Jennie menelan ludah dengan gugup, tidak mengerti mengapa jantungnya berdebar begitu cepat, tapi dia tidak perlu mengembangkan pikiran itu karena dia tahu persis alasan jantungnya memompa hebat seperti itu.
Itu adalah Taehyung.
Kim Taehyung.
Jennie merasa bisa melihat bagian belakang kepalanya begitu matanya menangkap dua presensi pria yang duduk di tepi kolam. Ayahnya duduk menghadap kearahnya, tapi pria paruh baya itu belum melihatnya, jadi itu memberi Jennie waktu lebih banyak untuk menenangkan diri.
"Dad, Good morning." ucap Jennie ketika ia berjalan melalui pintu kaca yang terbuka, mengembangkan senyum di wajahnya.
Jonathan berdiri untuk memberi sang anak kecupan hangat di pipinya, tersenyum tipis. "Aku baru saja akan meneleponmu." ucapnya.
Jennie memperhatikan ketika ayahnya duduk, rambutnya yang berwarna garam dan lada dipotong rapi. Wajahnya berkerut di daerah-daerah tertentu, tetapi ketegasan tatapan hazelnya cukup untuk mengatakan betapa tegasnya dia.
Lalu berbalik untuk melihat pria yang sedari tadi duduk dengan tenang di hadapan ayahnya, yang sekarang juga ikut berdiri. Jennie menahan napas ketika tatapannya bertemu dengan manik abu-abu milik pria itu. Postur tubuh Taehyung tinggi menjulang, bahunya lebar, dibalut dalam setelan yang dirancang dengan rapi.
Menahan tatapan di wajah Taehyung lebih lama dari yang dia perkirakan, memperhatikan perubahan-perubahan luar biasa yang pria itu alami, dan itu membuat Jennie sedikit takjub.
"Kim, senang melihatmu disini." ucap Jennie, kembali berbalik untuk menghadap sang ayah.
"Dad, kau ingin bicara denganku?" Tanya Jennie pada Ayahnya.
Jonathan menunjuk ke sebuah kursi. "Duduklah, sweetheart."
Jennie terlihat sedikit ragu tapi akhirnya mendudukkan bokongnya di kursi tepat sebelah sang ayah. "Where's Mom?"
"Dia pergi ke gereja."
Jennie berdeham, bahkan tidak ingin melirik ke arah Taehyung. Dia tidak ingin bertemu dengan manik yang merenung itu atau melihat wajahnya yang tampan.
"Taehyung baru saja kembali dari Kanada." ucap Ayahnya, sembari menyesap kopi.
Setelah lima tahun, pikir Jennie.
Jennie memaksakan senyum. "Aku tidak melihat apa yang terjadi denganku-atau dalam hal ini."
Taehyung terkekeh. "Senang bertemu denganmu lagi, Jane. Kau terlihat cantik seperti biasa."
Wanita itu rasanya ingin memutar matanya tetapi menahan diri untuk tidak melakukannya, alih-alih meraih anggur dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Jane, Taehyung baru saja memberimu pujian." tegur Ayahnya.
"Dan aku menolak untuk mendapatkan pujian darinya. Sekarang bisakah Dad memberi tahuku alasan kenapa aku disini dan juga alasan kenapa dia disini?"
Jonathan memberikan tatapan peringatannya. "Kau harus belajar melatih lidahmu itu dan kau juga harus belajar tentang kesabaran."
Jennie menghela nafas. "Dad, aku punya rencana untuk malam ini, bisakah kita selesaikan ini dengan segera?"
"Aku dan Taehyung membuat kesepakatan tentang masa depanmu." Seru Jonathan, menyaksikan mata putrinya melebar.
"Kesepakatan? Masa depanku?" Jennie mengulangi dengan bingung. Dia cukup antusias melihat kemana arah pembicaraan ini.
"Iya." Jonathan mengangguk. "Kau tahu, bahwa Gray Enterprises sedikit mengalami masalah belakangan ini. Kami terlilit hutang dan-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Bed ✔️
FanfictionPassion. Price. Possession. Hanya ada dua hal yang disukai Jennie Gray selain heels enam inci dan penthouse suite miliknya. Seks dan keluarganya. Ketika Ayahnya mengusulkan pernikahan untuk menyelamatkan bisnis keluarga mereka, Jennie terkejut-terle...