twenty second note

852 140 4
                                    

Acara LDKS kali ini menjadi LDKS yang paling panjang, paling berat, dan paling banyak tragedi. Sebelum-sebelumnya kalau ada acara menginap di sekolah tidak pernah ada kejadian peserta kerasukan. Baru di LDKS tahun ini acaranya jadi kacau karena ada gangguan dari 'makhluk tak diundang'.

"Ini sih gara-gara si Bulan suka ngadain proker gede tapi ga pernah mau minta bantuan anak Bantara. Padahal aslinya dari dulu OSIS sama Bantara emang suka saling bantu," Keru bersama beberapa anggota OSIS tengah duduk melingkar menunggu anggota yang lain untuk datang ke ruang OSIS, dan melaksanakan rapat evaluasi setelah acara LDKS pada hari itu selesai.

"Makanya kemaren-kemaren ga pernah ada peserta kesurupan karena anak Bantara pasti ikut kalo acara nginep-nginep gini. Soalnya banyak dari anak Bantara yang paham tentang 'gituan'," Erik menimbrung ke dalam obrolan.

"Gue tau soal 'gituan'. Tapi kalo ada yang kesurupan gue angkat tangan," Chandra menimpali seraya mengangkat kedua tangannya, "Ga bisa gue ngatasinnya."

"Saya juga," Ucap Angkasa merasa sepakat dengan pernyataan Chandra.

Julian menopang dagunya, menambahkan, "Dia emang suka nekat bikin proker gede biar keliatan hebat ga dibantu sama Bantara, ga ngukur dulu sama kemampuan kita. Alhasil kita yang jadi korban kerja ekstra, anggota OSIS berasa kerja rodi."

Untungnya Julian dan anggota OSIS lainnya yang naik ke kelas 12 sebentar lagi akan terbebas dari organisasi. Mereka tinggal menunggu kepengurusan periode 2020/2021 terbentuk, kemudian serah terima jabatan.

Bulan belum datang ke ruang OSIS, kalau ada Bulan di sana mana berani mereka mengangkat topik seperti itu dalam obrolan mereka. Tak berapa lama orang yang dibicarakan menampakkan batang hidungnya. Bulan memasuki ruang OSIS diikuti dengan anggota OSIS lainnya satu per satu.

Rapat evaluasi pun dimulai, anak Bantara yang sejak kemarin membantu jalannya acara tak ketinggalan untuk bergabung dalam rapat. Mereka membahas kendala-kendala yang terjadi selama acara berlangsung. Tentu saja banyak sekali yang mereka utarakan. Semua yang tertahan di benak mereka keluarkan, bak air bah yang berdesakan kemudian menerobos dinding pembatasnya.

"Kalo kejadian kerasukan itu gara-gara kalian belum minta ijin sama 'mereka' yang punya tempat. Lapangan deket tower itu emang rumah 'mereka'. Makanya pas kalian mau hidupin api unggun itu ga nyala-nyala kan? Itu apinya ditiupin dari atas sama 'penunggu' di sana. Kan kemaren kami ke sini subuh-subuh, buktinya habis kami minta ijin itu api unggun bisa kami nyalain cuma pake kardus bekas ga perlu pake bensin," Ditengah-tengah jalannya rapat, Felix angkat bicara.

Keru menjentikkan jarinya menanggapi ucapan Felix, "Nah kan, si Bulan ga ada kasih intruksi apa-apa ke kita buat minta ijin gituan. Gue pikir semua persiapan udah beres, kita tinggal laksanain acaranya gitu."

"Mana gue tau kalo harus ijin-ijin begitu segala. Gue ga percaya sama hal 'gituan'," Jawab Bulan dengan lugas.

"Gue ga percaya sama hantu."
- Nana

"Bukan harus percaya sih," Lukas memberikan penjelasan. "Cuma cukup tau kalo mereka emang ada di sekitar kita, dimanapun kita ini ga pernah sendirian. Manusia sejak dilahirkan aja punya penjaganya sendiri-sendiri. Maka dari itu kita harus jaga sopan santun dan tata krama dimanapun kita berada. Soalnya mereka ga akan ganggu kalo kita ga ganggu. Nah mereka ini kemaren udah ngerasa terusik makanya nyerang kita."

"Bener," Ucap Benji selaku ketua panitia kegiatan LDKS, dia setuju dengan penuturan Lukas. "Kalo udah kejadian kayak gini baru nyadar kan? Hampir separuh peserta yang kerasukan kemaren, panitia juga ada si kak Naya sama kak Chandra juga sempet kena. Parah banget."

"Kasian mereka. Paling kasian sih si Jihan itu dari hari pertama sampe hari terakhir kerasukan mulu. Tubuhnya sakit semua tuh pasti," Erik menimpali.

SEMESTA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang