Jangan jadi sider ya.
Puter mulmednya biar makin ngefeel~
Happy reading!💚

Akibat terlalu banyak menangis semalam mataku jadi sembab dan sialnya terlihat dengan sangat jelas.
Tak hanya sembab karena kebanyakan menangis, kantung mataku juga terlihat agak menghitam karena kurang tidur.
Mama bahkan sampai khawatir karena mataku terlihat sangat bengkak hingga beliau tidak menganjurkan aku untuk berangkat sekolah hari ini.
Mama juga terlihat sedikit bingung karena ia tahu betul aku bukan tipikal orang yang gampang menangis.
Tapi aku tidak mau bolos hari ini, aku ingin bicara dengan Xiaojun sepulang sekolah nanti karena memang sudah terlanjur bilang dengan Xiaojun pagi tadi via pesan singkat.
"Mau Mama anterin gak?"
tawar Mama masih dengan tatapan ibanya.
Aku memang memilih untuk tidak memberi tahu Mama mengenai perbedaan antara aku dan Xiaojun.
Biarlah. Aku tidak mau Mama jadi ikut kepikiran karena masalah yang harusnya memang kuhadapi sendiri.
Aku mengangguk lesu, mengiyakan tawaran Mama setelah meneguk habis segelas susu hangat yang disajikan oleh Mama.
Mama mengulas senyum lembutnya,
"Yaudah ayo."
Aku langsung mengekori Mama menuju pekarangan rumah dimana motor Mama terparkir.
Aku dan Mama memang hidup sederhana terlebih setelah Papa meninggal dua tahun lalu karena serangan jantung.
Mama hanya seorang karyawan biasa di perusahaan swasta, sedangkan aku bersekolah dan kerja sambilan sebagai seorang model untuk sebuah online shop.
Semua penghasilan yang kudapat sengaja kutabung, sesekali kugunakan untuk membantu Mama memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Aku bahkan harus belajar mati-matian agar bisa mendapatkan beasiswa guna meringankan beban Mama.
Aku tidak mau menjadi anak tidak tahu diri yang terus menyusahkan orangtua.
Ya, meski aku masih sering kesulitan menghadapi pelajaran yang mengharuskanku untuk menghitung seperti Matematika, Kimia serta Fisika.
Tapi aku tidak akan menyerah.
Aku optimis tahun depan bisa meraih beasiswa penuh tersebut.
"Aku masuk dulu ya, Ma. Doain aku jadi makin pinter biar bisa dapet beasiswa."
Aku salim kepada Mama kemudian melangkah masuk menuju sekolah yang masih nampak sepi dengan langkah lunglai.

"Sayang, mata kamu kenapa? Kamu habis nangis?"
tanya Xiaojun dengan raut khawatirnya saat kami makan bersama di kantin.
Sejak tadi memang teman-temanku juga sudah mengajukan pertanyaan serupa, namun hanya bisa kujawab dengan alasan klise.
Apalagi kalau bukan akibat nonton drama Korea terkenal The World of The Married?
"Kak Ojun, ntar pulang sekolah ngopi dulu yuk? Ada yang mau aku obrolin."
cicitku sambil menatap Xiaojun dengan tatapan sendu.
"Iya boleh. Kita ngopi di cafe aku aja yuk? Deket kok. Nanti bubar kelas aku jemput di kelas kamu ya."
Xiaojun mengusak puncak kepalaku lembut penuh sayang.
Aku terkekeh pelan,
"Yaelah, kan aku bisa jalan sendiri ke parkiran."
"Gak boleh. Kamu harus dijagain biar gak di gondol maling."
kelakar Xiaojun diselingi tawa pada akhir kalimatnya.
"Dah lah gue jadi pasir aja."
Mark mengalihkan pandangannya pada mangkuk baksonya.
"Iyain aja deh. Yang lagi kasmaran emang beda!"
cibir Lucas setengah teriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] a k u y a n g s a l a h | xiaojun
Fanfiction"Tolong tanyakan pada Tuhanmu, bolehkah aku yang bukan umat-Nya mencintai hamba-Nya?" -Xiao Dejun Dapatkah aku dan dia melampaui kerasnya perbedaan? Akankah kisah kami berakhir manis? #1 : romansa sekolah Sedang tahap revisi. cr. Sartika Ayu Wulanda...
![[✔] a k u y a n g s a l a h | xiaojun](https://img.wattpad.com/cover/237913657-64-k994787.jpg)