thirty fifth note

986 142 7
                                    

"Angkasa, ada orang dateng itu gamenya ditinggal bentar bisa kan? Tolong bukain pintunya dulu, Bunda masih masak!"

Angkasa merutuk dalam hatinya, siapa pagi-pagi begini yang datang ke rumah dan memencet bell berulang kali sejak tadi. Setelah mendengar teriakan Bunda dari arah dapur, akhirnya pemuda itu rela menganggurkan PS-nya dulu untuk membukakan pintu.

Angkasa dibuat terkejut dengan perawakan seseorang yang dia lihat setelah membuka pintu, "Bulan?"

"Siapa yang dateng, Nak?"

Bulan dan Angkasa saling berkontak mata sesaat. Setelah itu tiba-tiba Bulan melihat Bunda di belakang Angkasa yang berjalan mendekati mereka.

"Bunda, ini Bulan," Bulan menyunggingkan senyuman termanisnya.

"Bulan?"

Bunda membolakan matanya, masih tak percaya jika pemuda yang berdiri di ambang pintu itu adalah Bulan. Sudah lama sekali Bunda tidak bertemu dengan Bulan, banyak perubahan yang terjadi pada Bulan. Membuat Bunda memperhatikan wajah Bulan cukup lama hingga wanita itu baru menyadarinya.

"Astaga, kamu udah besar ya sekarang," Bunda mendekati Bulan dan menangkup kedua pipi pemuda itu. "Sini masuk, Nak," Wanita itu pun membawa Bulan masuk ke dalam rumah.

Bulan mengedarkan pandangannya, memperhatikan ruang tamu itu. Kemudian mendudukkan dirinya di sofa, diikuti oleh Angkasa dan Bunda yang juga duduk berseberangan dengannya. Netra Bulan tak sengaja menangkap foto pernikahan pada dinding ruang tamu tersebut, sama seperti yang dia lihat di meja kerja ayahnya.

Mereka masih saling mencintai rupanya, monolog Bulan dalam hatinya.

"Ayah sama Bunda keliatan serasi banget di foto itu," Bulan tiba-tiba bersuara, dia berujar seraya menatap foto pernikahan pada dinding tersebut.

Bunda mengalihkan perhatiannya mengikuti arah pandang Bulan, "Oh ituㅡ"

"Tapi sayang, kenapa kalian harus berpisah. Padahal sebenarnya kalian masih saling mencintai," Bulan memotong kalimat Bunda, pemuda itu menatap wanita di hadapannya.

Angkasa juga merasa penasaran dengan alasan dibalik perpisahan kedua orangtuanya itu. Bulan dan Angkasa pun meminta Bunda untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka. Agar semuanya jelas dan tidak ada kesalahpahaman lagi diantara mereka.

Singkatnya begini...

Fadia, adalah nama bundanya Angkasa. Anisa, adalah nama mamanya Bulan.

Fadia dan Anisa, memiliki hubungan persaudaraan tanpa ikatan darah.
Mereka dipertemukan di sebuah panti asuhan. Mereka sama-sama tidak tahu siapa orangtua mereka, darimana latar belakang mereka. Yang mereka tahu, mereka hidup dan tumbuh bersama di panti asuhan itu layaknya saudara kandung.

Sama seperti anak-anak yang lain, mereka selalu berharap dan menunggu ada orang yang mau mengadopsi mereka. Namun, hingga mereka beranjak dewasa harapan itu pupus. Seiring dengan bertambahnya usia mereka, mereka memutuskan untuk pergi dari panti asuhan saat mereka sudah bisa bekerja sendiri. Memulai hidup mereka yang lebih mandiri karena tidak ingin membebani panti asuhan lagi.

Mereka menyewa sebuah rumah untuk ditinggali bersama agar biayanya bisa lebih ringan jika ditanggung sama-sama. Suatu hari Anisa telah menemukan pujaan hatinya dan berkeinginan untuk membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Setelah itu mereka pun menikah. Dan Anisa pun harus meninggalkan rumah yang ditempatinya bersama Fadia. Karena dia ikut suaminya.

Tidak lama, Fadia juga menemukan tambatan hatinya yaitu Satrianda. Karena tidak ingin menunda-nunda, mereka pun segera melangsungkan pernikahan. Kabar buruk itu datang dari Anisa yang suaminya meninggal karena kecelakaan. Sepeninggal suaminya, Anisa mengalami kesedihan mendalam yang berlarut-larut hingga trauma berat.

SEMESTA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang