Puncak

491 126 13
                                    

Aku paham kalian tau gimana caranya menghargai penulis.
Happy reading!💚

Hujan pagi ini membuatku ogah-ogahan melangkah masuk ke dalam kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan pagi ini membuatku ogah-ogahan melangkah masuk ke dalam kelas.
Meski terkesan ogah, tapi aku tidak berniat untuk bolos sekolah kok.
Aku ingin menunjukkan pada semua orang bahwa aku juga bisa masuk ke jajaran siswa pandai yang selalu di puja-puji oleh guru meski harus berusaha dengan sangat keras terlebih dahulu.

Dengan setelan seragam dan rambut lembab, aku melangkahkan kaki menuju tempat dudukku. Dengan gerakan lesu, aku melepas ransel yang kukenakan lantas menyumbatkan earphone berwarna pink milikku di kedua lubang telinga.

Aku memejamkan mata sembari menghirup aroma petrichor khas hujan yang memenuhi ruang kelasku.
Kepala kemudian aku sandarkan pada meja masih dengan mata tertutup.

Kelas masih benar-benar sepi.
Hanya ada aku, Hendery —yang sudah pergi entah kemana— dan dua orang siswi lainnya.
Suara hujan juga masih terdengar dengan jelas meski sudah kuredam dengan musik bervolume sedang dari earphoneku.

"Nih pake."
Samar-samar telingaku mendengar seseorang bicara ke arahku membuat aku segera melepas sebelah earphoneku dan menoleh ke sumber suara.

Diatas mejaku sudah tergeletak sebuah jaket pria dari merk ternama yang kuyakini milik Hendery yang baru saja pergi dari tempat dudukku.

"Makasih, Aheng. Sorry gue ngerepotin mulu."
Aku bergumam sambil menatap punggung lebar milik Hendery.

Hendery menanggapinya dengan anggukan sekilas tanpa menoleh kearahku.
Ia nampak sibuk dengan daftar barang yang harus dibeli untuk kelas bulan ini.

Aku lantas mengenakan jaket berwarna baby blue itu guna menghangatkan tubuh yang sedang bergetar samar karena kedinginan.

Sejak kemarin aku sama sekali tidak membalas pesan dari Xiaojun.
Telepon darinya pun tak kuhiraukan.

Aku merasa kecewa tentu saja, dibalik itu juga ada rasa cemburu.
Siapa sih yang tidak cemburu mendengar pacarnya harus mengikuti jadwal belajar tambahan hanya berdua dengan wanita lain?
Terlebih dia tidak mengatakannya padaku dari awal.
Parahnya, wanita yang menjadi partnernya adalah orang yang gemar merebut pacar orang lain. Wajar kan aku jadi uring-uringan?


 Wajar kan aku jadi uring-uringan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔] a k u   y a n g   s a l a h  | xiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang