Berlian ; Suara dari Xiao Dejun.

1.2K 238 15
                                        

Kalo kemaren-kemaren ceritanya melalui sudut pandang karakter cewek, untuk chapter kali ini spesial aku bakal nulis melalui sudut pandang Mas Dejun!
Ayo votenya dipencet dong jangan sampe lupa, happy reading!💚


Hari itu perasaanku sangat kacau setelah bertengkar hebat dengan Kun, Kakakku mengenai bisnis milikku yang sedang berkembang pesat.
Entah dimana letak salahnya aku juga tidak terlalu memahami asal muasal perdepatan hebat yang melibatkan kami berdua siang itu, alhasil akibat emosi menguasai diri aku akhirnya memutuskan untuk pergi untuk menghindari pertengkaran lebih lanjut.

"Hey Xiao Dejun! Aku belum selesai bicara!"
bentak Qian Kun setelah membaca pergerakan tubuhku.

Aku beringsut keluar tanpa menghiraukan panggilan Kun,
"Gak ada yang perlu dibahas lagi, Ge."

Tiba di parkiran cafe aku lantas mengenakan helm dan menyalakan mesin motorku melesat dari sana.
Memang begini kebiasaanku ketika sedang emosi, aku akan melampiaskannya dengan pergi menjauh agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Tentu saja sebagai remaja emosiku masih labil, kurasa kalian juga memahami itu.

Cukup lama aku berkendara tanpa memiliki tujuan menyebabkan tanganku terasa pegal, hingga akhirnya tibalah aku di toko buku terbesar kota ini tanpa kusengaja.

Pergi ke toko buku bukankah hal yang bagus?
Baiklah, mungkin membaca buku bisa membuat moodku sedikit membaik.
Lagi pula aku sudah lama tidak menambah koleksi komik.
Tak jauh setelah kakiku melangkah dari pintu masuk manikku mendapati seorang gadis bertubuh mungil dengan wajah murung, ah bukan lebih dominan kesal.
Ia terlihat kelelahan hingga menyandarkan punggung sempitnya pada sandaran kursi.

Wajahnya nampak jelita meski tertutupi aura kesal yang kentara, oh, lihatlah dia menghembuskan napasnya kasar namun tak tahu mengapa terlihat begitu menggemaskan dimataku hingga membuat kaki jenjangku tak dapat menahan diri untuk berderap menghampirinya ingin tahu apa yang menjadi penyebab ekspresi suramnya itu.

Tiba dihadapan sang gadis, aku lantas berjongkok hendak menyapa sekaligus melihat wajahnya lebih jelas,
"Kenapa mukanya bete gitu?"

Ia lalu mengalihkan atensinya padaku lalu kubalas dengan senyuman.
Dilihat dari dekat ternyata dia benar-benar cantik seperti Dewi, kulitnya berwarna kuning langsat nan mulus dipercantik dengan surai panjang lurusnya yang legam.

Sepasang obsidian karamel miliknya memancarkan kilatan rasa penasaran cukup besar membuatku menurunkan masker yang kukenakan hingga ke dagu, barang kali ia penasaran dengan rupaku.
Diluar dugaanku, gadis itu nampak tertegun atau mungkin mematung setelah menelisik wajahku melalui matanya.

Cukup lama kami beradu pandang hingga akhirnya ia buka suara,
"Hehe, gapapa kok. Aku cuma lagi cari buku cuma capek karena gak ketemu-ketemu,"
Ungkapnya sedikit kikuk membuatku jadi gemas sendiri.

Ya Tuhan! Bagaimana bisa engkau menciptakan wanita dengan suara selembut ini? Hanya dengan mendengar suaranya hatiku merasakan kedamaian yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Ah, lihatlah senyumnya yang terlampau menawan itu.
Mungkin saja bulan sabit akan merasa minder sebab merasa kalah indahnya jika dapat melihat senyumnya.

Aku lalu bangkit, "Emang kamu cari buku apa?"

Si gadis mencebik, "Buku Kimia nih,"

Buku Kimia? Wah, kebetulan aku hafal betul dimana letak deretan buku pelajaran yang sering dijadikan musuh oleh para siswa tersebut.
Semoga saja buku Kimia yang dicari olehnya ada dalam deretan itu, kasihan, dia terlihat  benar-benar kelelahan.

[✔] a k u   y a n g   s a l a h  | xiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang