Mama

595 120 15
                                    

Budayakan vote dan komen setiap mampir ya, tenang aja aku gak gigit kok~
Happy reading!💚

Langit sudah beranjak gelap ketika aku tiba dirumah sepulang dari kegiatan ekskul di sekolah bersama Xiaojun.

Aku dan Xiaojun memang mengikuti ekskul yang sama yakni ekskul Akustik karena Xiaojun piawai memainkan beberapa alat musik pun denganku yang kebetulan sedikit bisa bermain gitar.

"Mama udah pulang kantor? Kok sepi banget? Lampunya belum nyala juga."
Xiaojun dan aku memasuki pekarangan rumahku.
Benar kata Xiaojun, padahal hari sudah senja kenapa Mama belum juga menyalakan lampu?

Aku melirik jam tanganku, sudah hampir pukul 6 sore.
"Iya juga ya biasanya jam segini Mama udah selesai masak malahan."

Aku yang curiga langsung membuka pintu rumah, dan sialnya pintu terbuka dengan mudah alias tidak terkunci.
Otomatis aku yang panik berlari masuk kedalam rumah mencari keberadaan Mama karena perasaan tidak enak menyergapku.
Langkahku diikuti oleh Xiaojun, kami berdua mencari keberadaan Mama di segala penjuru rumah.

"Mama?!"
panggilku panik sambil mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru rumah.

"Sayang, cepetan sini! Mama ada disini!"
teriak Xiaojun dengan panik yang kentara.

Tanpa membuang waktu, aku langsung berlari menuju kamar mandi dekat dapur, tempat dimana suara Xiaojun berasal.

"Mama?!!"

Aku mendapati Mama tergeletak tak sadarkan diri di depan kamar mandi.
Air mataku langsung mengalir deras, kali ini perasaan takut benar-benar menguasai diriku.
Aku benar-benar takut kehilangan Mama seperti aku kehilangan Papa dulu.

"Kamu tunggu sini biar aku pesen taksi kita harus ke rumah sakit sekarang,"
Xiaojun dengan gesit mengeluarkan ponselnya dari saku celana kemudian berlari keluar.

"Ma, bangun dong, Ma..."
Dengan air mata berlinang, aku mencoba menyadarkan Mama.
Suhu tubuh Mama benar-benar rendah seperti es batu membuatku makin kalang kabut.
Takut, panik, khawatir dan sedih semuanya tercampur aduk menjadi satu.

Aku benar-benar takut kehilangan Mama.
Segala upaya pertolongan pertama yang kuketahui kulakukan agar Mama segera siuman namun masih belum membuahkan hasil membuat tangisku makin menjadi.

"Ay, kamu langsung ke depan ya taksinya udah dateng Mama biar aku yang angkat."
titah Xiaojun.

"Bentar, aku ambil tas Mama dulu siapa tau ada dokumen yang nanti diperluin sama rumah sakit."
Aku beringsut menuju kamar Mama guna mengambil tas berisi dokumen penting milik Mama. Beruntung Mama selalu menyimpan semua dokumen pentingnya di tempat yang sama.

Xiaojun mengangkat tubuh Mama keluar rumah, membawanya ke dalam taksi.
Usai menemukan tas yang kumaksud aku lantas menyusul Xiaojun untuk bertolak menuju rumah sakit.




"Dok, gimana keadaan Mama saya?"
Kutanyai seorang pria paruh baya dengan jas putih yang baru saja keluar dari ruang rawat Mama.

Dokter tersebut menatapku iba,
"Maaf harus mengatakan ini, tapi ginjal sebelah kiri Mama kamu sudah rusak parah. Mama kamu perlu cuci darah dan kontrol ke rumah sakit secara rutin. Untuk saat ini Mama kamu harus dirawat intensif agar kondisinya lekas membaik."

[✔] a k u   y a n g   s a l a h  | xiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang