Tugas Pertama Hyunjin

9K 1K 36
                                    

Stray Kids' place

Bangchan meringis pelan saat dirasa sudut bibirnya robek. Han meringis sakit pada bagian perutnya, bisa dipastikan perutnya akan membiru besok. Changbin, Hyunjin, I.N (Jeongin), Seungmin, dan Lino meringis melihat mereka, sedangkan Felix pergi mengambil P3K. Jeno duduk santai di sofa tunggal yang ada di sana. Dengan tangan terlipat di dada Jeno menatap Bangchan dan Han bergantian.

"Aku ingin menegaskan sekali lagi, aku memang mengenal kalian tapi aku tidak pernah mengizinkan kali membongkar identitasku dan Jaemin pada siapapun, meski kalian tahu itu adalah orang terdekat kami." Jeno menatap Han dengan tajam.

"Han, katakan padaku, bagaimana bisa kau memberikan informasi itu pada Renjun?" tanya Jeno dengan nada yang dingin.

"Itu..."

Flashback 

Han dan I.N baru saja sampai di rumah singgah Jeno, mereka juga baru saja bertemu dengan Jeno dan membicarakan tugas mereka, apa saja yang perlu keduanya lakukan selama di sini menemani Jeno dan Jaemin.

Tapi saat Han pergi ke kamar mandi, sekeluarnya dari sana Renjun menegurnya. Han menjawab dengan sopan, karena posisinya Renjun adalah 'atasan'nya.

"Han-sshi, boleh bertanya sesuatu?" tanya Renjun.

"Selama aku bisa jawab aku akan jawab." Renjun nampak ragu, sebelum akhirnya dia berani bertanya pada Han.

"Jaemin, apa kau dekat dengannya?" tanya Renjun dengan nada hati-hati.

"Jaemin? Istri Jeno?" Renjun mengangguk.

"Iya aku kenal, kami semua kenal tapi kami tidak pernah bertemu dengannya sekali pun." Renjun mengangguk paham. Han mulai tak nyaman karena dia sudah mulai menebak kemana alur pembicaraan Renjun, mengorek informasi pribadi Jeno dan Jaemin.

"Sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan padaku, Renjun-sshi?" Renjun diam sejenak.

"Apa marga asli Jaemin?" Han bungkam dia tak mau menjawab, karena sudah mendapat peringatan keras.

"Han-sshi" Han tak menjawab dan mencoba pergi.

"Apa itu Na?" Han tersentak kaget, dan Renjun melihat itu.

"Kau sudah memberiku jawaban, terimakasih" Renjun pergi dari sana, dan Han merutuki gerak refleknya.

"Mati aku"

Flashback end

Jeno menghela nafas pelan. Untung dia hanya memberi tendangan kencang ke perut Han. Dia memukul Bangchan sebagai peringatan karena dia tak bisa mendisiplinkan anak buahnya.

"Han, aku rasa kau perlu dilatih lagi, eh?" Han diam dan menunduk.

"Maafkan aku, Jen." Jeno mendengus pelan.

"Han, aku tidak akan mempekerjakanmu selama sebulan ke depan, gaji untukmu kupotong setengahnya, mengerti?" Han mengangguk.

"Aku mengerti" jawab Han lesu, Jeno lalu berdiri dari tempatnya.

"Bangchan dan Han segera ke rumah sakit dan obati luka kalian, Felix saja tidak akan cukup dengan P3Knya, terlebih untuk Han, aku tadi menendangnya cukup keras. Kau bisa mengantar mereka kan, Lino hyung?" Lino mengangguk.

"Jeno" panggil Bangchan, Jeno hanya melambaikan tangan, kode dia mendengarkan.

"Bagaimana dengan Tuan dan Nyonya yang ada di sana?" tanya Bangchan.

"Bagaimana kau melatih Changbin dan Hyunjin?" tanya Jeno balik, Bangchan tahu dia tak digubris Jeno.

"Kau bisa mengecek mereka sendiri Jen, yang pasti lebih baik daripada saat di agensi." Jeno mengangguk, matanya yang sejak tadi bersitatap dengan Changbin dan Hyunjin kini makin menajam,  bahkan seringai pun hadir di sana.

"Kalau begitu, ayo 'main' denganku." Hyunjin dan Changbin sama-sama meneguk ludah mereka kasar.

.

.

Rumah Singgah

Suasana di sana nampak berat. Yuta masih menahan amarahnya pada Jeno, dia merasa dikhianati oleh pemuda Lee itu. Winwin memeluk Renjun sedangkan si anak tangannya mengusap punggung tangan ayahnya.

"Appa?" panggil Renjun, Yuta menghembuskan nafasnya dan balas mengusap punggung tangan Renjun.

"Dia begitu kecewa pada kita ya?" tanya Yuta sedih, mau bagaimanapun Jaemin adalah putra kesayangannya.

"Appa, jangan begini." lirih Renjun.

"Yuta hyung" Yuta memeluk Winwin yang masih memeluk Renjun, pemandangan itu membuat hati yang lain ikut terenyuh.

"Na Jaemin begitu dekat dengan kita, tapi kita tak menyadarinya, hanya bisa menerka-nerka." ujar Doyoung.

"Renjun, kau satu kelas dengannya  kan?" Renjun mengangguk.

"Tapi dia tak bisa didekati, dia lebih suka sendiri, dan bermain ponsel sendiri kalau kupikir mungkin dia sedang menelpon Jeno. Dia selalu dengan dunianya sendiri." ujar Renjun.

"Setidak percayanya dia pada orang lain" ujar Yangyang.

"Mungkin itu karena kalian juga yang membuangnya ke Inggris, tapi mungkin itu lebih baik daripada kalian membunuhnya." Jaejoong yang sejak tadi ada di sana dan melihat pemandangan para keluarga itu akhirnya angkat bicara.

"Jaejoong-sshi" Jaejoong yang saat itu ditemani Yoochun tersenyum tipis pada mereka semua.

"Alasan yang diberikan pada kalian sejak awal hanyalah sebuah kebohongan, melihat bagaimana aslinya Jaemin, mereka merasa terancam, benar begitu kan sebenarnya alasan kenapa keluargamu ingin Na Jaemin hilang dari kehidupan?" Yuta diam, tapi Mark mengangguk. Dia yang dengar alasan asli itu, ingatkan dia pernah bercerita pada Jaemin saat di rumah sakit?

"Kau mengonfirmasi ucapanku?" Mark mengangguk.

"Karena saya tidak sengaja mendengarnya." Jaejoong tersenyum.

"Untuk sementara ini kalian akan ada di bawah perlindungan kami, sedangkan Jeno saat ini harus mengurus emosi Jaemin yang labil karena identitasnya terbongkar." ujar Jaejoong.

"Katakan pada kami jika kalian ada rencana keluar ke perusahaan, kami akan temani." lanjut Yoochun yang sejak tadi diam.

"Kami mengerti"

.

.

Hyunjin menelan ludahnya kelu. Ini tugas pertamanya dari Jeno dan dia diancam jika sampai gagal.

Tugas pertama Hyunjin adalah melamar kerja menjadi pelayan di kediaman keluarga besar Na yang ada di Jepang. I.N mendekati Hyunjin yang baru saja selesai berkemas.

"Hyung"

"Hm? Ada apa Jeongin?"

"Hyung tak apa?" Hyunjin mengangguk.

"Tidak sih sebenarnya" sambung Hyunjin kemudian, I.N tersenyum geli.

"Hyung jangan gugup gitu dong, kan Jeno hyung sudah mengatakan hyung lulus dari ujiannya?" Hyunjin mengela nafas.

"Jeongin dengar, bagaimana aku bisa tenang jika ancamannya kepalaku bisa pisah dari badanku kapan saja, huh?" I.N tertawa mendengarnya, entah kenapa di telinga I.N itu terdengar sangat lucu.

"Kau suka hyung tersiksa atau bagaimana?" tanya Hyunjin kesal.

"Kalau hyung takut kepalanya pisah dari badan ya harus berhasil dong, Jeno hyung tak pernah main-main sama ucapannya. Jadi Goodluck!!" Hyunjin menganga tak percaya.

"YAAKK!! JEONGIN-AH!" Jeongin tertawa.

"Siapa suruh ngaku kalau bisa bahasa Jepang? Padahal Seungmin hyung bisa tapi dia diam saja, salahmu polos sekali hyung" Hyunjin menatap tak percaya.

"Seungmin bisa?" Jeongin atau I.N ini mengagguk sambil terkikik geli.

"Dan Jeno hyung tahu itu, tapi dia tadi mengetes saja hahahaa"

"YYYAAAAAAAA"

.

.

-TBC 18-

*Vote dan komennya yaw~

[NOMIN] Their MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang