00. The Star

46.2K 2.2K 220
                                    

Sorot kemera dan lampu itu tertuju pada gadis dengan rambut abu sebahunya.

Tubuh tingginya yang menjulang indah dengan pingga ramping dan fashion yang menawan menjadikan dirinya begitu memukau di setiap jepretan kamera.

"Nona, ingin berdansa bersama ku?" tangan seorang pria terulur di hadapannya. Sontak membuat banyak pasang mata itu kian menyorotnya lebih dalam.

"Terimakasih." Gadis berponi itu lebih memilih pergi setelah menolak dengan senyum manisnya.

Mata bulatnya mengedar pada ruangan megah dan besar di hadapannya yang di penuhi oleh tamu undangan dengan pakaian yang tak kalah menawan.

"Sikap mu tadi bisa membuat mu mendapatkan kecaman" ucap suara bariton itu kembali menyapanya.

"Tapi sepertinya aku lah yang baru saja menjatuhkan harga diri mu di depan semua orang"

Gadia itu menoleh dengan senyum sinis.
"Nona Lisa, ku fikir kau akan berubah setelah berpisah dengan ku"

"Berkacalah tuan Kim Mingyu, bahkan anda tak berubah dan semakin brengsek"

Lisa melangkah pergi menghampiri sebuah meja bundar dan mulai menyapa beberapa tamu di sana "Ingat Lisa aku masih memiliki kartu AS untuk menjatuhkan mu"

Kepalanya mengadah dengan mata terpejam. Ia lelah dengan dunianya dan sekarang harus kembali di hadapkan dengan pria tak tahu dirinya yang tak berhenti mengusiknya.

"Dengar! Aku tak perduli dengan ancaman mu itu. Jadi berhenti mengganggu hidup ku dan pergilah dengan pacar mu itu"

"Apa kakak mu akan tetap menyayangi mu jika tahu bahwa kau—"

"Kim Mingyu!"

Senyum tipis itu muncul di bibir merah Mingyu saat pekikan Lisa terdengar cukup keras "Kecilkan suara mu, mereka akan tahu. Ku dengar Rosé sudah ada di red carped. Aku pergi dulu"

Lisa memejamkan matanya menahan kesal "Maaf aku mengganggu"

Gadis itu membungkuk pada beberapa tamu yang sejak tadi memperhatikannya dengan Mingyu.

Tangannya terangkat memijat pangkal hidungnya dengan kepala yang tiba-tiba saja berdenyut.
"Lisa?"

Seorang pria jangkung menghampiri Lisa, menyapanya dengan senyum manis "Kau sendiri, Rosé belum datang?"

"Belum oppa, sepertinya masih di red carpet" Lisa menghela nafasnya panjang.

Ia benci acara seperti ini. Tempat ramai dengan banyak orang yang berbisik riuh "Drama baru mu akan mulai shooting weekend ini, kan?"

Lisa bergumam sebagai jawaban "Ku dengar lawan mainnya bersama salah satu teman ku? Awas teman ku buaya semua"

Keduanya tertawa pelan "Berarti oppa juga"

"Sampai dia berani macam-macam akan ku potong masa depannya" keduanya menoleh mendapati Rosé yang berjalan anggun menghampiri mereka.

"Chaeyoung~ah kenapa kau kejam sekali pada ku" Gadis blonde itu tak menanggapi ucapan manja kekasihnya.

Ia lebih memilih menggandeng lengan adiknya dengan senyum manis "Adik eonni cantik sekali malam ini"

Kecupan hangat itu mendarat tepat di pipi Lisa dengan kekehan "Aku juga mau"

Keduanya menoleh pada pria dengan lesung yang sejak tadi hanya di jadikan penonton oleh keduanya "Jaehyun~ah, kau tahu kakak ku itu punya panci besar yang bisa mencium semua orang jika pemiliknya marah"

Lisa tertawa melihat wajah tampan Jaehyun yang melemas "Eonni aku tidak mau berlama-lama. Aku pulang lebih dulu, ya?"

"Wae geurae? Apa karena Mingyu?" Rosé menoleh terkejut pada Jaehyun.

"Si bedebah satu itu berbuat apa lagi pada mu?" Jaehyun meringis setiap kali ada hal yang bersangkutan dengan Mingyu pasti saja kekasihnya itu jadi sosok yang kasar.

"Aniyeo, kau tahu aku tak nyaman di tempat ramai seperti ini"

"Kita akan pulang bersama setelah aku menyapa beberapa tamu. Tunggu sebentar, eoh!"

Rosé beranjak pergi dengan Jaehyun yang menggandenganya, meninggalkan Lisa yang kembali terdiam seorang diri dengan senyum ramah.

"Aku benci keramaian"

Gadis berponi itu terdiam di kamarnya. Lebih tepatnya di ruang khusus yang ia jadikan studio dengan dinding yang di penuhi oleh lukisan indah buatannya.

Sisi lain dari Lisa adalah gadis itu gemar sekali melukis. Tak hanya itu, ia bahkan membeli banyak lukisan terkenal untuk di pajang pada dinding kamarnya.

Berbeda dengan Rosé yang gemar mengoleksi piring hitam dan musik. Gadis berponi itu jauh lebih artistik dari pada ketiga kakaknya.

"Lisa~ya ayo makan malam" gadis berponi itu tersenyum tipis saat menerima kecupan singkat di bibirnya.

"Mwoya? Bagaimana jika Jennie eonni tahu?"

"Terserah, aku juga kakak mu jadi aku bisa mencium mu di mana saja. Seperti ini" keduanya terkekeh saat Jisoo tak berhenti menciumi wajah Lisa.

Ini sisi yang Lisa suka dari keluarganya. Gadis itu sudah menginjak umur 21 tahun tapi masih saja di perlakukan layaknya gadis 17 tahun.

"Ayo cepat sebelum Chaeng menghabiskannya"

****

"Eomma~"

Yoona tersenyum dan sedikit menoleh pada Lisa yang memeluknya dari belakang "Aigoo putri eomma sangat manja. Wae geurae?"

"Lihat Chaeng dia menghabiskan jatah makan malam ku dan Jisoo eonni"

Merasa namanya di panggil gadis bersurai blonde itu mendongak dengan mulut terbuka "Ya... kenapa tiba-tiba kau menyeret aku?"

Jisoo, Lisa dan Yoona tertawa keras menatap wajah polos Rosé yang mendongak dengan ekspresi tak bersalah.

"Jisoo eonni bilang kau akan menghabiskan jatah kami berdua"

"Ya eonni! Kau berani berpihak padanya hanya karena Jennie eonni tak ada. Lihat saja saat Jennie eonni pulang kau akan di hempas ke laut oleh anak ayam itu"

Jisoo menjebekan bibirnya "Akan ku adukan kelakuan anak itu pada Kuma jika itu terjadi. Jennie lebih menyayangi Kuma dari pada dia"

Kali ini Jisoo dan Rosé lah yang tertawa keras menatap wajah memelas Lisa "Jahat sekali"

"Makanlah dengan tenang" keheningan melanda saat suara Minho terdengar.

"Mianhae appa" ucap ketiganya serempak layaknya anak kecil.

"Aku dan Lisa akan menjemput Jennie eonni. Apa kau tak mau ikut?"

Putri sulung Lee Minho itu menggeleng pelan "Aku banyak meeting besok. Tak bisa di tinggal"

"Ah wae! Kau kan bossnya, batalkan saja—"

"Jangan membiasakan menyalah gunakan kuasa yang kau miliki. Jisoo benar dengan mementingkan rapat dari pada hal tak penting yang selalu kau lakukan"

Minho bangkit dari kursinya setelah membalas dengan tajam ucapan putri bungsunya itu.

"Gwenchana appa mu memang seperti itu" Yoona bergerak mengusap punggung kurus Lisa dengan penuh kasih sayang.

"Aku sudah terbiasa. Sampai aku tak bisa merasakan rasa sakitnya lagi"

Like A Butterfly
Jakarta, 5 Oktober 2020

Note :

Ketemu lagi kita bersama uby:)
Rame? Double up

Like A Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang