23

3.7K 375 2
                                    

Tyana memutuskan untuk pergi ketempat yang dulu sering ia datangi bersama Aisyana Khodijah sahabatnya yang kini sudah dipanggil sang ilahi karena kecelakaan yang menimpa gadis manis nan cantik itu.

Aisyana atau Aisy merupakan sahabat Tyana sejak kecil sekali bahkan ulang tahun mereka hanya selisih beberapa hari saja. Maka dari itu mereka memiliki panggilan yang hampir sama jika dirumah yakni Asha dan Aisy.

Terlebih kedua orang tua Aisyana juga Tyana memang bertetangga. Jadilah keduanya berjanji akan bersahabat selamanya sebelum kecelakaan itu merenggut nyawa Aisyana.

Tyana menyusuri satu persatu anak tangga dirumah kosong dan tua milik keluarga Aisy yang rencana sebelum meninggalnya Aisy akan dijadikan tempat belajar bagi anak pemulung tak berkecukupan untuk mengenyam pendidikan di sekolah umum.

Namun rencana hanyalah tinggal rencana, setelah kematian Aisy keluarga Aisy memilih untuk pindah kembali ke kampung halamanya yakni di Aceh.

Tyana sudah berada diatas balcon, disana terdapat dua buah kursi yang biasa mereka pakai jika sedang melepas penat juga sekedar bersantai.
Tempat ini juga sering digunakan Tyana saat merasa gundah dan kesal. Bisa dibilang tempat meredam emosi dan melupakan sejenak masalahnya.

"Aisy lihat kursi kita udah berdebu banget, ini pasti gara gara kita jarang kesini deh ya ga sih." ucap Tyana bermonolog seakan memang ada Aisy didekatnya.

"Ai tiga taun lo ninggalin gue, lo inget gak sih dulu kita pernah ngitungin berapa kali kodok loncat didepan rumah gue." Tyana terkekeh, dirinya dan Aisyana bagai pinang dibelah dua ya sama sama gesrek dan aneh.

"Ai gue gak nyangka Tuhan suruh lo pulang secepet ini, gue kira rencana kita buat jodohin anak kita nanti itu bakal terwujud." Tyana menatap langit sore yang nampak indah.

"Ai dulu kita kan mau bikin tempat belajar anak anak jalanan kan ya. Gue jadi guru bahasa indonesianya, lo guru matematikanya padahal ya lo kan gak pinter pinter amat matematika. Bisa bisanya lo sok soan mau ngajarin anak anak matematika. Gue si yakin mereka cuma bakal tau satu tambah satu doang kalo yang ajarin." Tyana tersenyum air matanya menetes.

Rindu, satu kata yang ingin dia sampaikan pada sahabatnya itu. Semenjak kecelakaan itu Tyana memang berusaha melupakan dan mengikhlaskan Aisyana, karena semakin diingat semakin sakit.

"Ahh iya Ai gue mau balik ahh udah maghrib , kata Bunda anak perawan gak boleh keluyuran magrib magrib gini takut diculik sugar daddyyy Hahaha." tukasnya lalu berdiri menuruni tangga menuju halaman dan pulang.

...

"Assalamualaikum calon ahli surga." teriak Tyana dari ambang pintu. Tyana ini memang mungkin spesies manusia yang gampang berubah ubah seperti iron man :).

Padahal baru saja dia bertengkar dengan calon suaminya. Tapi dengan santai Tyana melupakan masalahnya dan seakan tahu tempat.

Prinsipnya memang, apa yang ia rasakan saat ini jika masih bisa ditangani sendiri ia akan menutupnya rapat rapat. Lalu menjadi Tyana yang seperti tak punya beban dan masalah dihidupnya.

"Waalaikumsalam, salam tuh yang bener ah dek." jawab Bunda.

"Ahh Bunda sensi amat belum dikasih duit ya sama ayah?" ledek Tyana.

"Duit duit aja kamu. kamu juga kalo gak dikasi duit sama Ayah langsung cemberut terus ngambek seharian." balas bunda.

"Yeuuu saae Sari roti." gumam Tyana.

"Apa kamu bilang hah? Asha Bunda gak suka kamu gak sopan kaya gitu, udah mau nikah juga." cerca Bunda.

"Maaf Bunda Asha khilaf." jawab Tyana lesu.

Maaf siapa ya? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang