilitasi dan menghapus namanya dari daftar black list sekolah kan?" Lanjut Bulan, pertanyaan itu telak menguak faktanya.

Dulu, sering terjadi tawuran antar pelajar sekolah-sekolah yang ada di kota Neocity. Tak sedikit pelajar yang meregang nyawa ketika terjadi tawuran. Oleh karena itu, Wali Kota yang masih menjabat di masa itu mengeluarkan sebuah peraturan untuk mengatasi masalah tersebut. Yaitu menangkap semua pelajar yang terlibat dalam tawuran, jika hal itu terjadi lagi kedepannya.

Kemudian para pelajar itu harus menjalani masa sekolahnya di tempat rehabilitasi yang Wali Kota dirikan khusus untuk anak-anak bermasalah. Sehingga daftar nama mereka di-black list dari sekolah biasa. Karena mereka harus menjalani masa sekolah mereka di tempat rehabilitasi hingga jenjang menengah keatas.

Hal itu dilakukan untuk memberikan efek jera dan membimbing mereka dengan cara yang lebih baik di tempat rehabilitasi. Tentu saja Wali Kota menyediakan pengajar dan pembimbing yang terbaik untuk mengatasi anak-anak bermasalah di tempat rehabilitasi tersebut. Harapannya agar mereka bisa menjadi anak yang lebih baik.

5 tahun lalu, Angkasa, Joni, dan Jefri adalah anggota OSIS di SMP yang diketuai oleh Bulan. Sebagai seorang ketua OSIS tentu saja Bulan memiliki relasi yang luas dengan pelajar di sekolah-sekolah lain. Sehingga Bulan bisa dengan mudah mendapatkan informasi mengenai sekolah-sekolah itu.

Bulan mendengar bahwa akan terjadi tawuran antara dua sekolah yang sejak dulu saling memiliki dendam. Meski sudah ada peraturan baru dari Wali Kota, mereka tak gentar untuk membalaskan dendam yang sepertinya tak akan pernah redam. Sebab dendam itu seperti pepatah; nyawa dibalas nyawa.

Sedangkan Angkasa, Jefri, dan Joni sebagai anggota tentu saja harus selalu siap sedia melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua mereka. Kala itu, mereka bertiga diminta Bulan untuk mengambil piala di tempat pembuatan piala. Piala-piala tersebut akan digunakan sebagai hadiah nanti saat sekolah mereka merayakan hari kemerdekaan dengan melaksanakan lomba-lomba di sekolah.

Bukan kebetulan, Bulan sengaja memesan piala di tempat pembuatan piala yang lokasinya berdekatan dengan salah satu sekolah yang telibat dendam tersebut. Bulan juga sengaja meminta mereka bertiga untuk mengambil piala di hari dimana tawuran itu direncanakan akan terjadi. Padahal sebenarnya piala-piala itu belum selesai dibuat. Tak lama setelah Angkasa, Joni, dan Jefri sampai di tempat pembuatan piala itu, tiba-tiba terjadi penyerangan di sekolah dekat dengan lokasi mereka berada.

SEMESTA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang