Bar itu terasa penuh dan sesak, semua orang tampak asyik dengan kegiatannya masing-masing. Jennie merapatkan jaket lebih dekat ke tubuhnya dan menghindari tatapan mata sebanyak yang ia bisa sambil mencari tanda-tanda keberadaan Jackson.
Setiap serat di tubuhnya menyuruhnya pergi tetapi rasa ingin tahu melawan segalanya. Jennie tahu risiko berada disini dan tahu bahwa kebodohannya mungkin akan kembali untuk menggigitnya, tetapi dia sudah ada disana. Dia sudah datang sejauh ini; dia hanya berharap Taehyung tidak pernah tahu tentang ini.
Perhatian Jennie tertuju pada seorang pria yang melambaikan tangannya dan saat itulah ia menyadari bahwa itu adalah Jackson. Menarik napas dalam-dalam, Jennie menegakkan bahunya dan berjalan ke arahnya.
"Cepat katakan." Ucapnya sambil mengambil tempat duduk di seberang Jackson. Pria itu mengambil waktu sejenak untuk memandanginya secara samar, sementara Jennie juga ikut melakukan pemeriksaan yang sama. Pria itu tampak sama dengan terakhir kali mereka bertemu, meskipun dia tidak mengharapkan banyak perubahan. Tapi, Jennie menyadari bahwa jenggot pria itu sudah mulai sedikit tumbuh.
"Kau tampak hebat, seperti biasa." Jackson memuji sambil tersenyum.
"Ada apa Jack? Aku tidak datang kesini untuk membuang-buang waktuku." Jennie menyatakan dengan tegas.
"Bisakah aku memesankanmu minuman terlebih dahulu?" tawar Jackson, matanya tak pernah melepaskan presensi Jennie.
"Tidak," jawaban yang diberikan Jennie secara tiba-tiba membuat Jackson terdiam. Tapi menyadari bahwa ia sedikit terlalu kasar pada seorang pria yang selama ini baik padanya, Jennie dengan perasaan bersalah menundukkan kepalanya. "Aku tidak ingin minum, terima kasih."
"Apa kabar, Jane?"
Jenie bergeser di kursinya. "Aku hebat." Balasnya, berusaha keras untuk tidak memperlihatkan ketidaknyamanannya.
Jackson tersenyum dan mengangguk seolah ia senang dengan jawaban yang diberikan wanita itu. "Aku.... kupikir kau harus tahu bahwa alasan utamaku pindah ke LA adalah dirimu...." Jennie membuka mulutnya untuk membantah tetapi Jackson dengan cepat memotongnya. "Tolong dengarkan aku."
Jennie tidak mengatakan apa-apa setelah itu, menunggu pria itu melanjutkan sementara dirinya mulai menyesal untuk datang kesini dan memenuhi permintaan Jackson.
"Aku mencintaimu jauh sebelum aku menyadarinya dan aku ingin membangun sesuatu bersamamu ketika aku memutuskan untuk datang kesini, tapi rencana untuk memilikimu tampaknya tidak lagi mudah, Jane."
Jennie menelan ludah. "Jack—"
"Aku mengerti bahwa kau mencintai orang lain, Jane dan itu bagus. Tapi itu tidak akan mengubah fakta bahwa aku masih mencintaimu terlepas dari semua yang telah terjadi." dia terus berkata sementara tenggorokan Jennie tercekat karena emosi yang membatasinya.
Jika semuanya berbeda maka Jackson akan menjadi pria yang sempurna, tetapi ia sudah jatuh terlalu dalam pada Taehyung.
"Maaf," bisik Jennie.
Jackson mengulurkan tangan ke seberang meja untuk memegang tangannya. "Jangan.... jangan katakana itu. Aku akan segera berangkat ke Portland.... mungkin aku akan menetap disana dan aku ingin kau ikut bersamaku. Kulihat kau bahagia, Jane, tapi kau bisa jauh lebih bahagia dan aku bisa mewujudkannya. Beri aku kesempatan."
Jennie menarik tangannya dan meletakkanya diatas pangkuannya. "Aku tidak bisa.... aku tidak bisa melakukan itu, Jack, maafkan aku. Hidupku ada disini, aku bahagia disini." ucapnya dengan tegas.
"Pikirkanlah terlebih dahulu. Hubungi aku jika kau berubah pikiran, Jane," ucapnya sambil meraih jaketnya dan berdiri. "Pikirkanlah dan jangan terpaku pada masa lalu, Jane. Aku pergi." dengan cepat membungkuk untuk mencium kening Jennie sebelum ia melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Bed ✔️
ФанфикPassion. Price. Possession. Hanya ada dua hal yang disukai Jennie Gray selain heels enam inci dan penthouse suite miliknya. Seks dan keluarganya. Ketika Ayahnya mengusulkan pernikahan untuk menyelamatkan bisnis keluarga mereka, Jennie terkejut-terle...