Kakaknya Xiaojun?

742 173 46
                                        

Kalo mampir kemari jangan jadi silent reader ya.
Hargai author dengan memberikan vote dan komen~
Happy reading!💚

Hargai author dengan memberikan vote dan komen~Happy reading!💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini libur.
Kalau menuruti kemauanku, sudah jelas aku ingin rebahan di kamar sambil bertelepon ria membahas macam-macam hal tidak bermutu bersama Xiaojun.
Namun itu hanyalah ekspetasi, e-k-s-p-e-t-a-s-i yang tidak seindah realita yang kini aku hadapi.

"Mama mau beli apa sih? Kok lama banget?"
tanyaku dengan gemas kepada Mama yang seolah mematung di depan deretan kebutuhan pokok seperti tepung, beras dan kawan-kawannya karena bingung hendak membeli yang mana.

"Ini loh, Yu. Mama pengen beli tepung yang biru tapi biasanya beli yang merah."
Mama meraih kedua bungkus tepung kemasan 1 kilogram lantas menunjukannya padaku.

"Ya Allah, Ma, ini tepung pabriknya sama!"
Aku yang hampir tersulut emosi menunjuk nama pabrik tempat kedua tepung itu di produksi pada kemasannya.
Sabar. Aku tidak boleh durhaka apalagi kepada Mama.

Mama kemudian mendengus tetapi malah memasukkan kedua tepung tadi ke dalam troli.
"Ambil dua-duanya aja deh!"

"Astaghfirullah haladzim..."
Aku mengusap dadaku pasrah.
Memang begini jadinya kalau pergi belanja bersama Mama.
Bahkan aku dan Mama nyaris tiga jam berkeliling di supermarket ini namun Mama masih belum selesai juga berbelanja padahal kakiku rasanya sudah mau copot.

Dari pada berbelanja aku lebih senang menyebut kegiatan membuang-buang waktu ini sebagai cabang olahraga marathon karena jelas lebih melelahkan.
Bedanya aku hanya tidak berkeringat.

Ah, dasar Mama.
Tapi biar bagaimana pun Mama adalah orangtua satu-satunya yang kupunya.

"Ayu, udah yuk. Ini udah berat banget belanjaannya. Sini dong bantu Mama dorong ke kasir."

"Alhamdulillah, dari tadi kek."
Aku langsung mengambil alih troli dari tangan Mama dengan sigap mendorongnya ke arah kasir.

Baru akan membayar aku tiba-tiba panik.
Dompetku tidak ada di tempatnya!
Aku merogoh saku celana, saku baju, hingga mengeluarkan isi tasku di meja kasir namun tak jua menemukan benda persegi berwarna kuning tersebut.

"Mama bawa dompet gak?"
Kutanya Mama yang juga nampak panik.

Mama menggeleng pelan,
"Mama gak akan ikutan panik kalo Mama bawa dompet..."

"Totalnya berapa, Mbak?"
tanya seorang pria pada Mbak kasir di hadapanku.
Merasa tidak mengenalnya, tentu aku heran sekaligus bingung sambil menelisik setiap senti wajahnya.

Tampan, beralis tebal.
Tapi tidak setebal milik Xiaojun.
Tapi orang ini siapa?

Pria itu tanpa kuduga melunasi belanjaanku dan Mama membuat aku kontan merasa tidak enak.

"Duh, Mas nanti mampir ke rumah saya dulu ya biar uangnya saya ganti."
ucapku setelah kami keluar dari supermarket.

Si pria tersenyum kemudian mengangguk,
"Yaudah, kita kerumah kamu naik mobil saya aja ya."

[✔] a k u   y a n g   s a l a h  | xiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang