🔹23🔹

2.8K 388 64
                                    

🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁

🍁

🍁

🍁🍁🍁🍁🍁

Jaehyun mendesah gusar, menatap layar ponselnya yang tengah menampilkan sebuah pesan.

Pesan dari seseorang nun jauh disana, terpisah jarak hampir sejauh 2.118 kilometer. Tapi entah bagaimana orang itu bisa mengetahui segalanya.

(Apa dia----)

Jaehyun menggeleng, ia mengenal orang itu. Meskipun selalu ada kemungkinan, tapi Jaehyun yakin orang itu tidak akan melakukan hal-hal diluar batas. Dia, bukan orang yang licik.

"Kau kenapa?"

Ten menghempaskan tubuhnya, mengangkat kakinya keatas meja dengan menopangkan kaki kirinya diatas kaki kanannya, lalu menyamankan posisi duduknya.

"Ada masalah?" tanya Ten lagi, kar'na Jaehyun tidak memberinya jawaban selain sebuah helaan nafas.

"Tidak ada." singkat Jaehyun.

Mengedik acuh, Ten menyesap kopinya. "Wajahmu dan helaan nafasmu mengatakan sebaliknya, Jae." ucapnya. "Alice?" sambungnya.

Jaehyun melirik Ten sekilas, perlahan kepalanya mulai mengangguk. Tidak ada gunanya, dia pasti akan tau, pikir Jaehyun.

Ya, tentu saja. Meskipun Lee Taeyong adalah anggota kelompok yang paling dekat dengannya, bukan berarti anggota yang lain tidak saling akrab.

Fakta bahwa merekaーanggota tim inti Black Wings, sudah tinggal bersama sejak masih berumur belasan tahun, tentu saja bisa menjelaskan bagaimana mereka bisa dekat satu sama lain. Hanya saja, ada tingkatan kedekatan untuk masing-masing orang.

"Ada apa? Dia tidak terluka lagi 'kan?"

Ada nada khawatir yang kental disana, Ten bahkan menegakkan punggungnya sembari menatap Jaehyun.

"Tidak, dia baik-baik saja." sahut Jaehyun.

Ten menghela nafas lega. "Lalu, ada apa?" herannya.

"Aku mendapat sebuah pesan."

Satu alis Ten terangkat naik. "Masalahnya dimana?"

Jaehyun diam tak menjawab, tapi tangannya bergerak meraih ponselnya. Selama beberapa detik Ten hanya memperhatikan apa yang Jaehyun lakukan, sampai si pemuda ber-dimple menyodorkan ponselnya pada Ten, yang meski dengan kebingungan tetap ia terima.

From: +86 1707 XXXX

Kalau kau sudah tidak bisa menjaganya lagi, aku akan dengan senang hati menjaga Lili.

Kening Ten mengerenyit, ia membaca ulang pesan itu sampai tiga kali. Sampai akhirnya dia merasa yakin, bahwa kedua matanya tidak salah.

(Lili. Hanya orang itu yang----)

Destiny [TAELICEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang