Kirana menutup buku pelajarannya. Sambil keluar kamar gadis itu mengingat-ingat apa saja yang dipelajarinya tadi.
"Bang, otak itu kek apa sih?" tanya Kirana pada Zaki yang baru saja keluar dari kamar.
"Liat buku sana," jawab Zaki singkat sambil merapikan rambutnya kemudian mengambil posisi duduk di samping Kirana.
Kirana menggeleng, "Gak mau gambar. Maunya yang asli, biar jelas. Sekalian mau ngitung berapa banyak kerutan yang ada." Zaki mengerutkan dahinya.
"Lagi belajar apa sih? Pakai bahas otak segala."
"Psikologi Umum. Aku penasaran aja, gitu." Zaki mengangguk-angguk.
"Belah yok bang!" ucap Kirana tiba-tiba.
"Apaan?" ujar Zaki heran, apa yang mau dibelah coba?
"Kepala lah," balas Kirana agak sewot, memang dari tadi mereka bahas apa.
"Gila kamu!" Zaki lebih sewot lagi. Ada-ada aja sih!
"Yee orang penasaran juga. Dikatain gila," ujar Kirana cuek kemudian memilih untuk menonton.
"Ari, adik lo kebanyakan makan micin nih," sorak Zaki.
"Karungin aja!" teriak Ari dari luar rumah, pemuda itu sedang sibuk dengan motornya.
Kirana kemudian beranjak dari duduknya, melangkah keluar rumah.
"Ari, mending lo jaga jarak deh sama si Ana," saran Zaki begitu melihat gelagat aneh Kirana.
"Kenapa bang?" tanya gadis itu.
Zaki menggeleng, "Lo mau ngapain?"
Kirana mengangkat bahu, "Abang mau kemana sih, pagi gini tumben udah kerenan. Padahal ke kampus aja gak serapi ini." Gadis itu belum sepenuhnya keluar rumah masih berdiri di dekat pintu.
"Ketemu besan," ujar Zaki singkat.
Kirana melotot, "Iih, abang mah gitu. Punya calon gak bilang-bilang. Jadi selama ini Ana itu bagi abang apa. Ana gak suka ya diginiin." Kirana dengan dramanya.
"Lo gila?"
"Bang, keknya aku tau deh kepala siapa yang mau dibelah," ujar Kirana kemudian.
"Ciiaattt" Kirana meloncat dengan sebelah tangan yang terbuka lebar menuju Zaki yang tengah melotot menatap Kirana yang semakin dekat.
"ARII, ADEK LO KURANG AJAR!! CAPEK GUE NGERAPIHIN RAMBUT SEJAM, ADEK LO MALAH NGERUSAK. AWASSS LO ANAA!!!" amuk Zaki kemudian kembali memasuki kamar.
Kirana berjalan keluar, sambil tertawa bahagia.
"Salah abang sendiri. Ana itu orangnya penasaranan. Malah jawab gitu. Good luck brother. Yang lancar yaaa ketemu pacarnya eh besan ya."
"Bang ada yang bisa Ana bantu?" tanyanya pada Ari yang sedari tadi heran melihat betapa lebarnya senyum Kirana.
"Nggak usah. Mending kamu diam. Abang ngeri kalau lihat kamu kayak gini," balas Ari kemudian melanjutkan kerjaannya.
Kirana? Gadis itu malah tertawa, kembali mengingat bagaimana raut wajah Zaki tadi.
24 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kirana
قصص عامة[Selesai] Kisah singkat Kirana yang tinggal bersama sembilan abangnya