44. Until Forever

6.8K 445 78
                                    

Perasaan yang di alami Jennie di hari pernikahan Nayeon tampaknya masih berlanjut. Lihat saja, sekarang kepala wanita itu berada di toilet, sedang mengeluarkan semua isi perutnya. Mengerang kesakitan dan duduk di lantai, terlalu lemah untuk bangun.

Taehyung sudah pergi beberapa menit lalu ke kantornya, sedangkan Ara ada dikamarnya. Jennie sangat ingin memanggil Ara dan meminta tolong apakah anak itu bisa menelepon Ayahnya untuknya, tapi Jennie tidak yakin ia mempunyai cukup tenaga untuk berteriak.

Rasa mual kembali menguasainya dan Jennie kembali membawa kepala nya pada toilet. Dia ingin menangis, dia belum pernah mengalami hal seburuk ini sebelumnya, bahkan disaat mabuk pun tidak separah ini.

Ketukan lembut terdengar di pintu kamar mandi nya. "Jennie, kau baik-baik saja?" itu adalah suara Ara yang terdengar sangat khawatir.

"Sayang, masuklah. Aku merasa tidak enak badan." jawab Jennie lemah.

Pintu pun perlahan terbuka dan Ara mengintip ke sekeliling sebelum menemuka Jennie yang terduduk lemas di lantai. Dia dengan cepat masuk dan berlutut di hadapan Jennie.

"Apa yang terjadi?" tanyanya, menyentuh wajah Jennie.

"Aku tidak tahu. Bisakah bantu aku menelepon Daddy mu, sayang?"

Ara dengan cepat mengangguk, menatap Jennie sebentar sebelum berdiri dan berlari keluar kamar.

Semenit kemudian Ara kembali dengan ponsel di tangannya. "Aku meneleponnya. Daddy sedang dalam perjalanan." ucapnya memberitahu.

"Terima kasih, sayang." balas Jennie, masih berusaha untuk tersenyum.

"Mommy -ah, maksudku Jennie..... Kau akan baik-baik saja, aku janji."

Jennie terkekeh pelan. "Tidak apa-apa. Panggil aku Mommy jika kau menginginkannya. Jangan ragu, sayang." mengangkat tangannya dengan susah payah untuk mengusak surai Ara dan tersenyum.

"Benarkah? Aku boleh memanggilmu Mommy?" tanya Ara, tiba-tiba matanya dipenuhi binar kebahagiaan.

"Tentu saja, aku juga Ibumu."

Ara mengulum senyum, menahan teriakan yang hendak keluar. Dia tahu sekarang bukan saatnya untuk tertawa, kondisi Jennie yang lebih penting.

"Mmmmm.... Mommy, apa kau bisa bangun? Aku akan membantumu ke kamar." tawar Ara, masih sedikit malu untuk memanggil Jennie dengan sebutan itu.

"Aku mungkin akan muntah lagi, lebih baik disini saja."

"Mom, lantainya keras dan kau akan merasa lebih baik di tempat tidur." serunya lembut dan Jennie berhasil mengangguk lemah.

Menekan tombol siram toilet, mereka berjalan perlahan keluar kamar mandi dan menuju tempat tidur. Ara dengan gesit membuka selimut dan membiarkan Jennie masuk sebelum ia kembali berlari kecil menuju kamar mandi dan mengambil handuk kecil untuk menyeka wajah Jennie.

"Astaga, terima kasih."

Ara tersenyum. "Bukan masalah besar. Aku tahu bagaimana rasanya merasa terlalu lemah untuk membantu diri sendiri. Begitu banyak orang yang membantuku saat aku seperti ini, dan ini membuatku senang  karena aku bisa membatu orang lain."

Jennie tersenyum, menggunakan tangannya untuk menangkup pipi lembutnya.

"Aku akan membuatkanmu teh jahe. Itu akan membantu mengatasi mual."

"That's fine, honey. Daddy mu akan segera datang. Kemarilah," ucap Jennie, mengulurkan tangannya untuk memeluk Ara "I will be fine. I promise."

Ara tersenyum. "Baiklah," ucapnya, kemudian meraih kain yang ada disebelah Jennie. "Aku akan membasahi ini untukmu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wedding Bed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang