Pulang kerumah dengan pikiran yang sangat kacau saat kilas balik tentang apa yang terjadi di kamar hotel Jennie muncul kembali dalam kepalanya. Ketika ia melihat Jennie berdiri disana, dengan kulit yang lembap karena mandi, wajahnya yang bersinar. Membuat Taehyung harus mengeluarkan semua control atas dirinya untuk tidak menarik Jennie ke dalam pelukannya, mengecup bibir ranum itu yang terlihat basah.
Dan saat bibir ranum itu terbuka, Taehyung hanya bisa mendengar kebencian yang ditujukan padanya, tapi hatinya diam-diam tersenyum saat menyadari mata kucing itu tidak menampilakn perasaan yang sama padanya. mata kucing itu tidak menampilkan kebencian padanya.
Mata itu masih menampilkan sorot mata yang biasa ia terima lima tahun lalu ketika wanita itu masih terus mengatakan kepadanya bahwa ia mencintainya.
Taehyung tidak tahu keajaiban begitu kecil tetapi fakta bahwa Jennie masih mencintainya memberinya lebih banyak harapan. Taehyung sadar bahwa ia bersalah, tapi ia tidak bisa hanya duduk dan menunggu hingga Jennie pulang.
Melangkah ke kamarnya, Taehyung mulai mengemasi barang-barangnya. Sudah terlalu sering ia membiarkan Jennie pergi, tapi kali ini tidak lagi.
Melihat sekeliling, mencoba untuk berpikir jernih melalui kabut pikirannya. Ada adrenalin yang terpompa dalam dirinya dan sekarang yang ia inginkan adalah berlari, dan menemukan Jennie, membiarkan wanita itu tahu bahwa ia tidak akan menyerah pada hubungan mereka.
Saat Taehyung akan menyandang tas ransel miliknya ke atas bahu, seorang pelayan datang dan memberitahunya bahwa Nayeon datang.
Tak menunggu waktu lama, Taehyung segera turun dan menemukan Naeyeon yang duduk disofa ruang tamunya.
“Dimana Jennie?” Tanya Nayeon.
Taehyung menghela napas. “Kenapa kau tidak bertanya langsung padanya?” ucapnya, melangkah ke dapur untuk mengambil sebotol air untuk dirinya sendiri.
“Aku tidak bisa menghubunginya dan aku benar-benar perlu berbicara dengannya.” Jelas Nayeon.
“Dan apa yang membuatmu mengira bahwa aku tahu dimana Jennie?” Tanya Taehyung sambil membuka pintu lemari es.
Nayeon mendengus. “Kau suaminya.”
Taehyung memandangnya dengan tatapan datar sebelum ia menarik napas dengan mantap. “Kupikir dia akan pergi ke Las Vegas dengan pria bernama Jackson itu.”
Alis Nayeon terangkat bingung. “Jadi, apakah mereka seperti....memiliki suatu hubungan?” Tanya Nayeon dengan geli.
Taehyung menghela napas, membanting botol ke meja. “Dengar, aku tidak tahu....kurasa tidak.”
Nayeon menatap lurus pada tas yang menggantung di bahu Taehyung. “Kau akan pergi? Kemana?”
“Aku akan menyusulnya.”
“Apa kau gila —jangan!”
“Aku tidak membutuhkan izinmu. Nay.” Ucap Taehyung, berjalan melewatinya.
Nayeon sedikit berlari untuk mengejarnya. “Kau sudah mengacaukan kehidupannya. Paling tidak yang bisa kau lakukan adalah membiarkan Jennie pergi untuk menjernihkan pikirannya. Dan kurasa itu masuk akal untuk semua neraka yang dia alami karenamu, Taehyung.”
Taehyung berhenti dan tiba-tiba berbalik untuk menghadapnya. “Aku sangat todak membutuhkan pendapatmu. Dan ya, ku akui aku mengacaukan segalanya, tapi menurutmu apa yang sedang aku coba lakukan disini? Dan ngomong-ngomong, aku tidak ada disini saat ia mulai mengacaukan kehidupannya, tapi kau ada disini, jadi beritahu padaku apa yang sudah kau lakukan untuk membantunya? Ketika wajahnya terpampang diseluruh outlet media dengan headline yang sangat buruk. Apa yang kau katakan padanya untuk menenangkannya? Apa yang sudah kau lakukan untuk membantu temanmu?!” bentak Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Bed ✔️
FanfictionPassion. Price. Possession. Hanya ada dua hal yang disukai Jennie Gray selain heels enam inci dan penthouse suite miliknya. Seks dan keluarganya. Ketika Ayahnya mengusulkan pernikahan untuk menyelamatkan bisnis keluarga mereka, Jennie terkejut-terle...