eleventh note

871 170 1
                                    

"Jun, mau dibantuin ga?" Chandra menepuk bahu Arjuna pelan, "Jun?"

"Hah? Apa Kak?" Arjuna mengerjap beberapa kali, dengan wajah bingung dia mendongak menatap Chandra yang berdiri di sampingnya. Sementara tangannya masih memegang beberapa barang yang belum ditata ke dalam tasnya.

"Lu daritadi ngelamun mulu. Masih sakit?" Chandra berjongkok untuk menyejajarkan tingginya, dia membantu Arjuna untuk packing barang-barang ke dalam tas.

Sang Adik Kelas menggaruk tengkuknya canggung, "Eh engga kok Kakㅡ"

Jujur saja, kondisi Arjuna jauh lebih baik dibandingkan dengan tadi. Hanya saja benaknya tak henti memikirkan kalimat dari Angkasa. Itu lah mengapa beberapa kali Chandra mendapati Arjuna yang tengah melamun.

Saya khawatir sama kamu. Kalimat itu bak mantra yang berhasil menghipnotis dan merasuki pikiran Arjuna.

"Sorry ya gue ga tau kalo lu sakit. Kirain lu cuma masih ngantuk aja tadi makanya gue tinggal duluan," Chandra menatap Arjuna sekilas lalu melanjutkan kegiatannya menata barang-barang, "Untung Angkasa nyamperin lu."

Mendadak Arjuna menghentikan kegiatan menata barang dalam tasnya saat mendengar nama yang disebut oleh kakak kelasnya itu, "Gapapa kok Kak. Hmm Angkasa cerita ke Kakak?"

"Iya. Dia bilang lu sakit makanya kalian ga nyusul ke atas."

"Itu aja?"

Chandra menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Menghela napas pelan, Arjuna merasa lega karena Angkasa tidak menceritakan hal yang aneh-aneh kepada orang lain mengenai kejadian tadi. Dia kemudian bergegas untuk mengemas semua barang-barangnya. Setelah dirasa tidak ada barang yang tertinggal, mereka pun melepaskan tenda dan melipatnya dengan rapi.

Satu per satu anggota OSIS masuk ke dalam bus, mereka akan segera meninggalkan area camping.

Kegiatan refreshing ini memang terbilang cukup singkat, namun banyak kenangan yang tidak akan mereka lupakan. Terutama moment dimana mereka bisa menjadi saksi ketika sang swastamita bangkit dari peraduannya di ufuk timur, dari puncak gunung yang disebut sebagai Negeri di Atas Awan itu. Keindahan alam semesta yang tak hentinya membuat mereka terkagum-kagum.

Kecuali untuk Arjunaㅡ dan Angkasa. Pemuda pemilik mata serupa rubah itu memandangi area camping dari balik kaca jendela bus. Keinginannya untuk berkunjung di gunung memang sudah terpenuhi, sayangnya masih ada satu lagi keinginannya yang tertunda. Akibat kejadian yang tak terduga, bukan rencananya untuk jatuh sakit. Tapi tak mengapa, Arjuna akan datang lagi ke tempat ini di lain waktu.

"Kamu udah gapapa, Jun? Katanya tadi kamu sakit."

Arjuna refleks menoleh ke sumber suara yang bertanya padanya, "Ehㅡ gapapa kok. Udah baikan sekarang, Lan." Jawabnya dengan menyunggingkan senyuman pada Bulan.

Bulan mengangguk paham, "Kak Chandra mana?" Tanyanya lagi ketika melihat kursi di sebelah Arjuna yang kosong.

"Di sini, Lan. Gue habis dari memenuhi panggilan alam hehe," Pemuda pemilik nama yang baru disebut itu terkekeh renyah, dia berjalan mendekati kursinya dari arah belakang Bulan.

"Oke."

Sang Ketua OSIS pun melanjutkan kegiatannya untuk menghitung anggotanya dalam bus tersebut. Memastikan agar tidak ada yang tertinggal sebelum mereka beranjak pulang. Dari arah bagian belakang, Bulan kembali berjalan ke bagian depan. Dia mendekati supir bus yang duduk di kursi kemudi.

"Lengkap, Pak. Ayo berangkat," Ujarnya pada sang Supir bus.

Setelahnya bus bertolak meninggalkan area camping untuk memulai perjalanan pulang. Beberapa anak OSIS terdengar bernyanyi ria di bagian belakang. Meski medan yang mereka lalui untuk naik ke puncak gunung tadi cukup menguras tenaga mereka. Akan tetapi mereka masih terlihat sangat bersemangat selama di perjalanan.

SEMESTA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang