30. Makan-makan

54 3 0
                                    

Di sore yang masih cerah, Kirana habiskan dengan membuat beberapa tugasnya. Sembari mengikuti beberapa lirik lagu, jari-jarinya tak berhenti untuk mengetik, memindahkan beberapa kata dari buku ke dalam lembaran microsoft word. Dan yang tak akan pernah terlupakan bagi Kirana adalah makanan. Buktinya hanya melihat ke samping kanan gadis itu, terlalu banyak sampah plastik sisa makanan.

"Dikit lagi ... dikit lagi ... semangat." Gadis itu berucap lirih sambil terus mengetik, menyemangati dirinya.

Tapi, tau apa yang terjadi setelahnya? Laptopnya mati total, membuat kedua mata gadis itu terbelalak dan mengerang kesal.

Dengan panik, ia menekan tombol on pada laptop berulang kali, tapi hasilnya tetap nihil, layarnya masih hitam. Kirana kalut, pasalnya tugas itu deadlinenya pukul enam petang ini dan sekarang sudah pukul setengah lima.

Gadis itu meletakkan kepalanya di atas meja. Berfikir apa yang harus ia lakukan.

"Pikir pikir pikir aahhh, gimana ini?" rengeknya. Pikirannya buntu.

Kirana sama sekali tidak menyadari ada seseorang yang duduk tepat di sofa belakangnya. Sehingga membuat gadis itu terkejut ketika suara berat itu bertanya.

"Kenapa Na?" tanyanya.

Kirana menoleh ke belakang dan lagi kedua matanya terbelalak, namun berbeda makna kalau tadi terkejut dalam hal negatif sekarang Kirana terkejut karena tiba-tiba mendapatkan insight. Jawaban dari permasalahannya itu Dani. Mengingat jurusan Dani, barangkali abangnya yang satu itu dapat membantu.

"Akh, abang tau aja kalau Ana lagi kesulitan." Dani yang tidak mengerti hanya mengerinyitkan keningnya.

"Laptop Ana mati. Ini kenapa ya? Abang tau? Padahal Ana ada tugas yang harus dikumpul satu jam lagi," cerocos Kirana yang membuat Dani semakin tidak mengerti.

"Jadi intinya?"

Kirana pikir Dani telah paham dengan masalahnya, ternyata nol besar. "Laptop Ana tiba-tiba mati," ujarnya singkat, membuat Dani mengangguk.

"Mana, coba abang liat," pintanya yang langsung diserahkan oleh Kirana.

Dani membawa laptopnya ke kamar. Malas mengikuti, Kirana hanya berdiam di tempatnya sambil menghabiskan camilan yang masih tersisa, ia menghidupkan televisi. Sebuah sentuhan di kakinya membuat perhatian Kirana teralihkan.

Seekor kucing berbulu putih bintik hitam sedang mengusap-usapkan kepalanya pada kaki Kirana yang sedang selonjoran.

Dengan tangan kirinya, Kirana mengangkat kucing tersebut dan menempatkannya di pangkuan.

"Mau nggak?" tawarnya pada si kucing sebuah kripik.

Pertama kucing itu hanya menatap makanan yang berada di tangan Kirana. Karena sama sekali tidak bergerak, Kirana malah menyodorkan kripik itu ke mulut si kucing yang kemudian dijilatinya. Dan setelahnya mereka malah berbagi camilan.

"Kamu pakai laptop abang aja dulu. Filenya udah abang pindahin, terus laptop kamu besok baru abang benerin. Abang gak punya alat-alat di sini." Dani menyodorkan laptopnya pada Kirana yang langsung menerimanya.

Dani kembali ke posisinya tadi, duduk di sofa belakang Kirana. Dan tatapannya berhenti pada kucing yang tengah asik memakan kripik yang dijejalkan di atas pangkuan Kirana.

"Kucing kamu elit ya, makanannya nggak tulang sisa tapi kripik, mana itu kripik mahal lagi bukan yang seribu-dua ribu," tutur Dani, membuat Kirana yang sebelumnya sudah tenggelam dengan tugas menjadi melihat sebentar pada kucing yang berada di pangkuannya.

"Iyalah, Panjul gitu," ujar Kirana menyombong, kemudian gadis itu kembali mengetik tugasnya.

"Emang kucing kamu jantan dinamain Panjul."

KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang