ninth note

904 165 15
                                    

"Siapa?" Bukan Bulan, melainkan Arsenio yang bertanya. Tapi pertanyaan itu berhasil membuat semua orang hening. Ternyata mereka juga ikut merasa penasaran dengan jawaban Bintang.

Wanita itu diam-diam memainkan jemarinya, gugup. Ragu antara harus mengatakannya atau tidak. Dia sengaja menghindari tatapan Bulan yang terlihat sangat tajam. Manik mata yang selegam sayap gagak itu menunjukkan bahwa pemuda itu sangat menunggu jawaban dari Bintang.

"Heee udahlah guys jangan dipaksa. Ini kan privacy dia," Ujar Keru menengahi orang-orang yang mendesak Bintang untuk menjawab.

Waktu seolah berpihak padanya, sekarang setiap orang hanya diberi kesempatan maksimal 10 menit untuk melakukan TMI. Dan waktu untuk sesi Bintang sudah habis. Giliran orang berikutnya yang maju. Suara desahan kecewa terdengar dari mereka lantaran rasa penasaran mereka belum terjawab.

"Gue pikir Bintang suka sama lu. Kalian kan deket banget selama ini," Bisik Arsenio pada Bulan di sebelahnya.

"Gue ga yakin. Makanya ini lagi mau gue pastiin," Jawab Bulan tanpa menatap lawan bicaranya. Matanya diam-diam menatap ke arah Angkasa.

Cukup lama Bulan ingin memastikan pada siapa Bintang menjatuhkan hatinya. Pasalnya bukan sekali saja Bulan mendapati Bintang yang secara sengaja pergi menemui Angkasa setiap pulang sekolah. Setahunya dua orang itu tidak pernah terlihat sangat akrab di dalam organisasi.

Untung saja dia tidak terlalu memperhatikan saat Bintang menyerahkan kotak makan pada Angkasa. Karena setiap dia mengikuti Bintang secara diam-diam matanya sudah terlanjur muak melihat interaksi mereka. Alhasil ketika dugaannya sudah terjawab bahwa Bintang menemui Angkasa lagi dan lagi, dia akan segera pergi dari tempatnya mengamati.

Dengan penuh percaya diri, Angkasa beranjak dari tempat duduknya. Gilirannya untuk maju ke depan sudah tiba. Perangainya yang rupawan membuat para anggota perempuan di sana terpesona. "Andai gue belum punya cowo, udah gue gebet ini berondong" - Freya.

Angkasa tersenyum menunjukkan bulan sabit dikedua kelopak matanya sebelum memulai, "Oke. Saya mau kasih tau salah satu rahasia terbesar dalam hidup saya."

Orang-orang mulai memusatkan perhatian dan memasang telinga mereka dengan serius.

"Sebenernya huruf S di belakang nama saya itu ada kepanjangannya."

Pernyataan Angkasa sukses membuat semua orang melebarkan mata. Termasuk Bulan ditambah dengan perasaan terkejut, apakah Angkasa serius akan memberitahukan nama belakangnya itu di depan orang-orang? Tanyanya dalam hati.

"Apa kepanjangannya?" Tanya salah seorang dari mereka.

"Ya ada lah pokoknya."

Semua orang kompak mendesah kecewa dan berseru tak menyangka dengan jawaban Angkasa.

"Lu niat mau ngasih tau apa ga sih?" Tanya yang lainnya.

Angkasa hanya terkekeh, "Udah udah. Waktunya udah habis."

"Woy belum habis ya, Sa! Balik lu ke depan!" Teriak yang lain meminta Angkasa bangkit lagi dari tempat duduknya.

"Spill setengah setengah pantatnya kelap kelip!"

"Kan point saya cuma mau ngasih tau kalo huruf S di belakang nama saya ada kepanjangannya. Bukan mau ngasih tau kepanjangannya apa," Setelahnya Angkasa tertawa renyah melihat respon semua orang di sana.

Disaat yang lainnya menyoraki si sekretaris itu, Bulan hanya membuat ekspresi datar seperti biasanya. Dia pikir Angkasa akan benar-benar memberitahu nama belakangnya saat itu juga pada orang-orang.

SEMESTA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang