🍁Pindah Rumah🍁

1K 100 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Keinginanku cuma satu yaitu cukup kamu selalu ada di sampingku, suka maupun duka kamu tetap ada untukku."

•Reyhan Hafiz Hanafi•

***

Pagi ini, Reyhan yang membuatkan sarapan untuk sang istri, karena semalam badan Aishwa demam akibat datang bulan pertamanya, jadi Reyhan memutuskan untuk membuatkan sarapan. Dan sore ini, Reyhan dan Aishwa akan pindah ke rumah baru mereka.

Reyhan memang sudah menyiapkan rumah untuk mereka berdua. Tak jauh dari rumah orang tuanya, hanya bersebelahan saja.

Reyhan sengaja membeli rumah dengan hasil jerih payahnya selama membantu sang Mama di rumah makan. Dan saat ini, rumah makan itu sudah memiliki tiga cabang. Cabang pertama di Jakarta, cabang kedua di Bandung, cabang ketiga berada di Tangerang Selatan. Selama ini, Mamanya Reyhan telah berjuang untuk membangun rumah makan itu.

"Sayang ... kita sarapan dulu yuk!" Reyhan membangunkan istrinya yang masih tidur dengan selimut putihnya.

"Nanti aja bang," jawab Aishwa sambil merapatkan selimutnya sampai kepala. Dia demam, perutnya sakit akibat datang bulan. Hari pertama memang sangat menyiksa bagi seorang wanita kala dirinya datang haid. Mau apapun serba salah. Tiduran sakit, duduk sakit, apalagi kalau dibawa jalan, maasyaa Allah banget rasanya. Itulah keistimewaan seorang wanita. Ketika dia datang haid, bahkan Allah menyuruh wanita yang haid untuk tidak melaksanakan salat, puasa, membaca Al-Qur'an, karena memang itu sudah kodrat wanita seperti itu. So, syukuri saja rasa sakit itu.

"Ayo sayang, nanti nasi gorengnya keburu dingin," ucap Reyhan sambil mengelus pucuk kepala Aishwa yang tertutup jilbab bergonya.

"Abang masak?" tanya Aishwa mulai membuka matanya perlahan. Dia merasa bersalah karena telah lalai menjadi istri yang tidak bisa masak.

"Iya, makanya yuk kita sarapan, biar badan kamu itu sehat lagi," balas Reyhan, membuat Aishwa menahan air mata.

"Bang ... maafin Aish yah, Aish nggak bisa masak," tutur Aishwa dengan mata yang berkaca-kaca.

"Heiii... kenapa matanya berkaca-kaca? Gapapa sayang, selagi abang bisa masak, abang akan masakin istri abang,"

Reyhan memang jago dalam hal masak-memasak, selain itu juga Reyhan menjadi koki di rumah makan milik sang mama, yang mungkin akan Reyhan kelola sendiri. Sebab, mamanya tak bisa menghandle sendiri rumah makannya.

"Aish merasa nggak berguna jadi istri, Aish nggak bisa masak, hikss..." Dia merasa tidak berguna sebagai seorang istri, bagaimana tidak? Sama minyak panas saja dia takut. Pernah ketika Aishwa membantu sang mama menggoreng ayam, minyak panas itu berkecipratan, itu yang membuat Aishwa takut minyak panas. Makanya, Aishwa tidak bisa memasak. Hanya bisa memasak mie instan dan telur cepluk saja.

"Ya Allah sayang ... abang nggak masalah, mau istri abang nggak bisa masak sekalipun, abang akan tetap mensyukuri, karena istri abang ini solehah. Soal nggak bisa masak, nanti kamu bisa belajar masak sama abang, nanti kalau kita sudah pindah, lebih banyak waktu berdua sama kamu,"

Jawaban Reyhan mampu membuat Aishwa tenang. Dia sangat bersyukur memiliki suami seperti Reyhan.

"Makasih abang ..." ucap Aishwa, lalu memeluk Reyhan sambil tersenyum.

REISHWA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang