42. Reality!

3.4K 332 19
                                    

Minggu telah berlalu, semakin dekat dengan pernikahan Nayeon dan Mino yang sudah sangat dinantikan. Jennie adalah tangan kanan Nayeon dalam semua hal tentang perencanaan pernikahan.

"Ya, temui aku di di café itu." jelas Nayeon melalui telepon.

"Baiklah."

"Aku akan tiba disana dalam dua puluh menit." Ucapnya sebelum memutuskan panggilan.

Jennie menghela napas dan pergi ke belakang dimana Arad an Mijoo berada. Ara mengenakan pakaian renang dan duduk di tepi kolam sementara Mijoo duduk di kursi membaca buku.

Ara tersenyum lebar saat melihat Jennie mendekat. Jennie memberikan salam singkat pada Mijoo sebelum mengalihkan fokusnya pada Ara. "Bagaimana kolam renangnya?" tanyanya, membungkuk untuk menyamai tinggi badan Ara.

"It's fine. Wanna join with me?" tawarnya dengan nada bersemangat.

"Sayangnya aku tidak bisa sekarang. Aku harus pergi untuk membantu Nayeon dengan beberapa hal, tapi bagaimana jika kita melakukan hal yang menarik begitu aku kembali?"

Ara mengangguk. "Daddy membeli beberapa permainan baru. Kita bisa mencobanya saat kau kembali." sarannya, tersenyum penuh perhatian pada Jennie.

"Kedengarannya bagus. Aku akan segera kembali, oke?" ucap Jennie, membelai pipi Ara sebelum ia bangkit dan pergi.

Jennie tiba di café yang ditentukan lima belas menit kemudian, lega karena lalu lintas tidak begitu padat. Dia berharap Nayeon sampai disana dalam waktu singkat sementara ia menunggu dan memesan espresso, duduk di sudut café untuk menghindari perhatian.

Beberapa menit berlalu, ketika Jennie tidak mendapati tanda-tanda kehadiran Nayeon, ia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon. "Nay, dimana?" tanya Jennie dengan sedikit frustasi.

"Terjebak dalam lalu lintas, bisakah kau percaya?" ejeknya. "Aku akan sampai disana dalam sepuluh menit." Ia meyakinkan sebelum menutup telepon.

Memutar matanya, Jennie terus menyesap kopinya, sesekali memeriksa ponselnya untuk mencari hiburan.

"Jennie Gray?"

Jennie menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang memanggilnya, namun terkejut ketika ia mendapati siapa yang berdiri di belakangnya.

Hani Kwon berdiri di belakangnya dengan senyuman di wajahnya.

"Oh, hai." balas Jennie, berdiri sambil memperhatikan pakaian formal wanita itu. Pantsuit abu-abu dengan blus merah muda, riasan minimal yang menyempurnakan fitur cantiknya.

"Apa kau punya waktu sebentar?" tanyanya sambil merapikan tali tas yang tertengger di pundaknya.

Meskipun penasaran, Jennie mengangguk. "Ya, tentu. Silahkan duduk."

Jennie menelan ludah. Disini ia bersama seorang wanita yang mantan suaminya telah melakukan interaksi seksual dengannya. Terakhir kali mereka bertemu adalah saat pesta yang diadakan dirumah orang tuanya.

Jennie tidak tahu apakah wanita dihadapannya ini mengetahui hubungannya dengan Jackson atau tidak. Pertemuan kecil ini, pikirnya mungkin hanya pertemuan ramah tanpa ada hal yang berkaitan dengan Jackson.

"Selamat sekali lagi atas pernikahanmu." ucap Hani dengan senyuman.

Jennie balas tersenyum, menggenggam cangkirnya dengan kedua tangan. "Terima kasih."

"Kau tahu, aku sangat bahagia ketika aku menikah. Kami pasangan yang sempurna dan kupikir kami tidak bisa dipisahkan," ucapnya dengan sedikit kekehan sebelum melanjutkan. "Beberapa tahun dalam pernikahan kami, kami mulai mencoba untuk memiliki bayi. Akhirnya aku hamil dan.......sayangnya aku kehilangannya,"

Wedding Bed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang