15

3.2K 374 4
                                    

Sudah hampir satu jam lebih Tyana menunggu Azfar diparkiran namun yang ditunggu tak juga datang.

"Ya ampun ni orang kemana sih. Gue udah nunggu berjam jam gak nongol juga. Mana ketek gue mm udah bau kecut gini gara gara kepanasan keringetan pula. Siang bolong kek gini fiks bentar lagi gue jadi ikan asin. Heuuu panass." gerutunya sambil mengibaskan tangannya berulang.

Tyana masih menunggu akhirnya menyerah.

"Kamera mana kamera." ucapnya sambil menengok ke arah cctv yang ada disekitaran parkiran.

"Gue nyerahh, panass woyy heh bilangin sama dosgil itu GUE MAU PULANG." teriaknya sambil melambai lambaikan tangannya. Seperti pertanda menyerah dalam acara uji nyali paranormal.

Tyana menghentak hentakan kakinya terus berjalan menuju rumahnya. Dia kesal setengah mati pada dosennya itu. Bisa bisanya menjanjikan ketemuan udah ditungguin berjam jam gak nongol nongol. Bikin kesal saja.

"Tyana" panggil seseorang dari dalam mobil berwarna merah.

"Eh hay Dhea." jawab Tyana seramah mungkin.

"Lo mau pulang? Bareng aja sama gue, gue juga mau kerumah tante, rumah tante gue juga kan satu komplek sama lo yu!" ajak Dhea sedikit memaksa.

Dhea dan Tyana memang berteman baik, hanya tidak terlalu akrab saja. Karena menurut Tyana Dhea itu terlalu sombong jadilah Tyana tak pernah dekat meskipun sering bertemu paling hanya bertegur sapa biasa.

Tyana sedikit ragu dengan ajakan Dhea yang sedikit memaksa. Namun dia tak menaruh curiga apapun toh mereka memang searah, siapa tau sekarang sifat Dhea berubah kan.

"Ayok deh, gue ikut." jawab Tyana, Dhea tersenyum senang lalu membukakan pintu untuk Tyana.

"Dhe, lo kok jarang keliatan sekarang, biasanya sering ada dirumah tante lo terus." tanya Tyana memecah keheningan.

"Ohh itu karena gue sering tinggal diapartemen gue dapet beli sendiri. Biar lebih mandiri aja sih. Gak kaya lo eh sorry gak maksud. " ucapnya sombong.

Sudah author bilang bukan kalo Dhea ini sombongnya bukan main.

"Bokap lo masih ngurusin bisnis lo yang biasa aja itu ya? Udah berkembang belom?" tanya Dhea sedikit meledek, membuat Tyana geram.

"Dhe gue turun disini aja deh." pinta Tyana, namun Dhea tak menuruti malah tersenyum seperti iblis kalo kata Tyana.

"Dhe lo, kok malah makin kenceng sih bawa mobilnya. Dan lagi ini bukan jalan ke komplek rumah gue." seru Tyana sambil mencengkram jok mobil kuat ia takut terjadi kecelakaan karena ulah Dhea si iblis ini.

"Lo gak usah bawel deh, berisik tau gak." bentak Dhea. Sontak Tyana membulatkan matanya dia bingung dengan pemikiran Dhea saat ini.

"Dhe lo kalo mau bunuh diri jangan ngajak ngajak gue. Lo gila ya!" pekik Tyana. Dhea tak menggubris semua ucapan Tyana dia terus menambah kecepatan mobilnya.

Hingga akhirnya Tyana dan Dhea sampai dirumah tua dalam hutan. Entah siapa pemiliknya namun dari luar rumah ini terlihat sangat menyeramkan.

"Ikut gue turun atau mau anak buah gue yang paksa lo turun!" tanya Dhea sambil menarik hijab yang dikenakan Tyana.

"Kutil lepasin hijab gue, iya ini gue ikut turun!" putus Tyana. Dia masih terus berusaha berprasangka baik pada Dhea. Dia tak ingin berfikiran negatif siapa tau Dhea tak akan melakukan apapun.

Bruk

"Awshh sakit.. Lo udah gila ya?" ucap Tyana sambil meringis karena didorong kuat oleh Dhea hingga membentur kursi dibelakangnya.

Maaf siapa ya? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang