🍁Khitbah🍁

1.5K 140 19
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Ternyata usahaku selama ini, membuahkan hasil yang manis. Kamu memang wanita yang Allah takdirkan untukku. Bahagiaku adalah saat kamu menerimaku apa adanya."

•Reyhan Hafiz Hanafi•

Hari-hari berlalu, kini saatnya Reyhan dan keluarganya berkunjung ke rumah Aishwa untuk mengkhitbahnya.

Setelah beberapa hari yang lalu, keluarga Reyhan dan keluarga Aishwa membicarakan perihal tanggal untuk khitbah sampai hari akad nanti.

Reyhan sudah bersiap dengan baju kemejanya dibalut dengan jas hitamnya, celana hitam yang digunakannya serasi dengan jasnya. Sepatu fantopel berwarna hitam yang mengkilat seperti habis di semir, Reyhan menatap penampilannya di kaca cermin.

"Tampan juga saya," ucapnya sambil menyisiri sisi rambut yang kanan.

Setelah selesai, dia menetralkan jantungnya, agar tak berpacu lebih cepat. Hari ini dia akan mengkhitbah wanita yang dia sayangi.

Betapa bahagianya dia, ketika bisa bersanding dengan wanita impiannya. Reyhan berhasil merayu Allah lewat sepertiga malamnya.

Malam yang tak pernah di lewatinya untuk berbincang kepada Rabb-Nya.

"Reyhan sudah siap?" Tanya sang mama yang menghampiri Reyhan.

Semua keluarga Tasya maupun almarhum Gibran datang untuk mengantarkan cucu kesayangan mereka.

"Siap Ma!" Kata Reyhan begitu semangat.

Pokoknya hari ini adalah hari bahagianya.

"Maasyaa Allah cucu kakek sama nenek ganteng sekali," kata Maira sang ibu dari Tasya-- nenek Reyhan.

"Terima kasih nek," jawab Reyhan tersenyum.

"Ya sudah, karena sudah siap. Mari kita berangkat!" Tutur Aidar--om Reyhan. Yang mana Aidar adalah adik dari Tasya.

Selama di perjalanan, hati Reyhan terus berdetak tak biasanya. Malam ini, dia akan mengkhitbah seorang wanita.

Dan wanita itu adalah Aishwa Fadila Azzahra. Seseorang yang telah dia cintai sejak kecil. Tak pernah menyangka, bahwa Allah benar-benar mengabulkan doanya.

Usahanya tak pernah mengecewakan. Memang benar, ketika kita berharap pada seseorang, pasti akan kecewa. Akan tetapi, kalau kita berharapnya sama Allah, pasti tidak ada kata kecewa. Jadi, berharapnya sama Allah saja. Jangan berharap sama manusia.

***

Seorang gadis tengah memantulkan dirinya didepan cermin. Siapa lagi kalau bukan Aishwa. Jilbab berwarna ungu yang dipadu dengan gamisnya melekat indah di tubuhnya. Senyumannya tak pernah luntur sejak tahu kalau Reyhanlah yang akan menikah dengannya.

Ternyata selama ini, Aishwa memang menyayangi Reyhan. Tapi kali ini, rasa sayang itu berubah menjadi rasa cinta, bukan sebagai kakak. Melainkan sebagai seorang laki-laki yang akan meminangnya malam ini.

Rasa itu tumbuh tanpa Aishwa sadari. Ternyata selama ini, perhatian dari Reyhan membuat hatinya luluh. Dia telah mencintai laki-laki yang bahkan tak pernah dia bayangkan selama ini.

Masalah percintaannya bersama Rafa, dia sudah melupakannya. Laki-laki itu menghilang semenjak mengatakan kepada Aishwa untuk menunggunya.

Sudah pasti Aishwa tidak akan menunggu laki-laki tanpa suatu kepastian. Dia wanita yang juga butuh kepastian. Di usia yang sudah dibilang dewasa ini, dia hanya menginginkan laki-laki yang serius bukan main-main.

Tok... tok...

"Iya, sebentar!" Sahutnya sembari membenahi riasan make upnya. Malam ini dia berdandan agar terlihat berbeda. Namun, make up yang dia gunakan hanya tipis dan tidak tebal.

"Nak, Reyhan dan keluarganya sudah datang,"

Deg! Jantungnya tiba-tiba berpacu lebih cepat. Tak seperti biasanya. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? Eh kalau jatuh nanti sakit, mending bangun cinta aja.

"Iya Ma, Aish sudah siap," katanya sembari menetralkan hatinya.

Jujur saja, hatinya berdetak lebih kencang. Padahal sebelumnya dia bersikap seperti biasa. Seperti hari-hari dia bertemu Reyhan sebagai sahabat. Namun, kali ini berbeda, ada rasa bahagia yang tak dapat dia utarakan melalaui kata.

Sesampainya Aishwa dan Mamanya di ruang tamu, dia duduk disamping sang Papa. Sedangkan Reyhan dan keluarganya sudah menunggu sejak tadi.

"Baiklah, karena Aishwa sudah ada, silakan nak, Reyhan untuk mengutarakan niatnya," kata Faisal terus terang.

"Bissmillahirrahmanirrahim ... Om, Tante ... saya ingin mengkhitbah Aishwa, putri dari Om dan tante. Izinkan Reyhan menjadi imamnya, dan izinkan Reyhan untuk membahagiakan Aishwa," ucap Reyhan penuh keyakinan. Wajahnya masih menunduk malu.

"Om mengizinkan nak Reyhan untuk menjadi pendamping anak om, bagaimana Aish?" Tanya Faisal kepada putri semata wayangnya.

Aishwa pun menunduk malu. Entahlah dia jadi gugup di hadapan keluarga Reyhan. Padahal sebelumnya, dia sudah kenal dekat dengan keluarga Reyhan.

"Bissmillah ... Aish meneriman Khitbah dari Abang Reyhan," jawab Aishwa membuat hati Reyhan lega.

Akhirnya, jawaban ini yang selalu dia tunggu. Dia akan menikah.

Terima kasih ya Allah... engkau mengabulkan doaku.

"Alhamdulillah ..." seru orang yang ada di ruang tamu. Keluarga Reyhan dan Aishwa lantas makan malam bersama.

"Om, Tante, Ma dan semuanya. Reyhan izin untuk bicara sama Aish yah," izin Reyhan pada keluarga.

Setelah mendapatkan izin, Reyhan dan Aishwa duduk di teras rumah Aishwa. Angin malam yang begitu menusuk, membuat Aishwa memeluk tubuhnya.

"Aish ... Terima kasih sudah menerima abang," Reyhan membuka suara setelah mereka berdiam dan tak saling bersuara.

Suara jangkrik malam, membuat suasana semakin sunyi. Aishwa masih menundukkan kepalanya.

"Iya Bang, Aish bersyukur karena yang dijodohkan dengan Aish yaitu abang," jawab Aishwa malu-malu.

"Ternyata usahaku selama ini, membuahkan hasil yang manis. Kamu memang wanita yang Allah takdirkan untukku. Bahagiaku adalah saat kamu menerimaku apa adanya." Perkataan Reyhan berhasil membuat Aishwa tersipu malu.

Wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Senyumnya membuat Reyhan candu.

"Dan ternyata, kamu yang selama ini menyebut namaku dalam doa. Aku bersyukur, Allah menjodohkan kita. Terima kasih, karena telah melangitkan namaku didalam sepertiga malammu." Aishwa menjawab perkataan Reyhan dengan kata-kata puitis.

Jika dua insan yang saling mencintai karena Allah, pasti akan Allah ridai. Kecuali, mereka mencintai hanya karena rupa dan kekayaan.

Wanita itu dipilih bukan karena cantik fisiknya. Akan tetapi, yang cantik akhlaknya.

Kalau lelaki mencari wanita yang cantik fisiknya, itu relatif. Sebab, yang cantik banyak, tapi sedikit yang memiliki akhlak yang baik.


📝Tangerang, 26 Agustus 2020

Gimana baper gak sih? Wkwkw

Mohon maaf babnya pendek😙😙
Komennya dong😂😉

Jangan lupa baca Al-Quran

Salam sayang
AliyaNatasya❤

REISHWA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang