🍁Menahan Rasa Sakit🍁

1.7K 98 4
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Takkan ku sesali semua ini, karena memang seharusnya begini. Kamu bukan untukku seorang, namun dia juga yang akan memilikimu."

•Aishwa Fadila Azzahra•

|Reishwa by Aliya Natasya|

***

Berbicara tentang cinta, semua orang pun pasti memiliki cinta. Termasuk diriku, memiliki cinta yang amat besar pada suamiku, namun tak melebihi kecintaanku pada Rabb-ku.

Aku tahu, meskipun nanti suamiku menikah dengan Keysha waktunya akan terbagi untukku dan Keysha. Tapi, aku harus bisa menerima ini. Aku tak pernah menyalahkan siapapun disini, aku tak pernah menyalahkan Keysha juga tak pernah menyalahkan takdirku. Karena memang, mungkin ini yang terbaik untukku.

Aku terus merayu bang Reyhan untuk bisa menerima permintaanku, namun dia tetap saja diam.

Sungguh, aku sangat merindukan rayuan mautnya. Gombalan-gombalan yang sering dia lontarkan kepadaku, hilang seketika. Dulu, awal-awal baru menikah, dia selalu menggombaliku. Tapi katanya bukan gombal, melainkan kenyataan. Aku rindu itu semua.

Jika aku boleh memilih, aku tak ingin merasakan kesedihan. Aku ingin selalu bahagia bersamanya, tapi aku mengerti. Semua manusia yang hidup pasti akan mendapati ujiannya masing-masing. Berbagai masalah yang datang itu pasti ada. Hanya saja, tinggal kitanya saja yang melewati itu semua. Aku yakin, aku bisa melewati rasa sakit ini. Aku akan menahan rasa sakit ini. Walaupun nanti dia akan berpindah haluan pada dia, tapi aku tetap ada di sampingnya.

"Nak, bantu bunda untuk menahan rasa sakit ini yah. Bunda yakin, kalau bunda pasti kuat," ucapku pada bayiku yang masih di dalam perut. Aku mengelus-elus perutku yang sudah sedikit membuncit. Kini, usia kandunganku beranjak lima bulan. Bang Reyhan selalu menuruti kemauanku, bisa dibilang aku sering ngidam.

Namun, belakangan ini bang Reyhan tak lagi mengucapkan kata-kata yang membuat hatiku luluh. Jika dulu dia selalu membuat pipiku merona, tapi kali ini dia membuatku hampir setiap hari menangis, karena sikapnya menjadi pendiam. Seperti saat ini, aku sedang berdiam diri di kamar, bang Reyhan sedang membuat laporan proposal untuk nanti dia KKN.

"Bang?" panggilku sambil menghampirinya yang tengah fokus pada laptopnya.

"Hmmm?" katanya dengan nada tak acuh. Ya Allah ... dia berubah sekali.

"Ekhem, aku mau bicara sama abang." Aku berdeham, lantas bang Reyhan menutup laptopnya.

"Mau bicara itu lagi? Abang sudah bilang berapa kali, kalau abang tidak mau menikahi Keysha!" katanya dengan nada sedikit tinggi, aku hanya mampu menunduk sambil menahan tangis. Kenapa bang Reyhan keras kepala sekali?

"Kamu egois tau nggak? Kamu hanya memikirkan diri kamu sendiri, tapi tidak denganku!" Lanjutnya lagi. Apa? Aku egois? Bukan, aku bukan egois. Justru karena aku kasihan dengan Keysha, maka itu aku merelakan suamiku.

"Aish nggak egois bang, Aish ingin di akhir hidupnya Keysha, dia merasakan kebahagiaan yang Aish rasakan," ucapku kembali menatapnya lekat. Kulihat wajah bang Reyhan sudah memerah menahan amarahnya.

"Kamu tahu? Dengan kamu menyuruh abang untuk menikah lagi, itu artinya kamu membuat abang sakit hati!" Aku tak tahan untuk tidak menangis. Aku menangis di hadapan, dulu memang bang Reyhan berjanji. Tapi untuk sekarang, aku tak ingin melihat Keysha sedih. Aku juga wanita. Kalau di posisi Keysha, aku pasti akan sangat sedih dan kecewa.

REISHWA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang