1. Gak Betah

567 14 0
                                    

Pukul sebelas malam, disaat teman satu kamarnya sudah tertidur lelap, Kirana masih sibuk menonton film yang sudah lama tersimpan di laptopnya. Hingga tiba-tiba pemikiran gila melintasi otaknya, membuat ia segera mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.

"Halo," sapa Kirana begitu panggilannya diangkat. "Ana gak suka tinggal di sini lagi," sambung Kirana langsung pada intinya.

"Baru sebulan loh," balas orang di seberang sana.

Wajah Kirana berubah keruh, "Pokoknya aku gak mau di sini."

"Terus, kamu mau gimana?"

"Aku tinggal di sana, boleh?"

"Gila kamu! Di sini laki-laki semua!" semprot orang di seberang.

"Gapapa, 'kan ada Abang," balas Kirana enteng, membuat orang yang dipanggil abang oleh Kirana menghembuskan napas kasar.

"Huh ... kasih tahu ayah sama ibu dulu," ujar Ari, abang Kirana. Mendengar itu, Kirana tersenyum. "Iyaaa," balasnya senang.

Kemudian Kirana mematikan panggilannya dan beralih pada kontak orang tuanya.

Pada nada sambung kedua, panggilan itu dijawab oleh suara merdu yang sebulan ini dirindukannya.

"Assalamualaikum, Bu."

"Waalaikumussalam, ada apa, Nak?" Mendengar suara ibu membuat kedua mata gadis itu berkaca-kaca.

"Ibu, Ana mau izin, boleh ya?" ujar Kirana dengan suara kecil.

"Izin? Izin apa? Tumben kamu segala minta izin, biasanya ibu tahunya kalo udah beres aja." Ibu bertanya heran.

Kirana mengangguk, memang biasanya setiap ia mengambil keputusan gadis itu jarang sekali meminta pendapat atau izin pada orang tua atau saudaranya tapi untuk kali ini tidak boleh ambil keputusan sendiri terlebih abangnya telah menyuruh, "Iya, tapi ini beda Bu, lebih urgent dari biasanya hehe. Ana mau pindah kos. Ana gak suka tinggal di sini," jelas Kirana.

"Terus kamu udah dapat tempat barunya?" tanya Ibu.

"Di ... tempat abang?" ujar Kirana ragu-ragu, gadis itu bahkan memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya, takut tidak disetujui.

"Kamu yakin? Ibu agak berat kalau kamu tinggal di sana, kamu tahu 'kan maksud Ibu?" Mendengar suara Ibu yang mulai berubah membuat Kirana pesimis.

"Insyaallah, Bu. Ana bakal jaga diri, di sana 'kan ada abang," balas Kirana mencoba lagi meyakinkan sang ibu.

"Abangnya udah tahu?" tanya Ibu yang membuat senyum Kirana terbit, mulai menangkap sinyal-sinyal diizinkan.

"Udah, jadi gimana Bu?" sahut Kirana menggebu-gebu dengan senyum lebar yang tercipta.

"Gapapa, tapi ingat kamu harus jaga diri!" ujar Ibu memberikan izin meskipun ada nada keberatan di suaranya.

"Iyaiya, eh, Ayah mana, kok dari tadi gak ada suaranya?" tanya Kirana, karena biasanya waktu gadis itu menelpon pasti sang ayah juga ikut-ikutan.

"Ayahmu itu lagi sibuk sama kertas-kertas ulangannya," balas Ibu.

"Udah malam loh Bu, masih aja ayah sekolah." Kirana terkekeh. "Iya tuh, susah dibilangin tuh ayah kamu," balas Ibu yang membuat Kirana tetawa dengan suara tertahan, kasihan nanti temannya kaget dengar tawa besarnya.

"Yaudah ya Bu, Ana tutup, Ana mau tidur aja mata udah gak bisa diajak kompromi. Ibu juga jangan tidur malam-malam, bilangin sama masnya Ibu juga haha. Assalamualaikum Bu."

"Waalaikumussalam, inget pesan ibu ya Kak!" ingat Ibu lagi.

"Iyaa, Ibuuu," balas Kirana gemas, kemudian mematikan sambungan teleponnya.

Karena mendapat izin, senyum Kirana semakin lebar. Kemudian ia mengetikkan pesan kepada Ari.

To: B' Ari

Bang, izinnya dapat deng :P
Ana mau pindahnya besok!

Tak berselang lama, ponsel Kirana bergetar pertanda pesan masuk. Segera gadis itu membukanya.

From: B' Ari

Seneng banget. Yaudah iya,
sekarang tidur, besok pagi
abang ke sana.

Seperti yang diberitahu Ari semalam, esok paginya, Ari langsung mendatangi kos-kosan Kirana dan berpamitan pada ibu kosannya Kirana.

"Barangnya udah semua?" tanya Ari melihat Kirana yang siap untuk pindah.

Kirana menganggukkan kepalanya, "Udah."

"Kamu sakit?" tanya Ari, meskipun Kirana sudah berdandan tapi wajahnya malah tampak pucat.

"Hm, nggak. Ini aku aja yang lagi putihan," kilah Kirana dengan menengadahkan kedua tangannya di bawah wajah, gadis itu menatap Ari dengan mata berkedip genit. Sedangkan Ari hanya mendengus kemudian tidak ditanggapi lanjut.

Ari kemudian mengangkat barang-barang Kirana yang tidak terlalu banyak, hanya satu koper dengan dua tas jinjing yang besar.

"Ah, akhirnya~" ucap Kirana lega begitu gadis itu duduk di mobil, tepat di samping Ari.

Ari melirik sekilas sebelum bertanya, "Emang ada apa sih?"

Wajah Kirana langsung cemberut, "Hampir barang-barang aku lenyap dari peredaran; piring, hanger, sendok, gelas, hadeh apa lagi yaa ... ah iya masa' sandal butut aku juga ikutan ilang. Ck, kesel aku."

Ari terkekeh mendengar curhatan Kirana. Tanpa membalas ucapan dari Kirana, Ari melajukan mobilnya menuju rumah. Rumah yang isinya ada sembilan cowok, yang akan menjadi sepuluh penghuni jika ditambah dengan Kirana.

15 Januari 2020

KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang