28. ["Saya suka Lia."]

452 71 28
                                    

Lino mengeringkan rambutnya dengan handuk saat baru saja selesai mandi. Ia pun tersenyum mengingat hal tadi saat sedang hujan-hujanan bersama muridnya itu. Ia pun memegang dadanya, ya, jantungnya berdebar dengan sangat kencang.

"Choi Jisu, Lia."

....

Lia kini sedang ditenangkan oleh Yeji, sahabatnya. Ya, hasil ulangan Bahasa Inggris baru saja keluar dan nilai Lia tidak seperti yang di harapkannya.

"Ya, jangan sedih." ujar Yeji menenangkan Lia.

Namun, Lia masih menundukan kepalanya. Dia sangat sedih sekali. Ya, kemarin Lia memang tidak sempat belajar. Ia terserang flu lalu meminum obat dan akhirnya ia malah tertidur.

"Udah ih sedihnya."

Jeno, Jaemin, Haechan dan Renjun baru saja datang dari kantin. Mereka pun mendatangi bangku Lia.

"Napa temen lo?" tanya Haechan pada Yeji.

"Nilai bahasa Inggrisnya turun. Dia ga sempet belajar kemarin karna lagi flu."

Jaemin pun mengambil lembaran ulangan Lia yang sudah terlihat kusut. Ya, Lia pasti meremasnya tadi.

"Yaelah, Ya. Nilai segitu mah udah bagus." ujar Haechan.

"Anjir 78? Itumah nilai tertinggi gue." ujar Renjun.

Jaemin pun menatap gadis itu yang sepertinya mulai menangis. Ah, beginilah sebabnya ia tidak ingin menjadi pintar. Orang pintar akan sedih jika nilainya turun, namun orang bodoh bahkan jika nilainya turun itu tidak berarti apa-apa.

Pak Lino baru saja masuk kelas untuk mengajar namun ia pun langsung melihat kerumunan di bangku Lia. Apa yang terjadi?

"Ada apa ini?" tanya Pak Lino yang lalu melihat Lia yang masih menundukan kepalanya sambil menangis.

"Lia? Kenapa?" tanya Pak Lino.

"Nilainya...."

Lino yang mengerti maksud dari Yeji pun lantas menganggukan kepalanya kecil. Lino pun berniat untuk menyentuh bahu Lia namun Jaemin menghalanginya.

Ya, Jaemin mencengkram tangan Lino yang hendak menyentuh Lia. Semua pun tampak kaget melihatnya termasuk Lia yang kini menatap apa yang baru saja terjadi.

"Jangan pernah mikir untuk nyentuh Lia." ujar Jaemin dengan suara beratnya lalu menatap tajam gurunya itu.

Lino menatap muridnya itu. Prilaku macam apa ini? Jaemin pun melepaskan cengkramannya.

"Bukannya ini salah Bapak?"

Lino mengerutkan dahinya. Apa? Ini salahnya? Apa maksudnya?

"Ya! Ngapain lo?" bisik Haechan pada Jaemin.

*flashback yesterday*

"Buruan ah jalan!" ujar Renjun karena Jaemin belum segera menjalankan mobilnya.

"Sabar."

Jaemin tak sengaja melihat ke arah spion mobilnya. Ya, dia mendapati pemandangan Pak Lino yang menggenggam tangan Lia, menariknya ke bawah hujan. Dan bahkan guru itu dengan berani kini memegang pinggang Lia.

Ada sesuatu yang menyesakkan di hatinya saat melihat hal itu. Jaemin pun tersenyum kecut.

*flashback off*

"Salah saya? Apa maksud kamu?"

"Bukannya Bapak yang narik Lia kemarin buat hujan-hujanan?" ujar Jaemin yang membuat semuanya kaget .

"Ya!" bentak Lia dengan suaranya yang masih bergetar.

"Seorang guru narik tangan muridnya buat hujan-hujanan, bahkan dengan berani megang pinggang muridnya di halaman sekolah, itu hal yang bener?"

D̶O̶N̶T̶ NEED YOUR LOVE (LIA×JAEMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang