Mata Alana berbinar sangat cantik ketika menunggu acara seminar yang akan segera dimulai. Bukan hanya pembahasannya saja yang mengasyikan, namun nara sumbernya juga yang sangat ia kagumi.
Baskara Harris. Selain karena pesonanya yang sangat menawan, kemampuan berbisnisnya juga luar biasa. Diusia yang masih muda, lelaki itu sudah memimpin perusahaan raksaksa dan menjadi investor besar dalam beberapa bisnis startup yang sedang naik daun.
Alana duduk di barisan pertama, ia bisa mendengarkan dengan jelas dan seksama penjelasan Baskara nantinya.
Semua pasang mata memandang Baskara dengan tatapan terkagum ketika lelaki itu datang dan menaiki podium. Dengan setelan formal yang terlihat mahal, Baskara berhasil mencuri seluruh atensi audiens.
Mata Alana berbinar menatap Baskara, ia sangat mengagumi lelaki itu. Perjuangannya lalu achievemnt lelaki itu membuat Alana semakin terpacu untuk menjadi seseorang yang lebih baik dan juga sukses. Ohya! Dan jangan lupakan sifat dermawan Baskara yang tidak pernah absen menyisihkan pendapatannya untuk kegiatan sosial.
Saat sesi tanya jawab dimulai, banyak sekali audiens yang mengangkat tangan sebagai respon. Alana salah satunya.
Alana sangat berharap jika ia yang akan beruntung untuk menanyakan pertanyaan kepada Baskara.
Hati Alana bersorak heboh ketika MC menunjuknya. Ini bukan karena Alana tertarik dalam konteks romantis kepada Baskara, ia hanya mengagumi lelaki itu sebagaimana Alana mengagumi tokoh-tokoh berpengaruh lainnya.
"Selamat siang, nama saya Alana. Hal yang ingin saya tanyakan sebenarnya cukup sederhana yaitu apa hal tersulit yang pernah Pak Baskara hadapi dalam menjalani kegiatan Bapak? Terima kasih."
Jika ini pertama kalinya Alana melihat sosok Baskara mungkin ia akan gemetar, mata elang milik lelaki itu sangat mengintimidasi. Padahal wajahnya tersenyum namun tatapan Baskara seperti mata pisau yang sangat tajam.
"Good question." Jawab Baskara, lelaki itu tersenyum sebelum melanjutkan ucapannya. "Mungkin kalian akan mengira hal tersulit yang pernah saya alami adalah jika saya bertemu saingan bisnis kuat lainnya, atau tender sulit dengan banyak hal rumit di dalamnya ataupun client yang sedikit menyusahkan. Tapi yang tersulit adalah ketika saya harus melawan ego saya sendiri."
Alana mendengarkan jawaban Baskara dengan sangat serius, matanya tidak pernah meninggalkan sosok itu meski hanya sedetik.
2
"Your biggest enemy is yourself. And you have to fight with it everday, even every second in your life." Baskara menyelesaikan ucapannya sambil menatap Alana. Sungguh Alana merasa seperti jelly ditatap seperti itu.
Setelah scene saling menatap tadi, Alana mencoba kembali memfokuskan pikirannya lagi. Mencatat poin- poin penting dari setiap pembahasan yang Baskara bawakan.
Bagaimana ya rasanya memiliki wawasan seluas Baskara? Lelaki itu terlihat sangat cerdas dan juga dominan. Pasti menyenangkan punya isi kepala sepintar Baskara, batin Alana.
Sampai akhir acara, Alana tidak berani menatap Baskara lama-lama. Selain ia sedikit ngeri dengan tatapan balik lelaki itu, Alana juga takut disangka tidak sopan. Bagaimana pun, Baskara adalah orang penting yang berpengaruh.
"Iya, ini gue baru selesai. Nanti gue langsung kesana, Jen. Oke bye!" Alana mempercepat langkahnya ketika suara Jennie sudah melengking di seberang telepon. Sahabatnya itu menunggunya di sebuah cafe yang menjadi tempat mereka akan bertemu.
Alana terlonjak ketika ada yang menepuk pundaknya di lorong gedung, ia kira itu adalah hantu atau orang aneh yang sering dibicarakan akhir-akhir ini. Tapi nyatanya itu adalah seorang lelaki dengan tampilan sangat rapih dan terkesan borjuis.
"Ya?" Tanya Alana sedikit takut.
"Kamu orang pertama yang menanyakan pertanyaan kan tadi?"
Jantung Alana mendadak berdebar, jangan-jangan Baskara tidak menyukai pertanyaan atau sikapnya tadi yang memandang lelaki itu terus menerus makanya ia mengutus seseorang untuk menemuinya.
"B-betul. Ada apa ya?"
Sosok lelaki tadi tersenyum, sangat manis sebenarnya namun tetap saja Alana takut.
"Saya Davin, asisten Baskara Harris. Beliau ingin mengundang Anda untuk acara makan malam."
"Hah?" Alana menutup mulutnya ketika menyadari jika respon yang ia berikan sedikit berlebihan.
Lelaki itu lagi-lagi tersenyum. "Jam tujuh malam. Ini undangannya dan kartu nama saya, kamu bisa menghubungi saya jika sudah sampai nanti."
"Ini gak prank?"
Astaga, Alana pasti terlihat sangat bodoh karena ucapannya barusan.
"Kamu bisa langsung datang untuk membuktikannya. Nona..?"
Alana mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum menyambut jabatan tangan lelaki itu. "Alana."
3
