Seharian ini Kirana sibuk dengan tugasnya. Berdiam diri demi menyelesaikan tugasnya, yang sebenarnya sudah dua minggu yang lalu diberi, namun karena berteguh pada slogan 'tugas kalo nggak H-1 dikerjakan, gak seru'. Pukul 20.19, Kirana baru keluar dari kamarnya, bermaksud untuk mengambil minum karena tiba-tiba tenggorokannya terasa sakit dan juga gatal-gatal.
Saat berada di pintu penghubung dapur, Kirana berselisih dengan Dani, yang tanpa sengaja menyenggol lengannya.
"Na," panggil Dani.
"Hm?"
"Kamu demam?"
Kirana mengangkat alis, "Nggak tau, lemes aja bang," kemudian memegang keningnya, "eh agak anget," balasnya tersenyum namun tidak lebar seperti biasa ia tunjukkan.
"Kamu istirahat ya. Dari tadi sibuk di kamar, ngapain?"
"Tugas banyak bang."
"Udah makan?" tanya Dani kembali.
"Kayaknya ... udah, sih," jawab Kirana sedikit tidak yakin. Pasalnya ia benar-benar lupa sudah makan atau belum.
Kening Dani berkerut, "Kapan?"
"Tadi siang kalo gak salah, ah Ana gak ingat bang. Fokus ke tugas soalnya," ucap Kirana sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba saja gatal.
"Ck. Kesehatan itu harus dijaga juga. ARIII!!!" ujar Dani kemudian meneriaki Ari.
"YOOO," balas Ari yang sama berteriak.
"Adek lo sakit nih."
Tak lama kemudian Ari datang dengan wajah khawatirnya.
"Demam, dek?" Ari menyentuh dahi adiknya. "Njir, panas. Kenapa bisa?" Ari menatap Dani.
"Capek kali tuh, katanya banyak tugas," balas Dani.
"Istirahat ya," bujuk Ari.
"Gak parah kok bang. Tugas aku bentar lagi juga siap kok."
Ari menghela napas, "Yaudah, tapi ingat ya habis itu harus istirahat." Kirana mengangguk.
Setengah jam kemudian, kepalanya mulai terasa sakit. Namun gadis itu memaksakan untuk menyelesaikan tugasnya.
"Tanggung weeei ... sabar ya dan. Kalo gak sekarang besok gue bakalan dipenggal sama tuh dosen," ujar Kirana pada badannya yang ingin diistirahatkan.
Dan selesai.
Sejam kemudian tugas itu benar-benar selesai dan tanpa menunggu lagi ia segera berbaring di kasurnya.
Setelah mencoba berbaring, keadaannya semakin menjadi. Tubuhnya merasakan dingin hingga dia menggigil.
Ari yang sejak tadi khawatir, memasuki kamar adiknya.
"Gimana?" tanya Ari sambil berjalan mendekat.
"Dingin bang," jawab Kirana dengan suara yang parau.
"Selimutnya ditambah ya?" Kirana mengangguk, Ari segera mengambil selimut. Tetapi badan Kirana masih tetap menggigil.
"Aduh, An. Kamu kenapa sih? Jangan bikin abang khawatir dong."
"Dingin bang," ujar Kirana dengan suara bergetar hampir menangis.
Ari keluar mengambil obat penurun panas, "Minum ini dulu baru tidur," Ari mengangsurkan obat yang langsung diminum oleh Kirana, setelahnya ia kembali merebahkan tubuh, masuk ke dalam selimut tebalnya.
"Sst ... kamu tidur yaa. Besok juga udah sehat kok," ucap Ari menenangkan Kirana yang masih meringis akibat sakitnya. Tak lama kemudian, Kirana mulai tertidur.
23 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kirana
General Fiction[Selesai] Kisah singkat Kirana yang tinggal bersama sembilan abangnya