6. ["Good luck juga buat bapak!"]

490 96 20
                                    

"Caper? Tau ah." ujar Lia kesal lalu berjalan mendahului Jaemin.

Namun, tiba-tiba Jaemin memikirkan sesuatu.

"Eh, Lia, Lia." panggilnya.

"Apaan?"

"Gue mau nanya dong."

"Nanya apaan?"

"Cewe kalo lagi PMS emang kaya singa ya?" tanya Jaemin yang membuat Lia menghentikan langkahnya lalu menatapnya.

"Singa?"

"Iya, Singa. RAWWRR." ujar Jaemin sambil memperagakan gaya singa.

"Ya! Singa apaan kita tetep aja manusia, goblok ya lo." sahut Lia sambil kembali melanjutkan langkahnya.

"Temen gue cewenya toxic banget bahkan sampe main fisik trus pas ditanya kenapa sampe kaya gitu dia bilang itu wajar karna kalo cewe lagi PMS katanya emang gitu." curhat Jaemin.

"Wajar? Cewe temen lo gila ya? PMS bukan alasan buat kita bisa ngelakuin kekerasan fisik. Parah! Tuh cewe psycho sih." ujar Lia jengkel.

"Iya kan? Gue juga mikirnya gitu."

Tanpa sengaja Jaemin melihat sebuah kotak makan yang sedang dibawa Lia ditangannya.

"Ooo, lo emang terbaik sih." ujar Jaemin.

"Apaan?"

Jaemin pun merebut kotak makan itu.

"Apaan nih?" tanya Jaemin.

"Ya!" teriak Lia karena kotak makannya direbut.

"Gue gatau lagi sih mau bilang apa, thank you buat infonya dan thank you buat ini! Bye!" ujar Jaemin sambil mengacak rambut Lia lalu pergi berlari dari sana.

"Ya! NA JAEMIN!" teriak Lia.

"Gila ya tuh anak! Sampe aja ketemu di kelas gue makan lo sampe abis!! Ya! NA JAEMIN!" teriaknya dengan pita suaranya yang sudah mengglegar karena saking kesalnya.

Pak Lino ternyata melihat hal itu, ia pun lantas menghampiri Lia.

"Ooo, kamu sama dia pacaran?" tanya Pak Lino yang kini ada di hadapan Lia.

"Saya?! Sama Jaemin?!"

"Iya, siapa lagi, tadi saya liat dia ngacak rambut kamu."

"Enggak, Pak. Amit-amit! Mending saya jomblo aja sampe tua daripada pacaran sama dia."

Pak Lino pun tertawa mendengar hal itu. Perlahan rasa kesal di hati Lia pun memudar saat melihat tawa guru mudanya itu. Mengapa tawa Pak Lino sangat manis?

"Lia?" panggil Pak Lino karena melihat Lia yang tiba-tiba melamun.

"Hey."

"Ah, iya, Pak? Maaf saya melamun."

"Mikirin apa? Kalo ada sesuatu bisa kasi tau saya ya, jangan di pendem sendiri. Goodluck buat hari ini ya." ujar Pak Lino sambil memegang bahunya dan tersenyum ke arahnya.

Jantungnya berdegup kencang. Lia sudah tidak meleleh lagi, dia akan menyublim sekarang. AAAAAAA. Ingin rasanya ia berteriak sekarang.

Pak Lino pun berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.

"Pak Lino!" panggil Lia.

Pak Lino pun menoleh.

"Goodluck juga buat bapak!" ujar Lia lalu segera berlari. Ia terlalu malu untuk melihat respon gurunya itu.

Pak Lino pun tersenyum mendengar apa yang dikatakan muridnya.

Lia pun berjalan menuju kelasnya dengan hati yang berdebar. Ia tidak bisa berhenti untuk tidak tersenyum.

Namun, saat sampai di kelasnya ia kembali menunjukan ekspresi kesal saat melihat Jaemin dan teman-temannya sedang melahap sandwich buatannya padahal itu untuk Pak Lino.

"Ya! Na Jaemin!" teriak Lia.

Jaemin dkk pun menoleh ke arah Lia dan cepat-cepat menghabiskan sandwich itu.

Lia pun menuju bangku anak-anak bandel itu.

"Ya! Ngapain kalian makan sandwich gue?!"

"Jaemin bilang katanya lo yang ngasi kok btw ini enak banget cuy." ujar Haechan.

"Yoi, kek mo meninggal woy! Hahaha." sahut Renjun dan mereka pun tertawa.

Lia menahan rasa kesalnya, ia menarik nafasnya lalu menatap murka ke arah Jaemin yang mulutnya masih penuh dengan sandwich.

"Gitu doang marah lagian ini sebagai tanda kalo kita temenan sekarang, kita sekelas sekarang jadi kita harus akur dan saling berbagi." ujar Jaemin sambil memeluk bahu Lia.

"Ya!" teriak Lia karena Jaemin yang tiba-tiba memeluk bahunya. Ia pun lantas menendang tulang kering Jaemin.

Haechan, Renjun dan Jeno pun shock melihat hal itu. Mereka juga sedikit ngeri melihatnya.

"Akh, sakit, sakit.. akh." rintih Jaemin kesakitan sambil memegang kakinya.

"Sekali lagi lo gangguin gue, gue cincang  lo jadi siomay! Auuuuh!" ujar Lia kesal lalu kembali menuju bangkunya.

"Jaem, lo gak apa?" tanya Haechan khawatir karena Lia menendang tepat di bagian tulang keringnya. Haechan sangat tau seperti apa rasanya.

"Ya! Ngapain lo nendang gue?!"

"GUE LAGI PMS!" sahut Lia yang membuat teman-teman sekelasnya menganga mendengarnya.

Wah, Jaemin tidak percaya itu. Barusan ia bilang PMS bukanlah alasan untuk melakukan kekerasan. Namun, nyatanya dia melakukannya?!. Kata-kata wanita memang tidak ada yang bisa dipercaya. Dasar kingkong!

......

Lino kini sedang berada di sebuah bar dengan teman-temannya yakni Changbin dan Bangchan.

"Jadi menurut lo murid lo itu suka sama lo?" tanya Changbin saat mendengar kesimpulan cerita Lino.

"Pasti sih, buat apa tuh murid sering ngasi sarapan ke elo, nungguin lo di parkiran dll." sahut Bangchan.

"Lo gimana?" tanya Changbin ke Lino.

"Dia cantik sih, tapi gimana pun dia tetep murid gue bro."

"Dih, tobat lo? Hahaha."

Mereka pun tertawa bersama sambil meminum alkohol di depan mereka.

Di lain tempat, Jaemin baru saja pulang. Ya, Jaemin selalu saja pulang malam padahal sekolah sudah usai sejak siang.

"Pulang malem terus." ujar Papanya saat melihat kedatangannya.

Jaemin hanya menatap sinis Papanya dan memutuskan untuk pergi ke dapur untuk minum air.

"Selamat ulang tahun. Hadiah dari Papa." ujar Papanya sambil memberikan sebuah kotak kecil kepadanya.

Jaemin tersenyum sinis, hari ini bahkan bukan ulang tahunnya. Ia berulang tahun lusa nanti tapi Papanya memberikan hadiah sekarang? Apa Papanya ingin menjadi orang pertama yang memberikan selamat padanya? Dih.

"Papa tau ultah kamu lusa tapi-"

"Sibuk? Kerja? Lakuin aja kaya tahun-tahun sebelumnya. Lakuin aja kebiasaan-kebiasaan Papa. Dengan Papa kaya gini Papa pikir bakal ngerubah apa? Ini cuma bakal ngebuat aku semakin benci." ujar Jaemin lalu pergi menuju kamarnya.

"Jaemin! Na Jaemin!"

Papanya hanya menghela nafasnya. Ya, ini semua memang salahnya. Jika saja dulu ia tidak tergoda dengan wanita lain, istrinya mungkin tidak akan meninggalkannya dan Jaemin sekarang tidak akan membencinya.

Jaemin lah yang paling terluka. Ia menjadi korban atas keegoisannya. Jaemin bahkan baru berusia 17 tahun tapi ia sudah menorehkan luka yang dalam pada anak semata wayangnya itu.

"Maafin Papa, Jaemin." ujar Papanya.

Jaemin yang kini berada di kamarnya lantas memandang fotonya waktu bayi saat di gendong oleh Mamanya. Ya, ia sangat merindukan Mamanya.

"Mama dimana?" tanya Jaemin di dalam hatinya.

Next? Wajib vote n comment yaa💚 Ada yang ulang tahun nih coba tebak di surprisenya kaya gimana hehe...

D̶O̶N̶T̶ NEED YOUR LOVE (LIA×JAEMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang