30. ["Demi apa? Jaem, selera lo-"]

459 80 18
                                    


"Papa cinta pertama Mama, Papa juga patah hati pertama Mama, dan Mama juga gak pernah kebayang kalo Papa bakal nyakitin Mama. Kami jatuh cinta, pacaran trus nikah, bahkan kami gak pernah bertengkar tapi sekalinya Papa nyakitin Mama, kita bahkan sampai pisah."

"Lucu ya, kita gak pernah bertengkar selama belasan tahun tapi sekalinya bertengkar kita langsung pisah. Kalo Mama bisa milih, lebih baik kita bertengkar beberapa kali trus saling kembali."

Jaemin hanyut dalam curhatan Mamanya itu. Ya, Papanya memang sangat jahat, tak salah ia jika membencinya selama ini.

"Tapi Na Jaemin, kamu harus tau, sekarang Mama bahagia jadi kamu juga harus bahagia. Dia suka sama kamu atau enggak biarin itu jadi urusannya. Kalo kamu suka dia, sukai sewajarnya, sukai gimana kamu suka sama diri kamu sendiri." ujar Mamanya.

Mata Jaemin pun berkaca-kaca. Ya, mungkin karena ia sekarang sangat menyukai gadis itu. Rasanya sangat aneh.

"Gimana pun hidup masih terus berjalan. Sedih itu hal yang wajar tapi jangan terlalu larut ya."

"Lagian ganteng gini pasti banyak yang ngantre dong." goda Mamanya sambil menyenggol pelan bahunya. Jaemin pun tersenyum.

Hyo Jung pun memeluk putranya itu. Pelukan hangat ini sudah lama tak dirasakannya. Jaemin pun mulai menangis. Ia merasa sakit dan bahagia di waktu yang bersamaan. Namun, melegakan bagaimana Mamanya muncul di saat yang tepat, di saat dirinya sedang terpuruk seperti sekarang.

....

Lia kini sedang menunggu Jaemin di parkiran. Lia menunggu dengan amarahnya. Ya, bagaimana mungkin laki-laki itu tidak datang dan juga tidak membalas pesannya? Padahal ia yang membuat janji. Ah, Lia kesal sekali sekarang.

Jaemin baru saja datang dengan motornya. Ia datang dengan wajah yang setidaknya jauh lebih baik dari kemarin. Ya, walaupun tidak cukup baik. Rambutnya acak-acakan dan wajahnya masih terlihat kusut.

Lia yang semula hendak marah pun mendadak amarahnya hilang saat melihat wajah Jaemin yang berantakan.

"O, Na Jaemin." sapa Lia.

"Kenapa, Ya?" tanya Jaemin. Ya, ia berusaha untuk bersikap senormal mungkin.

"Lo kemarin ga datang gue-"

"Gue ada urusan mendadak, sorry gak ngabarin." ujarnya lalu bergegas pergi dari sana.

Lia pun kebingungan melihatnya. Apa ini? Benarkah ini Jaemin? Biasanya ia akan cerewet.

"Ya! Tunggu gue."

Lia pun kini berjalan di samping Jaemin. Ada yang aneh dengan laki-laki ini ya walaupun dia memang aneh. Namun, kali ini lebih aneh.

"Ah, gue punya kabar bagus." ujar Lia.

Jaemin hanya meliriknya, ya, dia sangat tau apa yang akan di sampaikan Lia padanya. Namun, ia tidak ingin mendengarnya. Katakan lah ia sangat kekanak-kanakan namun siapa yang kuat mendengar hal seperti itu?

"Gue-"

"Ya, gue ke kelas duluan mau ngerjain PR." potong Jaemin lalu bergegas pergi ke kelasnya.

"Oh ya."

Lia menghembuskan nafasnya. Ada apa dengan laki-laki itu? Mengerjakan PR? Itu sama sekali bukan stylenya.

Lia pun tiba di kelasnya. Ia melihat Jaemin yang tengah menidurkan kepalanya di mejanya menghadap ke arah jendela.

"Apa-apaan, katanya bikin PR." ujar Lia.

Sudah hampir seharian di sekolah, Jaemin tidak ada mengganggunya. Ini bagus namun Lia merasa aneh saja. Hari ini energinya benar-benar masih tersimpan. Biasanya energinya sudah habis karena beradu mulut dengan Jaemin.

D̶O̶N̶T̶ NEED YOUR LOVE (LIA×JAEMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang