"Tolong tanyakan pada Tuhanmu, bolehkah aku yang bukan umat-Nya mencintai hamba-Nya?"
-Xiao Dejun
Dapatkah aku dan dia melampaui kerasnya perbedaan?
Akankah kisah kami berakhir manis?
#1 : romansa sekolah
Sedang tahap revisi.
cr. Sartika Ayu Wulanda...
Harap berpegangan, karena part ini mungkin bisa menyebabkan oleng. Vote dan komennya jangan lupa, happy reading!💚
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Kriinggg!'
Jam beker berisik! Tanganku meraba-raba nakas di sebelah ranjang untuk meraih jam itu dan mematikan alarmnya. Kulihat jarum pendeknya menunjukkan pukul 6, membuatku mendudukkan diri guna mengumpulkan kesadaran sepenuhnya.
"Ayu! Bangun buruan kamu mau sekolah gak sih?!" Mataku langsung membulat. Suara Mama memang luar biasa, getarannya mampu membuatku langsung mengalahkan rasa kantuk.
"Iya, Ma!"
Usai menjawab teriakan Mama aku buru-buru melompat dari tempat tidur, mandi secepat kilat, ganti baju kemudian meraih tasku yang untungnya sudah kuisi sesuai jadwal semalam.
Cepat-cepat aku keluar kamar dan menemui Mama di meja makan. "Ma, anterin Aku dong, please. Ini udah setengah tujuh aku lupa kalo hari ini piket," Mohonku pada Mama.
"Hah! Kamu ini. Makanya pasang Reminder di hp, buat apa punya hp kalo gunanya buat liatin Oppa mulu?"
"Ayo dong, Ma. Emangnya Mama tega aku kena hukuman dari Ketua Kelas lagi?" Aku memelas, membuat Mama menghela malas namun masih mau mengantarku ke sekolah meski mengomel.
Pelupa, ini adalah salah satu kekuranganku yang sangat sulit untuk diperbaiki. Aku bangun jam segitu bukan karena aku malas ya, aku hanya lupa menyetel alarmku lebih pagi karena biasanya pelajaran disekolahku mulai pukul 8 pagi.
Tapi kasusnya hari ini berbeda karena ini hari rabu yang artinya aku kebagian jadwal piket. Siswa yang kebagian jadwal piket wajib datang satu jam sebelum pelajaran dimulai, makanya aku memohon pada Mama untuk mengantar, kalau naik bus ya mana sempat. Yang ada aku akan terlambat lalu dikenakan denda atau hukuman yang tidak masuk akal.
Saat tiba di depan gerbang sekolah, kulihat banyak murid lain yang sedang asik mengobrol. Biasa, gosip pagi.
Aku lantas melenggang masuk menuju kelasku dengan berlari kecil, berharap kedanganku lebih awal dari pada Hendery sang Ketua Kelas oknum pemberi hukuman bagi siswa piket yang terlambat. Hendery itu terkenal sebagai Ketua yang minim toleran, meski hanya telat semenit pun dia tetap menjatuhkan hukuman pada siapa pun yang terlambat tanpa pandang bulu.
Oh, waktunya pas! Kedatanganku hanya selisih beberapa detik dengan Hendery.
"Nyaris lu," celetuk Mark sambil menyapu,
"Selamat... selamat..." Aku mengatur napasku sambil mengusap dada.
"Bagian mana nih yang belum dibersihin?" tanyaku pada Mark, Bella sekaligus Lucas yang kebagian jadwal piket sama denganku.