thirty sixth note

1.1K 159 1
                                    

Bintang dalam pelukan Bulan

━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Sekarang Bulan tak akan ragu lagi, dia serius akan mengejar Bintang. Pemuda itu menjulurkan tangannya untuk menekan bell rumah Bintang. Setelah menunggu beberapa saat, terdengar suara pintu yang dibuka. Dani menyambut kedatangan Bulan dengan rambut acak-acakan seperti singa khas orang baru bangun tidur.

Dani mengusap kedua kelopak matanya agar dia bisa melihat dengan jelas, "Oh elu, kenapa pagi-pagi buta udah kesini? Mau apel sama adek gue?"

Bulan mengernyit terheran-heran hingga kedua alisnya hampir sejajar, lantas dia menengok ke arah langit. Matahari sudah bertengger tinggi, tapi Dani berkata ini masih pagi buta, Bulan menepuk keningnya sendiri, "Mana ada pagi, Kak! Udah siang ini noh langit udah terang benderang kayak masa depan gue."

Dani mengerjap berulang kali lalu menatap sekelilingnya, dia refleks membolakan matanya saat menyadari kalau saat itu benar-benar sudah siang, "ANJIR! GUE TELAT MASUK KERJA!"

Bulan mengelus dadanya melihat tingkah Dani yang lari terbirit-birit masuk ke dalam rumah, "Eh Kak! Bintang dimana?!" Bulan sedikit berteriak.

"TADI PAMIT KE MINI MARKET DEKET JALAN RAYA! BELI PRINGLES!" Teriak Dani dari dalam rumah.

Dani itu tipe orang yang pelor alias nempel langsung molor. Dan susah dibangunkan saat sudah tidur. Padahal tadi ketika Bintang pamit akan pergi ke mini market, perempuan itu sudah memperingatkan kakaknya untuk bangun dan berangkat kerja. Ternyata orang itu hanya bangun sebentar kemudian tertidur lagi.

Bulan beranjak hendak pergi menyusul Bintang. Namun ketika dia baru berjalan satu langkah keluar dari teras rumah itu, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Padahal sebelumnya langit benar-benar cerah, Bulan mendengus kesal. Dia melirik ke arah sudut teras, ada payung di sana.

Akhir-akhir ini hujan turun tak kenal waktu. Seperti siang itu, saat Bintang dalam perjalanan pulang ke rumah hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Perempuan itu berlari menerobos hujan mencari tempat untuk berteduh. Namun dia tak kunjung menemukannya. Sepanjang pinggir jalan itu hanya dipenuhi pepohonan cemara.

"Sial!"

Bintang merutuk dalam hatinya. Setelah masuk ke area komplek, akhirnya dia menemukan sebuah pos ronda yang nampak kosong. Dia pun langsung berteduh di sana. Harusnya tadi dia bawa payung, sekarang tubuhnya jadi basah kuyup. Tapi dia mana tahu kalau akan turun hujan di siang hari yang terik begini. Dasar hujan, datang tanpa permisi.

Tubuhnya sedikit menggigil karena kedinginan, dia menggosok kedua telapak tangannya untuk menghangatkan diri. Bintang menengadahkan tangannya, merasakan butiran-butiran air hujan yang menghantam telapak tangannya. Perempuan itu mendongak menatap ke atas langit, sepertinya hujannya akan lama redanya.

"Karin."

Bintang refleks mengalihkan pandangannya pada sumber suara yang memanggil namanya. Dia menatap Bulan yang tiba-tiba muncul di hadapannya dengan sebuah payung. Pemuda itu mendekati Bintang dan langsung menarik tubuh perempuan itu kedalam dekapannya.

"Narenㅡ" Bintang berusaha melepaskan pelukan itu. "Bajuku basah, nanti baju kamu ikut basah ish!"

Bulan tak peduli, dia justru mengeratkan pelukannya, "Biarin. Biarin kayak gini. Aku ga mau lepasin kamu."

"Ren...," Perlahan Bintang menggerakkan kedua tangannya untuk membalas pelukan Bulan.

"Aku mau kita kayak gini selamanya."

━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Angkasa, Arjuna, dan Senja
━━━━━━━━━━━━━━━━━━

SEMESTA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang