Taehyung terus mondar-mandir di ruang tamu sambil menggumamkan beberapa kutukan ketika mendapati bahwa Jennie tidak mengangkat teleponnya. Frustasi dan kekhawatiran menggerogoti dirinya, namun dia tidak bisa berbuat apapun.
Taehyung tahu bahwa dia seharusnya mengejar Jennie, tapi dia tidak punya cukup kekuatan untuk itu. Taehyung menyalahkan dirinya sendiri atas luka yang ia berikan pada Jennie dan atas semua kesulitan yang wanita itu alami beberapa tahun terakhir. Tidak ada yang bisa disalahkan kecuali dirinya sendiri, jadi kemarahan Jennie terhadapnya seharusnya tidak terlalu mengejutkan baginya.
Tapi bukan tanpa perlawanan. Ada beberapa hal yang masih harus diketahui Jennie, dan Taehyung yakin itu akan membuat situasi diantara mereka menjadi sedikit lebih tenang.
Melirik ponselnya sekali lagi, berniat untuk kembali mencoba menghubungi sang istri, tapi pergerakannya terhenti saat pintu utama tiba-tiba terbuka. Taehyung mematung dengan bingung karena kehadirannya.
Tanpa menghiraukan Taehyung yang sedari tadi masih berdiri seperti orang bodoh, Jennie mulai bergerak menuju tangga dengan langkah cepat, membuat Taehyung membuntutinya.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Taehyung saat melihat sang istri mengeluarkan dua koper besar.
Jennie tidak menghiraukan pertanyaan sang suami, dan tetap sibuk dengan kegiatannya yang kini mulai memasukkan satu persatu baju miliknya kedalam koper.
“Jane, kumohon....” Taehyung terdiam dan menghela nafas, tidak tahu harus berbuat apa dan mengatakan apa. Jadi ia memilih untuk bergerak dan berdiri didepan Jennie, menghalangi pergerakannya.
“Minggir.” Ucap Jennie dengan sinis.
Aroma alkohol terasa sangat kuat dari napasnya. Fakta bahwa sekarang wanita-nya menjadi pecandu alcohol benar-benar membuatnya hancur, dan itu semua karena dirinya.
“Kau akan kemana, Jane?”
“Kemana saja kecuali disini. Mungkin aku akan mengunjungi Jackson. Aku yakin dia lebih dari bersedia untuk berbagi kamar denganku.” Balasnya dengan kejam.
Ucapannya menyulut amarah Taehyung. Sungguh, Taehyung benar-benar tidak menyukai jalan hidup yang ditempuh wanita-nya itu sekarang.
“Apa semalam tidak ada artinya bagimu?”
Jennie berhenti. “Jika seks adalah sesuatu yang berarti bagiku, maka aku tidak akan melakukannya dengan semua pria, Kim. Jadi, seks bukanlah apa-apa bagiku.” Bohongnya, mendorong dada Taehyung unuk menyelesaikan pekerjaannya.
Taehyung diam, hanya berdiri dan melihat bagaimana sang Istri yang saat ini sedang mengisi koper-koper itu dengan barang-barangnya.
Setelah semuanya selesai, Jennie bergegas melangkah keluar menuju mobilnya, menghiraukan Taehyung yang sedari tadi mengekorinya bak anak ayam.
“Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan, Jane. Tapi, kumohon jangan pergi.” Pintanya, saat Jennie masuk kedalam mobilnya. “Dan kau baru saja meminum alcohol, Jane. Kau sedang dalam posisi tidak baik untuk mengemudi.”
“Dan aku belum pernah merasa sesadar ini. Goodbye, Kim.” Ucapnya, menyalakan mesin mobil dan melaju tanpa basa-basi. Sesekali melirik Taehyung yang masih berdiri menatap kepergiannya dari spion mobil.
Sedangkan Taehyung, berdiri disana tanpa bergerak, merasa sangat bodoh saat hanya menatap kepergian sang Istri. Taehyung ingin sekali melompat kedalam mobilnya dan mengejar Jennie, tapi ia mengerti bahwa saat ini Jennie membutuhkan waktu untuk sendiri.
Taehyung berbalik hendak kembali masuk kedalam rumahnya sebelum tiba-tiba tubuhnya membeku dipijakan. Napasnya tercekat, dunianya terasa runtuh ketika suara debuman keras memenuhi indera pendengarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Bed ✔️
FanficPassion. Price. Possession. Hanya ada dua hal yang disukai Jennie Gray selain heels enam inci dan penthouse suite miliknya. Seks dan keluarganya. Ketika Ayahnya mengusulkan pernikahan untuk menyelamatkan bisnis keluarga mereka, Jennie terkejut-terle...