"Tolong tanyakan pada Tuhanmu, bolehkah aku yang bukan umat-Nya mencintai hamba-Nya?"
-Xiao Dejun
Dapatkah aku dan dia melampaui kerasnya perbedaan?
Akankah kisah kami berakhir manis?
#1 : romansa sekolah
Sedang tahap revisi.
cr. Sartika Ayu Wulanda...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku merentangkan kedua tanganku keatas mencoba mengusir pegal yang hinggap ditubuhku dengan cara melakukan sedikit peregangan.
Hari sudah sore, segala kegiatanku di sekolah telah usai termasuk kegiatan ekskul. Kakiku melangkah diatas koridor, hendak keluar gedung sekolah seorang diri.
Xiaojun sibuk hari ini, hal itu membuat Xiaojun langsung pulang setelah pelajaran inti selesai. Sekarang sudah awal bulan, tentu saja Xiaojun sedang sibuk mengurusi keuangan Cafe miliknya belum lagi harus membagikan gaji karyawannya. Sudah tugas seorang Boss muda, kan?
Semilir angin menerpa tubuhku dengan lembut, membuat beberapa helai rambutku yang terurai sedikit terangkat.
"Sendirian aja nih?"
Mendengar sebuah suara, aku lantas menoleh mencari sumbernya. Suara tersebut ternyata berasal dari belakangku, milik seorang pria tampan yang masuk ke dalam jajaran pria populer di sekolahku.
"Loh? Kak Ten ngomong sama gue?" Aku menunjuk diriku sendiri.
Ten terkekeh melihat reaksiku, "Emangnya ada orang lain selain kamu, Neng?"
Benar juga. Di koridor ini hanya ada aku dan Ten. Pria itu lantas berlari kecil kearahku. Kami kemudian berjalan sejajar menuju gerbang utama sekolah.
Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal, "Hehe ya gak ada sih,"
"Mau pulang bareng gak? Udah sore nih, gak ada angkot lagi loh." Ten mengedarkan pandangannya ke jalan raya tak jauh dari sekolahku.
Tanpa diberitahu olehnya pun aku sudah tahu. Sekarang sudah hampir jam 6, mana mungkin ada angkot yang melewati daerah rumahku lagi.
"Aduh, gak usah Kak. Gue naik ojol aja gak enaklah ngerepotin Kak Ten." Aku menolak tawarannya secara halus.
Ekskul dance dan Akustik memang memiliki jadwal latihan yang sama. Jadi aku cukup sering berpapasan atau sekedar saling menyapa dengan Ten terlebih studio dance dan akustik juga bersebelahan.
Ten sangat populer karena bakat dance yang dimilikinya setara dengan dancer profesional. Dia bahkan terkenal di sosial media, pengikutnya di sosial media sudah mencapai puluhan ribu orang.
"Yaelah kayak sama siapa aja. Sekali-sekali ya gak masalah, udah mau maghrib gak baik azan maghrib masih dijalan." Dengan cepat, Ten meraih tanganku lantas menariknya agar mengikuti langkahnya menuju parkiran.
"Nih pake helmnya. Bisa gawat kalo Xiaojun liat lu kenapa-napa karena gue bonceng," Sambil terkekeh, Ten memberiku sebuah helm bogo berwarna cokelat.