second note

1.1K 184 12
                                    

Sekolah pagi ini masih sepi, siswa yang sudah datang bisa dihitung jari. Bintang masih tak percaya jika dia masuk kedalam hitungan itu. Biasanya dia akan tiba di sekolah 10 menit sebelum bell berbunyi. Tapi pagi ini dia memilih berangkat lebih awal karena seseorang.

Dia berjalan menuju perpustakaan yang berada di sebelah ruang staff sekolah. Rupanya benar, perpustakaan sudah dibuka sepagi ini. Terlihat beberapa guru dan staff yang ternyata juga sudah ada di sekolah.

Netranya menyisir seisi ruang perpustakaan, hingga atensinya berhenti pada eksistensi seseorang. Bintang pun membawa tungkainya melangkah mendekati meja di pojok ruangan tersebut, tempat dimana seseorang itu berada.

Terlalu fokus dengan bukunya membuat orang itu tidak sadar jika Bintang sudah duduk di depannya. Tanpa mengalihkan fokusnya dari buku, tangannya menjulur untuk meraih sekaleng kopi di sebelahnya.

"Ehㅡ" Orang itu terkejut saat gerakan tangannya ditahan secara tiba-tiba.

Bintang menyipitkan matanya menatap orang itu dengan tajam, "Harus berapa kali aku bilang supaya kamu mengurangi minum kopi huh?"

Menghela napas, orang itu pun meletakkan kopinya kembali ke atas meja. "Aku selalu ngantuk di pagi hari, Rin. Ngomong-ngomong darimana kamu tau aku di sini?"

"Ini. Ganti kopimu sama ini," Lantas perempuan itu memberikan sekotak susu kedelai pada Bulan dan membuang kaleng kopinya ke tempat sampah yang berada tidak jauh dari meja itu.

"Akhir-akhir ini aku liat motormu udah ada di tempat parkir tapi waktu aku tiba di kelas kamu ga ada," Bintang menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya, "Terus kamu masuk ke kelas 5 menit sebelum bell. Jadi aku penasaran kamu kemana sebenernya, ternyata di sini."

Bulan ber-oh sembari menyesap susu kedelai yang diberikan oleh Bintang. Sebenarnya minum susu justru akan membuatnya tambah mengantuk. Tapi karena itu dari Bintang, dia rela meminumnya. Bucin.

Pemuda itu menarik senyuman tipis dibibirnya, saking tipisnya sampai orang lain tidak akan menyadari senyumannya itu. Dia merasa tersanjung dengan segala bentuk perhatian yang Bintang berikan padanya. Sekecil apapun itu, selalu berhasil membuat dadanya menghangat.

"Kamu serius berniat ikut seleksi olimpiade ya?"

Bulan menganggukkan kepalanya, tangannya kembali sibuk mengerjakan soal-soal di dalam buku itu, "Aku mau buktiin kalo aku mampu."

"Ren kamuㅡ" Bintang melebarkan matanya panik, "Darah! Hidungmu mengeluarkan darah!"

Bulan mengusap darah segar yang mengalir dari hidungnya. Dia memegangi kepalanya yang terasa sakit, seperti ada benda berat yang menghantamnya. Napasnya tersengal akibat dadanya terasa sesak. Jantungnya juga berdetak sangat cepat.

Bintang semakin panik dibuatnya, dia berusaha membersihkan darah itu menggunakan tisu. Akan tetapi semakin banyak darah yang keluar dan tak kunjung berhenti.

Dia pun memegang bahu Bulan dan membantunya berdiri, "Kita ke UKS sekarang. Ayo, Ren."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SEMESTA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang