fourth note

991 174 2
                                    

Pagi-pagi sekali Bulan sudah mengenakan seragam sekolah dengan rapi. Setelahnya dia menata buku kedalam tas sesuai jadwal hari ini. Sepasang matanya menatap buku catatan yang tertera nama Bintang di atas meja belajarnya. Dia jadi teringat kalau dia belum mengembalikan buku catatan milik sahabatnya itu.

Tidak jarang dia kambuh saat di sekolah yang menyebabkannya ketinggalan materi beberapa mata pelajaran. Beruntung dia memiliki seorang teman sekaligus sahabat yang pengertian seperti Bintang. Perempuan itu selalu meminjamkan buku catatannya kepada Bulan tanpa diminta.

"Ayah udah pergi?" Tanya Bulan pada seorang wanita paruh baya yang tengah sibuk menyiapkan sarapan di ruang makan itu.

Wanita itu menundukkan kepalanya sekali kemudian tersenyum ramah, "Selamat pagi, Tuan. Ayah Anda sudah berangkat 15 menit yang lalu. Beliau berpesan agar Anda tidak melewatkan sarapan."

Bulan hanya ber-oh, pemuda itu mengalihkan perhatiannya pada meja makan didepannya. Di atas meja itu telah tersaji Toasted Bread, Scrambled Egg, Oatmeal, Fresh Fruits, dan Apple Juice. Dalam waktu singkat dia telah menyelesaikan sarapannya lalu beranjak dari ruang makan.

"Terimakasih sarapannya."

Wanita yang bekerja sebagai asisten rumah tangga itu mengernyit heran. Sebab tidak ada 2 menit Bulan sudah meninggalkan meja makan. Ternyata dari sekian banyak menu yang tersaji, Bulan hanya meminum Apple Juice dan bahkan anak itu memakan Toasted Bread sembari berjalan menuju pintu keluar.

Selalu begitu, wanita itu hanya menggelengkan kepalanya.

Pelajaran saat ini terasa begitu cepat. Mungkin karena Bintang suka dengan mata pelajarannya, jadi tidak terasa waktu istirahat telah tiba. Coba kalau mata pelajaran yang tidak dia sukai. Rasanya seperti setengah abad menunggu bell saat pelajaran itu berlangsung. Pelajaran Matematika misalnya, Bintang tidak terlalu suka mata pelajaran itu.

Perempuan itu beranjak dari kursinya, tangannya membawa paper bag menuju meja Bulan. Dilihatnya sang sahabat yang tengah sibuk menulis pada bukunya.

"Kamu masih nyalin catatannya?" Bintang duduk disamping pemuda itu, lalu mengeluarkan kotak makan dari dalam paper bag.

Bulan menatap perempuan itu sekilas, "Iya nyicil. Ternyata aku cukup banyak ketinggalan materi."

Perlahan Bintang menutup buku tersebut membuat Bulan mengerjapkan mata bingung, "Makan dulu, kamu pasti ga sarapan tadi. Nyalin catatan juga butuh tenaga."

Si ketua OSIS itu mendengus geli, dia menerima kotak makan yang diberikan oleh Bintang. Dibukanya kotak makan itu yang berisi Nasi, Sayur Bayam dan Udang Sambal Balado sebagai lauknya. Untuk beberapa saat Bulan diam termenung melihat isi kotak makan dihadapannya.

"Kenapa diliatin aja makanannya? Bukannya kamu suka udang?"

"Suka! Tapi malas bersihin kulitnya. Ribet!"

"Sini aku bantu hilangin kulitnya."

"Yeay makasih kak Angkasa~"

Udang adalah salah satu makanan favorit Bulan. Tapi terkadang dia malas jika makan udang yang belum dihilangkan kulitnya. Katanya ribet harus bersihin sendiri waktu makan. Jadi butuh waktu lama karena dia tidak pandai dalam hal itu. Dulu, ada yang selalu membantunya membersihkan kulit udang untuknya.

"Kenapa diliatin aja, Ren? Kamu ga suka menunya?"

Bulan berdehem pelan saat tersadar dari lamunannya, "Eh suka kok. Apalagi udangnya udah dihilangin kulitnya. Kamu tau ya aku males makan udang kalo masih ada kulitnya hahaha."

"Hmm ya begitu..." Sebenarnya Bintang tidak terlalu tahu, dia mengusap tengkuknya canggung. Tapi daripada memperpanjang masalah itu, dia lebih memilih untuk fokus memakan bekal pada kotak makannya sendiri.

SEMESTA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang