Extra Part I

1.6K 105 19
                                    

"Sedih, haru dan bahagia menjadi satu. Aku percaya, bahwa Allah penentu takdir terbaik."

•Aishwa Fadila Azzahra•


Hari terus berganti, tepat sembilan bulan usia kandunganku. Azkia dan Azka juga sedang aktif-aktifnya. Dia selalu menanyakan kapan adiknya akan lahir ke dunia.

Hari ini, Azkia dan Azka sedang bermain di rumah neneknya, sebab tadi pagi Mama Tasya ke rumah untuk membawa si kembar. Aku bisa mengerjakan rumah dengan lega tanpa di recoki oleh si kembar. Biasanya, mereka selalu saja berbuat ulah. Ruang tamu yang berantakan akibat mainan si kembar, tapi aku tidak pernah mengeluh.

Semenjak menjadi seorang ibu, aku menjadi lebih dewasa. Jika dulu aku selalu merepotkan Mama, kini aku merasakannya. Rasanya memang lelah, tapi aku menjalaninya dengan Lillah.

Seperti saat ini, aku baru saja menyelesaikan masakanku. Suamiku masih berada di Restoran. Ya, kini usaha bang Reyhan semakin maju. Dulu, beliau memiliki satu rumah makan itupun rumah makan kecil-kecilan, tapi dengan usaha dan tekadnya. Bang Reyhan menjadi sukses. Aku sangat bersyukur menikah dengan bang Reyhan. Jujur saja, tiga tahun belakangan ini, bang Reyhan tidak pernah membuatku menangis. Sejak kejadian ketika Keysha sakit, saat itu bang Reyhan memuliakanku sebagai istrinya.

Bang Reyhan selalu berkata ; "Istri itu harus dimuliakan, sebab dia makhluk yang harus disayangi." Katanya.

Aku jadi teringat masa-masa dimana kami baru saja menikah. Kata-kata yang menurutku gombal, tapi baginya itu bukan gombal tapi kenyataan.

Aku tersenyum kala mengingat masa-masa indah itu.

Tok ... tok ...

Suara ketukan pintu membuat aku bangkit dari dudukku. Lantas, aku berjalan dengan pelan sambil mengusap perutku yang sudah membesar.

"Assalamualaikum." Aku membuka pintu dan menjawab salamnya.

Ternyata yang datang si kembar dengan neneknya. Aku lantas menyalami tangan mama mertuaku.

"Anak-anak bunda sudah pulang?" Tanyaku setelah mencium tangan mama, lalu aku mengusap rambut mereka bergantian.

"Bunda! Tadi Kia lihat foto almarhum kakek sama Azka, ternyata kakek itu ganteng yah," ucap Azkia sangat antusias. Aku tersenyum, lalu melirik ke arah Mama Tasya. Aku jadi teringat alhmarhum Papa mertuaku. Sedikit banyaknya, aku tahu tentang beliau. Bang Reyhan sering bercerita denganku, terlebih Papa Faisal juga banyak menceritakan tentang beliau.

Sebenarnya, bang Reyhan juga tidak tahu sosok ayahnya seperti apa. Tetapi, semenjak ia beranjak dewasa, ia di ceritakan oleh Mamanya. Bahwa ayahnya itu lelaki yang sangat romantis, dan bang Reyhan ingin mencontoh papanya.

"Iya bunda, tadi Azka juga lihat foto kakek!" Sambung Azka.

"Oh iya? Berarti kalian sudah tahu dong, yah, kakek itu tampan?" Tanyaku. Mereka hanya menganggukkan kepalanya.

"Ma, masuk dulu yuk, Aish sudah masak tadi," Aku mengajak Mama masuk, dan si kembar yang aku tuntun menuju ruang makan.

"Bunda, ayah kemana?" Tanya Azkia saat dia sudah duduk di kursi.

"Ayah sedang ada kerjaan, jadi kita makannya berempat aja yah," jawabku tersenyum kepadanya.

"Berlima bunda, kan ada adik Bayi," koreksi Azka. Aku pun menggeleng, lupa kalau Azka ini sangat menginginkan kehadiran anakku.

"Oh iya, ada dedek bayinya, yah,"

Aku mengambil air putih, lalu menuangkannya kedalam gelas Mama dan si kembar.

REISHWA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang