Jika ada bahasa asing atau daerah yang digunakan di dalam cerita tidak memiliki arti yang sesuai, saya memohon maaf atas kekurangan dari observasi saya. Kritik dan saran saya terima🙏🏻
I hope you guys like the new story I wrote, stay relax and calm.
Happy Reading.
-----
Bandung, 17 November 2022.
Acellyn Calista kembali menginjakkan kaki di kota kelahirannya, Bandung. Kota dengan seluruh keindahan dan nuansa tenang yang begitu tercipta ketika tiba di sana. Gadis yang memiliki nama panggilan Calista ini telah tinggal 8 tahun lamanya di luar negeri.
Sinar rembulan di langit pun tak lepas dari tatapan. Langit bandung selalu indah dari tahun ke tahun. Angin di kota Bandung kini berhembus dingin ke permukaan kulit. Waktu menunjukkan pukul 00.00 dini hari. Hanya lampu mobil yang menerangi jalan sunyi yang di lewati.
Mobil berwarna hitam pekat terlihat memasuki pekarangan hotel terdekat. Dimas Kinajar—Ayah Calista—lebih memilih memesan satu kamar hotel yang masih menerima check-in untuk mereka tinggali sementara. Karena jarak menuju rumah baru mereka di Bandung masih sekitar 10 km.
Lampu kamar telah diredupkan oleh Dini—Mama Calista, tapi anak gadisnya masih sibuk mencari boneka panda klip kesayangannya yang jatuh dari saku hoodie. Calista izin untuk keluar mencari Picu—boneka kesayangannya—yang mungkin terjatuh di koridor hotel saat Calista berjalan melewatinya.
"Ouch, where's the Picu?" tanya Calista yang masih mencari di setiap tempat yang ia lewati.
Terdengar suara decitan pintu yang terbuka, seseorang baru keluar dari salah satu kamar hotel sembari menggerutu kesal. Karena telah menginjak suatu benda yang berada tepat di depan pintu. Lelaki itu menendang asal benda berwarna hitam putih itu hingga mengenai sepatu Calista.
"Ih, Picuu. It's so reckless that he's kicking Picu like this," marah Calista pada lelaki yang perlahan hilang dari koridor. Di tengah kekesalannya pada lelaki itu, terdengar suara adiknya, Liane. Yang datang menjemput Calista karena pergi terlalu lama.
🌹
Dengan peluh yang membasahi dahi, Sakha berhasil mengendap-endap membuka pintu samping dengan perlahan. Bukan kali pertama Sakha melakukannya, tapi ini kesekian kalinya. Lelaki yang memiliki nama lengkap Sakha Putra Mafrianz merupakan anak tunggal dari keluarga kaya raya yang begitu susah diatur. Bukan tanpa sebab ia bersikap begitu, Sakha sedari kecil kurang kasih sayang dari kedua orang tua. Mereka cinta akan uang. Semua kekayaan memang mereka penuhi tapi untuk keluarga mereka bahkan tak bisa dianggap sebagai satu keluarga.
Walau saat ini Renca—Mama Sakha—sadar, bahwa ia sudah terlalu jauh mengejar dunia, putra satu-satunya pun sudah terlalu jauh dengan dirinya, pergaulannya pun bahkan tak dipantau. Renca memilih berhenti dari pekerjaannya dan menjadi ibu yang baik untuk Sakha. Namun, Sakha tak peduli dan sudah terlanjur kecewa mengapa ibunya baru sadar sekarang? Renca mulai memberikan banyak peraturan, apa yang Mamanya perintah dan larang tentu akan Sakha kerjakan yang sebaliknya. Dan kini, lagi-lagi ia melanggar batas jam pulang yang sudah ditentukan Renca.
"Dari mana kamu?" Suara Renca menginterupsi kegiatan mindik-mindik yang Sakha lakukan. Sakha menghela napas kasar, berbalik menatap Renca yang sudah mendekat ke arahnya.
"Mama nanya Sakha, kamu dari mana?" ulang Renca.
"Tempat Nathan," jawabnya.
"Ngapain kamu disana sampai selarut ini? Nge-game lagi, iya?" tanya mama yang diiyakan olehnya. Sudah berpuluh-puluh kali Sakha bermain di tempat Nathan sampai tak tau waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Teen FictionTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...