12. Rezeki Jangan Ditolak!

101 5 0
                                        

Ia terus berlari, sama sekali tidak menghiraukan kedua kakinya yang sudah terasa ingin terlepas sanking terlalu jauhnya berlari. Berlari, terus berlari entah apa yang ia hindari, gadis itu tak tau dengan pasti, namun sebuah perasaan takut menggelayutinya sejak tadi.

Saat gadis itu menoleh kebelakang sebuah bayangan hitam besar sudah berada didekatnya, seperti ingin menerkam. Sialnya kaki sang gadis harus tersandung yang membuatnya jatuh. Mencoba berdiri, tapi lagi-lagi ia terjatuh.

"Jangan ... jangan mendekat. Takut ...," ujar Si gadis lirih, tenaganya telah terkuras habis. Semua badannya sudah remuk redam.

Bayangan itu sama sekali tak mengindahkan permohonannya, bayangan itu semakin dekat, dekat ... hingga.

Kirana terbangun dari tidurnya, dengan napas tidak beraturan, peluh sudah membasahi bajunya.

"Ya Allah, mimpi apa sih itu?"

Melihat jam, Kirana mendengus, masih terlalu malam kalau ia tak melanjutkan tidurnya. Menghela napas, Kirana keluar kamar, bermaksud ke dapur mengambil air minum.

Sebelum mencapai dapur, Kirana melihat seseorang sedang duduk di sofa.

"Bang?" panggil Kirana pelan. Siapa tahu bukan orang kan?

Yang dipanggil menoleh, "Ah, Bang Dani, ngapain bang? Belum tidur?" tanya Kirana yang tanpa sadar merasa lega.

Dani menggeleng, "Kalau udah tidur, siapa dong di sini," balasnya "kamu ngapain?"

Kirana cengengesan, "Mau ngambil minum." Dani mengangguk-angguk. Kemudian ia ke dapur, sampai di dapur gadis itu malah merasa kelaparan.

"Kalo masak sekarang ... mager ah. Tapi laperrr," keluhnya yang ternyata didengar oleh Dani.

"Kenapa?"

"Laper Bang."

"Kamu serius mau makan jam segini?" tanya Dani sambil melihat pada jam dinding.

Kirana mengangguk pasti, "Seriuslah, gila aja gak makan saat perut keroncongan gini."

"Mau ikut gak?" tawar Dani.

"Ke mana?"

"Cari makan." Mendengar kata makan, Kirana langsung mengangguk tanpa aba-aba.

"Serius, udah malem loh bang, malahan bentar lagi udah subuh, emang ada yang masih buka?"

"Ada lah, Ayok. Pergi sekarang."

Kirana mengangguk kemudian menuju kamar mengambil jaket dan dompetnya.

Begitu gadis itu keluar, ia melihat Dani telah siap di atas motornya.

"Gapapa kan pake motor? Kalo mobil ribet muternya," tutur Dani yang dibalas anggukan dari Kirana.

"Gapapa lah, yang penting bisa makan, hehehe."

"Dingin juga ternyata," ujar Kirana begitu Dani menjalankan motornya.

"Duduknya deketan aja, biar gak kedinginan," usul Dani yang tanpa pikir panjang lagi Kirana segera menghilangkan jaraknya dengan Dani, bahkan gadis itu memeluk tubuh kurus Dani, seperti ia diboncengi oleh Ari atau Fiko.

"Waaah, bang banyak banget makanannnya," ucap Kirana begitu memasuki sebuah gang yang hampir penuh dengan aneka makanan.

"Kita cari parkiran dulu."

Kirana mengangguk antusias. Selamat datang surga duniaaa, batinya bersorak girang.

Pukul empat dini hari, Kirana baru mau diajak pulang. Dani hanya geleng-geleng kepala melihat betapa addict-nya Kirana dengan yang namanya makanan.

Sampai di rumah, Kirana mengerutkan dahi pasalnya hampir seluruh lampu rumah itu menyala.

"Assalamualaikum," ucap Kirana yang lebih dulu masuk, yang disambut tatapan enam kepala manusia tertuju padanya.

"Hai abang-abang, tumben udah bangu,n biasanya jam segini Ana baru mau gedor-gedor kamar kalian loh," ujar Kirana dengan polosnya tanpa menghiraukan tatapan tajam dan khawatir orang-orang di sana.

"Noh, Abang lo udah kayak emak kehilangan anak, ganggu tidur tau gak," curhat Adi dengan mata yang masih merah.

"Kenapa bang?" tanya Kirana pada Ari.

"Dari mana?"

"Makan."

"Kenapa gak bilang-bilang? Abang khawatir kamu diculik." Mendengar itu Kirana tertawa kecil.

Kirana mendekat kemudian memeluk tubuh abangnya, "Unch ... sweet kali Abang Ana ini. Mana ada sih yang mau nyulik Ana. Yang ada nanti penculiknya sengsara sama Ana," ucap Kirana sambil mengelus punggung Ari.

"Lain kali jam berapa pun kamu keluar dari rumah kasih tahu abang, oke?!" tegas Ari

"Iya iya, lagian tadi aku pergi sama bang Dani kok."

PLAK

"Lo ngapa gak bilang gue!" marah Ari pada Dani.

"Sakit pinter," sarkas Dani sambil mengusap belakang kepalanya yang dipukul Ari, "ya lagian tidur lo kayak kebo gitu. Males gue kena damprat mulut orang yang lagi tidur," sambungnya.

Ari memutar bola matanya malas, "Serah." Kemudian melirik pada Kirana yang masih berada dipelukannya. "Na, sekarang ambil wudu gih, kita sholat sama-sama."

Gadis itu mengangguk. "Bang Dani, ambil wudu juga gih."

30 September 2020

KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang