بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
"Rindu itu selalu datang tiba-tiba. Seperti hujan yang turun ke bumi, seperti itulah rasanya aku merindumu. Walau hujan telah reda, tapi rinduku tetap sama."
•Aishwa Fadila Azzahra•
|Reishwa by Aliya Natasya|
***
Sore ini, aku pergi ke rumah sakit bersama Aira dan Rafa. Tadinya aku kaget saat Rafa berada di rumahku bersama Aira. Tetapi, setelah Aira menceritakan pertemuannya sampai akhirnya dia tahu bahwa Rafa ini adalah kakak kandungnya. Aku tak pernah menyangka sebelumnya, kalau Rafa adalah kakaknya Aira, karena memang Aira anak angkat dari Ayah Ridwan. Jadi, aku tidak tahu tentang kakaknya Aira. Dan lagi, dia juga tak pernah menceritakan tentang kakaknya, hanya saja Aira pernah bilang bahwa dia memiliki seorang kakak laki-laki.
Aku sudah berburuk sangka pada Rafa. Aku kira, dia mau merusak hubunganku dengan bang Reyhan, namun nyatanya dia memang sudah benar-benar hijrah. Aku melihat dari cara dia berpakaian dan bertutur kata. Dia benar-benar berbeda dari Rafa yang dulu. Aku bersyukur, karena Rafa telah berhijrah di jalan Allah. Dulu aku sangat kecewa dengannya, karena dia tak percaya adanya Allah. Aku jadi teringat saat bersamanya dulu. Masa lalu itu kembali terputar di otakku, tapi aku berusaha menepisnya. Tak seharusnya aku mengingat masa itu, yang harus kupikirkan sekarang adalah keluarga kecilku.
"Wa, aku minta maaf yah," tutur Rafa padaku. Aku tengah duduk di belakang, sedangkan Aira di kursi paling depan dekat Rafa. Aira menoleh ke arahku.
"Aku udah maafin, kok," ucapku pelan. Rasanya aku ingin menangis sekarang, namun aku juga tak mau Aira melihatku menangis. Aku berusaha untuk tidak menangis di hadapan mereka. Sebab, aku tak mau terlihat cengeng di depan mereka.
"Wa, berarti Rafa yang kamu maksud itu adalah kakakku?" tanya Aira. Ya, dulu aku sering banget menceritakan tentang Rafa pada Aira. Aku banyak bercerita mengenai Rafa yang menjanjikanku untuk menunggunya. Sampai dia menyuruhku untuk menunggunya hingga dia menemukan tuhannya. Namun, sekarang dia sudah menemukan Tuhannya, dia sudah hijrah.
Aku hanya mengangguk, tak berani bicara di depan lelaki itu. Sudah cukup hatiku dibuat kecewa olehnya.
Sejurus kemudian, kami telah sampai di rumah sakit. Aku dan Aira berjalan mendahului Rafa, sedangkan lelaki itu memakirkan mobilnya, baru dia mengikuti kami berdua.
Sebenarnya, hatiku tak kuat melihat wajah Keysha. Hatiku juga sakit, kala mengingat mimpi itu. Mimpi dimana Keysha memohon dan meminta izin untuk menikah dengan bang Reyhan. Aku tak bisa apa-apa, selain mengangguk dan berusaha ikhlas.
Aku bertanya kepada suster tentang keberadaan kamar rawat Keysha. Setelah suster memberitahukan kamarnya, lantas kami berjalan menuju kamar tersebut.
Kini, kami telah sampai di depan ruang rawat Keysha. Disana ada Ayahnya Keysha, lantas aku menghampiri ayahnya.
"Assalamualaikum, ayah," sapaku. Aku memang memanggil ayah Keysha dengan sebutan ayah. Semenjak remaja kami memang sudah sangat dekat, bahkan bundanya pun sudah aku anggap seperti bundaku sendiri. Kami terlihat seperti adik kakak, maka itu aku mengikhlaskan bang Reyhan untuknya.
"Waalaikumussalam, nak Aishwa," jawab Ayah yang menangkupkan kedua tangannya. Aku pun melakukan hal yang sama.
"Ayah, apa Keysha sudah membaik?" tanyaku ikut duduk di samping ayah Keysha. Lelaki itu pun membenarkan posisi duduknya, terlihat wajahnya sangat lelah sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
REISHWA [Selesai]
Roman d'amour"Jika memang kamu adalah jodohku, sejauh apapun pasti akan Allah pertemukan. Namun, jika memang kamu bukan jodohku, aku akan merayu Allah agar Dia menyatukan kita." •Reyhan Hafiz Hanafi• "Aku pernah mencintai seseorang hingga lupa bahwa ada Allah ya...