[⚠ gue ga saranin cerita ini untuk dibaca karena cerita ini sebenernya gue tulis untuk orang-orang yang gue sayang sebagai bentuk apresiasi kenangan-kenangan yang pernah dilewati bersama. Tapi kalo kepo mau baca juga gue ga ngelarang. Read at your o...
play the video above~ karena aku rasa lagu itu related sama perasaan Ajuna sekarang. ━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Arjuna memarkirkan motornya, lantas pemuda itu berjalan keluar dari area tempat parkir. Seperti biasanya, sekolah masih tampak sepi, sepagi itu baru beberapa siswa yang sudah datang ke sekolah. Termasuk dirinya. Dia berjalan di koridor sembari menyisir rambutnya yang sedikit berantakan menggunakan jemarinya.
Langkah kaki Arjuna mendadak memelan saat dirinya melihat perawakan Angkasa yang berjalan berlawanan arah dengannya dari kejauhan. Semenjak hubungan mereka menjadi jauh, Arjuna selalu merasa canggung saat bertemu Angkasa. Jantungnya berdetak lebih cepat ketika jarak mereka semakin dekat.
Saat mereka berpapasan tak ada interaksi dari keduanya. Seolah mereka adalah orang asing. Arjuna menghentikan langkah kakinya beberapa saat setelah Angkasa berlalu begitu saja. Pemuda itu memutar tubuhnya untuk menatap punggung Angkasa yang berjalan semakin jauh.
"Wajah Angkasa kenapa?" Monolognya pelan. Dia yakin bahwa dia melihat ada luka di wajah Angkasa seperti bekas pukulan.
Arjuna merasa seperti seorang pengecut. Hingga detik ini dia tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya. Karena dia takut akan risiko yang dia dapatkan jika orangtuanya mengetahui hal itu. Alhasil dia hanya mampu memendam perasaan itu seorang diri.
Sesungguhnya dia ingin selalu mengetahui kabar Angkasa. Apakah Angkasa makan dengan baik? Apakah Angkasa istirahat dengan cukup? Apakah Angkasa bahagia hari ini? Apakah Angkasa baik-baik saja?
Namun Arjuna adalah seorang pengecut yang berlindung dibalik topeng kepura-puraan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepulang sekolah, Angkasa langsung beranjak kembali ke rumah. Karena pertengkarannya dengan Joni dan Jefri kemarin, membuatnya sungkan untuk pergi bekerja di Neo Bar and Club. Angkasa kepikiran dengan kekecewaan yang dirasakan oleh dua sahabatnya itu. Meskipun Yuta sempat meminta Angkasa untuk tetap masuk kerja. Tapi pada akhirnya Yuta pun memaklumi alasannya, mungkin mereka butuh waktu untuk meredam amarah masing-masing.
"Kamu udah nunggak ya bulan lalu, terus sekarang mau minta waktu lagi, mau nunggak sampai kapan?"
"Saya janji minggu depan saya bayar. Saat ini saya belum ada uangnya, Bu. Saya masih ngumpulin."
"Bener ya. Kalo minggu depan ga ada lagi kalian pergi dari kontrakan saya."
Ketika Angkasa memasuki area rumahnya, di teras itu dia melihat bundanya yang tengah mengobrol dengan pemilik rumah kontrakan yang mereka tempati. Angkasa menatap kepergian pemilik rumah kontrakan itu, lantas mengalihkan perhatiannya pada bundanya. Bunda rupanya juga baru pulang dari mengajar, terlihat dari pakaian kerja yang masih dikenakan wanita itu.
"Ada apa, Bun?" Tanya Angkasa merasa penasaran dengan kedatangan pemilik rumah kontrakan itu tadi.
Bunda menggeleng pelan seraya tersenyum pada Angkasa, "Gapapa, Nak. Kamu baru pulang? Ayo masuk terus makan, kamu pasti belum makan kan?"