BIMA SAKTI

1.8K 225 37
                                    

"Anjir dirante beneran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjir dirante beneran."

Arjuna berjongkok di samping motornya, sibuk mengutak-atik rantai yang melilit roda motornya dengan sebuah tiang besi. Berharap bisa melepasnya dengan tangan kosong, walaupun hasilnya mustahil. Kalau pun dia memaksa melepasnya dengan alat, yang ada urusannya akan panjang. Siapa lagi jika bukan dengan sang Papa, tersangka dibalik roda motornya yang dirantai itu.

"Mas Arjuna saya tunggu dari tadi ternyata di sini. Mari Mas, saya antar ke sekolah."

Pria paruh baya itu setia menunggu di ambang pintu garasi tersebut sampai Arjuna bangkit dari tempatnya. Terdengar suara hembusan napas kasar dari Arjuna yang berjalan ke arahnya. Dia tak habis pikir tentang keseriusan Papanya yang meminta supir pribadinya untuk antar-jemput Arjuna ke sekolah mulai hari ini.

Berbagai kendaraan telah memenuhi jalan raya pagi hari itu, jamnya orang-orang berangkat kerja dan sekolah. Para pedagang di pasar pun mulai membuka kios-kios mereka. Nampak seorang pedagang burung peliharaan tengah menata sangkar-sangkar berisi beragam jenis burung yang siap dijual pada kiosnya.

Bulu burung-burung itu warna-warni, mereka terlihat cantik hingga mampu menarik perhatian Arjuna. Dia yakin burung-burung itu tengah berkicau riang, bersahutan seperti paduan suara yang merdu. Sayangnya dia tak bisa mendengarnya dengan jelas lantaran terhalang kaca mobilnya dan bising suara kendaraan lain di sekitarnya.

"Pagi yang cerah," Gumamnya pelan.

Sepasang netranya menatap langit yang didominasi warna biru muda bak samudra yang membentang di atas sana. Tak ada sedikit pun awan yang menutupi langit di pagi hari itu. Manik matanya yang sekelam jelaga dan sejernih telaga itu menangkap pemandangan kawanan burung yang tengah melintasi angkasa. Mereka terlihat begitu bebas terbang kesana kemari.

Seharusnya begitu.

Umumnya burung adalah hewan yang memiliki kemampuan untuk terbang dengan sayap mereka. Meskipun ada beberapa jenis burung yang tidak dapat terbang. Tetapi harusnya mereka bebas berkelana di alam liar. Bukan terkurung dalam sangkar.

Rasanya Arjuna ingin menjadi burung yang terbang di angkasa itu. Merasakan kebebasan yang tak terbatas. Namun realitanya dia bernasib seperti burung dalam sangkar. Akibat peraturan dari kedua orangtua membuatnya tidak bisa bebas bertindak sesuai keinginannya.

Perlahan mobilnya berhenti di depan gerbang sekolah.

"Nanti saya jemput jam 3 sesuai jadwal pulang sekolah Mas Arjuna."

Arjuna menatap sejenak supirnya dari kaca dalam mobilnya, "Oke. Makasih, Pak."

Dikekang dengan berbagai aturan memang lah tidak menyenangkan. Moodnya sedikit memburuk sejak tadi. Bagaimanapun Arjuna tidak pernah meninggalkan kebiasaannya untuk mengucapkan 3 kata terpenting dalam kamus hidupnya; tolong, maaf, dan terimakasih. Kebiasaan kecil yang sudah dilupakan kebanyakan orang di jaman sekarang.

SEMESTA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang