22. Second Opinion

3.6K 436 25
                                    

Jennie berjalan menuju pintu, mengencangkan simpul pada jubah mandinya saat ia mendengar ketukan pada pintu. Dia baru saja keluar dari kamar mandi dan Taehyung sedang pergi keluar untuk membelikannya beberapa cemilan dan makan malam.

Perasaan aneh yang dirasakan Jennie telah teratasi selama beberapa hari terakhir. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, ia merasa penuh harapan, tapi masih terasa belum kosong, masih aa tempat yang terasa kosong. Jennie tidak yakin apa yang akan ia lakukan bersama Taehyung untuk melangkah maju, tapi mereka sepakat untuk melakukannya secara perlahan. Jennie tidak yakin seberapa banyak waktu yang mereka butuhkan, tapi ia masih membutuhkan waktu untuk memahami semua yang telah terjadi.

Membuka pintu dan menemukan sopir pribadi yang dipekerjakan Taehyung ada di depan pintu kamarnya. “Selamat siang, Nyonya.”

“Selamat siang. Apa semuanya baik-baik saja?” Tanya Jennie.

“Aku berencana membawa mobilmu ke bengkel dan aku menemukan ini didalamnya,” ucapnya sambil memberikan sebuah ponsel pada Jennie.

Jennie menghela nafas lega. “Oh my God. Thankyou so much! Aku hampir membeli yang baru sebagai gantinya,” ucap Jennie, mengambil perangkat kecil itu.

Pria itu tersenyum. “Sama-sama, Nyonya.”

“Please…call me Jennie.” Ucap Jennie, tidak bisa menahan senyum genit yang telah ia gunakan selama bertahun-tahun untuk keluar.

Pria muda itu mengangguk dengan wajah memerah sebelum ia pergi. Sedangkan Jennie segera melangkah ke meja riasnya untuk mengambil charger ketika ia menyadari ponselnya mati. Jennie tahu dia pasti mendapat banyak panggilan masuk, jadi ketika ponsel itu dicharger, ia segera menyalakannya dan melihat ada banyak sekali pesan dan panggilan yang harus ia tanggapi.

Orang pertama yang Jennie pilih untuk dihubungi adalah Nayeon.

“Oh Tuhan, Jane!” teriaknya begitu panggilan tersambung. “Apa yang terjadi dengan ponselmu? Aku sedang dalam perjalanan kerumahmu sekarang... Kupikir sesuatu yang buruk terjadi padamu. Apa kau baik-baik saja?” Tanya Nayeon dengan suara prihatinnya.

Jennie tersenyum. “Aku baik-baik saja, aku hanya punya sedikit... Dengar! Aku akan menjelaskan semuanya begitu kau sampai disini.” Serunya.

“Baiklah, aku akan sampai dalam lima menit.”

“Oke, sampai jumpa.” Balas Jennie, memutuskan sambungan telepon.

Pesan lainnya yang masuk adalah pesan dari Jackson, beberapa dari orang tuanya dan dari teman-temannya.

Saat memikirkan Jackson, Jennie menyadari ia tidak tahu apa yang harus dilakukan jika menyangkut hubungan diantara mereka. Jennie tahu bahwa hubungannya dengan Taehyung belum dalam kondisi yang baik.

Jennie masih sangat ragu, tapi ia tidak bisa berbohong bahwa ia masih mencintai Taehyung. Dan Jennie juga tidak ingin menghancurkan Jackson, tapi ia juga tidak ingin melanjutkan hubungannya dengan pria itu.

“Jane!” sebuah suara yang melengking mengisi rumahnya. Jennie melompat dari kursinya dan berlari menuju pintu depan, membukanya dan langsung menghambur kedalam pelukan sahabatnya itu.

“Aku lega melihatmu baik-baik saja. Kupikir kau membunuh Taehyung dan tidak berani untuk keluar.” Ucap Nayeon.

Jennie terkekeh dan melepaskan pelukannya. Nayeon balas tersenyum, tetapi senyuman itu seketika hilang saat ia melihat memar dikepala Jennie. “Apa yang terjadi?” tanyanya dengan bingung.

Jennie memaksakan senyum. “It’s a long story. You may want to get comfortable first.”

🌼

Wedding Bed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang