5. The Challenge

4.4K 532 19
                                    


Senin berikutnya, Jennie pergi ke rumah orangtuanya untuk membahas seluk-beluk pernikahan dengan orang tuanya dan Taehyung.

Bertemu saudara laki-lakinya begitu ia keluar dari mobil. Mino berjalan ke arahnya dengan rambut swagnya yang menawan, rambut merah yang disisir ke belakang dengan kedua sisi yang dipotong tipis, sangat tampan.

"Hei, Jane. Daddy memberitahuku segalanya." ucapnya sembari menyisir rambutnya ke belakang. "Aku tidak berpikir kau akan setuju dengan pemikiran seperti itu, tapi aku bangga padamu."

Jennie tersenyum kecut. "Ya, sudah saatnya aku membuat seseorang bangga."

Mino menepuk pundaknya. "Dengar, aku akan berbicara denganmu lebih banyak tentang ini lain waktu. Aku akan bertemu Irene hari ini untuk makan siang."

"Ya, tentu."

Jennie memasuki rumah dan menemukan kedua orang tuanya dan Taehyung duduk di ruang tamu, terlihat sedang mendiskusikan sesuatu, lalu mengakhirinya saat mereka menyadari Jennie melangkah mendekat.

"Sayang, kau datang." sapa Tiffany dengan riang.

Jennie memaksakan senyum. "Tentu saja, aku tidak ingin ketinggalan dalam perencanaan pernikahanku sendiri."

Memilih duduk di ujung sofa. Taehyung kembali duduk, melirik wanita itu sekilas sebelum ia membawa pandangannya kembali pada orang tua Jennie.

"Jadi ada apa?"

"Kami baru saja berbicara tentang gereja dan lokasi resepsi." ucap Jonathan.

Jennie mendengus. "Gereja dan resepsi? Aku tidak ingin pernikahan palsu ini diadakan terlalu besar. Hanya temukan seorang pendeta, beri aku dua saksi dan biarkan kami menyelesaikan ini dengan cepat, dan aku tidak akan membuang waktu untuk merencanakan sesuatu yang bahkan tidak dapat aku lakukan."

"Jane!" Jerit Tiffany dengan cemas.

"Lagipula itu adalah pernikahanku dan itulah yang aku inginkan Mom dan keputusanku sudah final. Jangan menuntut banyak padaku jika kalian tetap ingin pernikahan ini berjalan."

"Baiklah." ucap Taehyung dari samping, menatap Jennie dengan mata kelabu yang pucat. "Apapun untuk pengantin wanita."

Jennie memutar matanya jengah. "Dan aku sudah menjelaskan bahwa ini hanya di atas kertas. Aku tidak akan menjalankan peran sebagai seorang Istri."

"Jane ini konyol." tegur Jonathan.

"Apa yang konyol adalah seluruh rencana ini. Satu-satunya alasan aku melakukan ini adalah untuk perusahaan."

"Baiklah, tapi kau harus tinggal bersamaku." ucap Taehyung dengan malu-malu.

Jennie hendak membuka mulutnya untuk protes, tapi pria Kim yang juga duduk di ujung sofa lebih dulu melontarkan perkataannya.

"Yang itu belum siap untuk didiskusikan." ucap Taehyung mengklarifikasi dengan tegas.

Jennie menahan lidahnya. Hidup dengan Taehyung atau tidak, wanita itu bersikeras pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan Taehyung mengendalikannya.

"Baik, kapan pernikahan ini akan berlangsung?" Jennie bertanya dengan datar.

"Akhir minggu ini."

"Dan kapan aku mendapatkan cincin penderitaanku?" tanya Jennie dengan sinis.

Taehyung tidak bisa menahan senyumnya. "Di hari pernikahan kita nanti."

Jennie memberinya tatapan tajam. "Baiklah, jika ada hal lain, hubungi aku. Aku punya janji hari ini, aku harus bersiap-siap." ucapnya sambil berdiri, memberikan Taehyung tatapan dengki.

Wedding Bed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang